Alvino menatap keluar jendela, ke arah taman belakang, di mana samar-samar ia bisa melihat siluet Ellan, berdiri di bawah lampu taman, sibuk dengan ponselnya.
Mungkin mengirim pesan.
Mungkin pada seseorang yang seharusnya tidak ia miliki.
Alvino menghela napas dalam-dalam.
Dalam hati, ia tahu. Jika ia ingin masa depan Ellan tetap terarah...
Maka ia harus mempercepat langkah.
Sebelum semuanya benar-benar hancur.
***
Hari sudah larut saat Ellan memarkir mobilnya di basement apartemen. Suasana sunyi, hanya lampu remang-remang yang menemani. Ia tak naik ke atas. Hanya duduk diam di dalam mobil, menatap layar ponsel.
Ellan: You home safe, Tante cantik?
Butuh waktu beberapa menit sebelum Sheana membalas.
Sheana: Sudah. Kamu juga?
Ellan: Udah dari tadi. Tapi belum bisa tidur. Pikiran penuh kamu.
Sheana: Kamu tuh gombal 24/7 ya?
Ellan: Bukan gombal. Itu gejala withdrawal. Parah banget. Parah karena kamu.
Sheana menghela napas. Lalu mengetik.
Sheana: Padahal kita baru pisah beberapa jam.
Ellan menyeringai. Di layar, status "typing..." muncul.
Ellan: Beberapa jam = 300+ menit = 18.000+ detik. Dan setiap detik itu aku kepikiran kamu.
Sheana: Kamu nyebelin. Tapi... ya, aku juga belum bisa tidur.
Ellan: Karena aku? Ngaku aja.
Sheana: Karena... terlalu banyak yang harus dipikirin.
Ellan: Kamu tahu kamu bisa curhat ke aku, kan? Tanpa sensor. Tanpa ngejaga imej. Just be you.
Sheana menggigit bibirnya. Di kamar sebelah, Dirga sudah terlelap. Tapi pikirannya... justru sibuk pada pria yang lain.
Sheana: Ellan, ini semua gila. Kita... nggak seharusnya begini.
Ellan: Yang nggak seharusnya itu... kamu hidup dalam sangkar. Kamu terlalu hidup buat dikurung.
Sheana: Apa kamu nggak takut? Kita ini...
Ellan: I’m scared shitless. Tapi kalau harus kehilangan kamu, itu lebih serem.
Sheana: Kita cuma bisa begini. Chat tengah malam. Sembunyi-sembunyi.
Ellan: Then I’ll text you every midnight. Sampai kamu nggak mau diem lagi. Sampai kamu mau kita terang-terangan.
Sheana terdiam. Lalu mengetik...
Sheana: Kamu tahu nggak, kamu bisa bikin orang lupa siapa dirinya.
Ellan: Kamu tahu nggak, kamu bikin aku pengen jadi lebih dari yang aku pikir aku bisa.
Sheana: Ellan, kalau nanti semua ini ketahuan... aku takut. Aku takut lihat dunia kita runtuh.
Ellan: Kalau harus hancur, kita hancur bareng. Tapi sebelum itu... aku akan lakuin segala cara biar kamu tahu kamu layak dicintai, dihargai, dan disayangi tiap hari. Sama aku.