Pretty Boy for Sheana

Desy Cichika
Chapter #6

Special Service, Only For You

Ellan menuruni tangga bersama Sheana dan mengantar wanita itu pulang.

Langit malam masih berpendar lampu-lampu kota, tapi di antara mereka berdua, hanya ada keheningan yang bicara paling keras.

Mobil berhenti agak jauh dari rumah, tepat di bawah bayang pohon. Jalanan sepi, udara malam sedikit lembap, dan lampu depan rumah Sheana menyala redup, seperti sengaja menunggu.

Ellan mematikan mesin, lalu menoleh pelan.

Matanya menatap dalam, serius, tapi tetap menyisakan kelembutan yang hanya Sheana yang tahu.

Next time,” katanya, suara serak dan jujur, “aku nggak bakal nunggu kamu chat duluan. Aku yang bakal nyari kamu.”

Sheana diam. Pandangannya lurus ke depan, ke arah rumahnya, tapi pikirannya justru tersangkut pada sorot mata Ellan.

Detak jantungnya—kencang, dalam, dan sulit diabaikan—menjawab semuanya. Tapi tetap saja, lidahnya kelu.

Ellan mendekat sedikit, hanya beberapa senti.

“Aku tahu kamu nggak biasa percaya orang. Tapi kamu juga tahu, I’m not just some guy.”

Sheana menoleh perlahan. Sorot matanya rapuh, tapi juga hangat. Seolah dunia yang dia tinggali terlalu dingin, dan Ellan adalah satu-satunya jaket tipis yang bisa dia pinjam, walau untuk sementara.

“Kalau aku kabur lagi?” bisiknya.

Ellan tersenyum kecil. “Aku tetap nyari. Sampai ketemu. Sampai kamu nggak perlu kabur lagi.”

Hening.

Angin malam menyentuh pipi Sheana, membuat helai rambutnya bergerak pelan. Tanpa sadar, Ellan menyelipkan helaian itu ke belakang telinganya. Lembut. Nyaris seperti mimpi yang terlalu berani menyentuh kenyataan.

“Ellan,” suara Sheana nyaris tak terdengar, “jangan terlalu baik.”

“Telat,” katanya. “Udah kejadian.”

Mereka tertawa kecil. Tawa yang tidak sekeras pesta, tapi jauh lebih tulus dari seluruh malam yang baru saja mereka lalui.

Dan ketika Sheana akhirnya membuka pintu mobil, melangkah keluar, dan berdiri di trotoar sambil menatap Ellan untuk terakhir kalinya malam itu, dia sadar—malam ini bukan tentang pelarian. Tapi tentang seseorang yang diam-diam ingin menetap, walau tahu dia tak dijanjikan apa-apa.

***

"Ayolah, Sheana. Lo butuh healing, bukan nulis diary setiap malam sampe mata lo bengkak."

Sheana menatap Grace dengan wajah lelah. “Gue nggak nulis diary, Grace. Gue cuma butuh... tenang.”

“Tenang dari hidup lo yang stuck?” Grace mengangkat alis. “Udah deh. Malam ini gue traktir. Ada diskotik yang baru buka, DJ-nya dari Amsterdam. No pressure, just fun.”

Awalnya Sheana ragu. Tapi bayangan wajah mama Dirga dan nada sindirannya tadi siang membuat keputusan jadi lebih mudah.

Dan di sinilah dia malam ini. Berdiri dengan gaun hitam selutut dan rambut digelung rapi, dia tampak seperti bunga elegan di antara rumput liar.

Grace menyorongkan satu gelas, lalu menunjuk seorang pria muda tinggi berjaket kulit yang berdiri di pojok. “Gue booking dia buat lo malam ini. Namanya Jo.”

Sheana refleks memberi tatapan tajam, seolah tak setuju.

Trust me,” kata Grace tadi sambil menguncir rambutnya tinggi. “After that magical night with Pretty Boy Escort, lo butuh mainan baru. Refreshing!”

Sheana hanya mengangkat bahu. Ia sebenarnya tidak tertarik. Tapi ada sesuatu yang menggerogoti hatinya. Rasa penasaran yang menyebalkan. Tentang apakah semua momen dengan Ellan... hanya bagian dari paket layanan?

Sheana menatap Jo yang melambaikan tangan kecil dan tersenyum percaya diri. Dia berusaha membalas, tapi wajahnya kehilangan ekspresi. Bukan dia.

Lihat selengkapnya