Pretty Boy for Sheana

Desy Cichika
Chapter #17

Pelarian

Mereka berdiri di bawah lampu taman café, suara kendaraan samar di kejauhan.

“Lo sayang dia?” tanya Grace pelan.

Ellan tak jawab langsung. Lalu, “Yes. I do.”

Grace mendengus. “Gue nggak ngerti lo, Ell. You’re still young, you have a whole damn life ahead. Kenapa harus Sheana?”

“Karena gue lihat dia,” jawab Ellan. “Waktu semua orang cuma lihat status dan peran dia... gue lihat perempuan yang belajar napas lagi.”

“Lo tahu lo udah bikin dia bimbang?”

“Dan gue juga yang bikin dia senyum lagi,” jawab Ellan pelan. “Gue nggak minta dia milih gue sekarang. Tapi gue di sini.”

Grace menatapnya, lebih lama kali ini. “Lo masih bocah.”

Don’t care how old I am—I freaking know how I feel.”

Grace menghela napas. “Gue minta... jangan kecewain dia. Karena lo nggak tahu berapa kali dia harus berdiri dengan luka yang nggak lo lihat.”

Ellan menunduk. “Gue tahu. Dan gue nggak akan kabur.”

Grace menggigit bibir. “Gue nggak bakal ngelarang. Tapi kalau lo serius, Ell... jangan bikin dia hancur.”

I won’t,” bisik Ellan. “Gue tahu gimana rasanya jadi hancur. Gue nggak akan jadi alasan buat orang lain ngerasain hal yang sama.”

Grace mengangguk pelan. Lalu berbalik.

Take care of her,” katanya sebelum melangkah ke arah parkiran. “Tapi inget, bukan berarti dunia bakal terima lo berdua. Lo mungkin bisa jagain dia dari orang lain, tapi bisa nggak lo jagain dia dari dunia?”

Ellan berdiri di sana cukup lama setelah Grace pergi. Memandang ke arah pintu kafe.

Dan saat ia kembali masuk, Sheana masih di sana. Menatapnya. Dengan mata yang tak lagi sama.

***

Langit mulai gelap saat Sheana dan Ellan melangkah keluar dari kafe. Hujan belum turun, tapi angin sudah membawa aroma basah yang khas.

Jalanan ramai, tapi Sheana merasa seperti berjalan di dunia yang sunyi. Dunia tempat hanya suara napasnya dan langkah kaki Ellan yang terdengar.

Mobil Ellan terparkir tak jauh dari situ. Mereka masuk tanpa banyak bicara. Sunyi menyertai hingga beberapa blok jalan berikutnya.

Sheana sedang membuka pesan WhatsApp saat ponselnya berdering. Dirga.

Ia menatap layar itu beberapa detik sebelum akhirnya mengangkat. Suaranya pelan, "Halo?"

"Mama tadi nunggu kamu makan," suara Dirga langsung terdengar, datar tapi tajam. "Tapi kamu malah sibuk keluyuran. Kamu sadar nggak kamu bikin malu aku di depan keluarga?"

Sheana menghela napas. "Aku nggak tahu ada tamu."

"Kalau kamu nggak bisa bersikap sebagai istri, jangan heran kalau Mama mulai bicara ke orang luar."

Sheana terdiam. Lalu menjawab dengan suara dingin, "Aku di luar sebentar. Nanti pulang."

"Sebentarmu itu selalu berjam-jam. Nggak usah pulang sekalian kalau cuma buat nyakitin harga diri orang tuaku."

Lihat selengkapnya