Pretty Boy for Sheana

Desy Cichika
Chapter #25

Panggung yang Salah

Sore itu, matahari hampir tenggelam saat halaman belakang villa Alvino diubah jadi pesta taman bertema semi-formal.

Lampu-lampu gantung kecil melintang di antara pohon-pohon, menebar cahaya hangat seperti kunang-kunang. Meja-meja bundar dibalut linen putih gading, dihiasi rangkaian bunga liar dan lilin-lilin kecil di dalam toples kaca.

Musik akustik live terdengar dari panggung kecil di sudut taman—petikan gitar dan suara vokal lembut mengalun menyatu dengan semilir angin senja.

Para tamu mengenakan busana cocktail yang santai tapi tetap elegan. Tawa dan obrolan ringan berseliweran, aroma makanan lezat dari buffet yang terbuka menggoda indera.

Sheana tiba bersama Dirga. Gaunnya sederhana, berwarna nude dengan detail kecil di bagian punggung. Rambutnya digelung setengah, memperlihatkan tengkuk yang anggun. Wajahnya tenang, riasan tipis menyamarkan kantung mata yang belum sepenuhnya hilang.

Ia berjalan di samping Dirga, tangan menggenggam clutch kecil, namun matanya tidak diam.

Ia mencari.

Dari balik senyum sopan yang ia pasang untuk menyapa tamu lain, matanya menelusuri kerumunan. Meja-meja. Taman belakang. Jalur masuk utama.

Tidak ada Ellan.

Ia menahan napas. Mencoba menyembunyikan kegelisahan itu di balik gelas mocktail yang ia ambil dari pelayan.

Beberapa hari lalu, ia ditinggal tanpa penjelasan.

Dan sekarang, satu-satunya hal yang ingin ia pastikan... adalah bahwa semua itu bukan karena khayalan belaka. Ia ingin tahu. Masih adakah tempat untuknya—atau semuanya hanya sebuah selingan?

Di sisi lain taman, Ellan berdiri tak jauh dari panggung kecil yang dihias dengan bunga putih dan pita emas. Kemeja putihnya digulung rapi hingga siku. Wajahnya tampak cemas.

Di mana Sheana?

Ia melirik ponselnya. Tidak ada sinyal. Dan bahkan kalaupun ada... sejak kontak itu dihapus oleh Mahi, ia bahkan tak bisa lagi mengirim pesan langsung.

Sheana kini berdiri di dekat meja minuman. Di sampingnya, Dirga mengenakan setelan jas hitam yang rapi seperti biasa, dengan senyum datar yang hanya muncul di acara-acara resmi seperti ini.

"Kamu capek?" tanya Dirga pelan, saat melihat Sheana sedikit bersandar.

"Nggak, cuma... terlalu ramai," jawab Sheana singkat.

Belum sempat Dirga menanggapi, suara mikrofon terdengar dari panggung utama. Alvino berdiri dengan mikrofon di tangan, senyum bangga menghiasi wajahnya.

"Terima kasih atas kehadiran semuanya malam ini. Ini malam yang spesial, bukan cuma karena ulang tahun saya... tapi karena saya ingin memperkenalkan seseorang."

Sheana menoleh, sedikit penasaran. Dirga juga ikut memperhatikan.

Alvino mengangkat tangan ke arah sisi ruangan. "Ellan. Mahi. Come up here."

Lihat selengkapnya