Pretty Boy for Sheana

Desy Cichika
Chapter #37

Cuma Gila Buat Kamu

“Kenapa? Karena kamu takut percaya, atau karena kamu takut kamu juga ngerasa hal yang sama?”

Sheana menoleh. Menatap wajah itu—penuh cahaya lampu mobil yang lembut. Sorot matanya terlalu jujur. Terlalu tulus untuk disebut permainan.

“Aku nggak pernah diajarin gimana caranya ninggalin rumah, Ellan. Aku cuma tahu... bertahan.”

Ellan mencondongkan tubuhnya sedikit. Jarak mereka hanya dipisahkan satu lengan.

“Kalau kamu capek bertahan... kamu boleh jatuh. Nggak usah mikir. Aku yang bakal nangkep kamu.”

Sheana menggigit bibir. “Kamu masih terlalu muda. Kamu belum tahu cara dunia bekerja.”

“Yang aku tahu... kamu bikin dunia ini lebih bisa dihadapi.”

Sheana tertawa kecil, tapi matanya mulai basah. “Kamu tuh gila.”

“Cuma gila buat kamu.”

Ellan merebahkan kursinya sedikit ke belakang, lalu memiringkan tubuh, menatap Sheana. "Kamu suka lagunya?"

Sheana mengangguk. "Iya. Suara cowoknya kayak... lelah tapi seksi."

Ellan tertawa. "Kayak aku berarti. Lelah... tapi tetap berusaha seksi."

Sheana terkekeh, menutup mulut. "Gila kamu."

Lalu tiba-tiba, Ellan menyetel lagu baru — kali ini lebih ringan, beat santai dari Bruno Mars, "Talking to the Moon."

Tanpa malu-malu, Ellan ikut menyanyi, pelan dan sedikit sumbang. Tapi ekspresinya sungguh-sungguh, matanya melirik Sheana seolah lirik lagu itu ditulis khusus untuk mereka.

Sheana tertawa. "Suara kamu tuh... parah."

"Tapi kamu ketawa. Dan itu tujuanku malam ini."

Sheana tertawa lepas, tubuhnya sedikit terguncang. Dua kakinya tertekuk, naik ke atas kursi mobil dan bersandar ke dashboard. Tangannya melingkari lutut, seolah memeluk kehangatan malam yang hanya mereka miliki berdua.

“Ellan... suara kamu tuh... malu-maluin banget,” katanya sambil tertawa, napasnya nyaris habis karena geli.

Ellan, yang masih sok serius menyanyi sambil mengunyah keripik, cuma melirik. “Woy, jangan ngeledek artis lokal dong. Aku udah kasih full konser akustik, tau nggak.”

Sheana menunduk, tersenyum. Ada sesuatu di dadanya yang menghangat. Pelan, ia memalingkan wajah, menatap Ellan lama. Sangat lama.

"Ellan..."

"Hmm?"

"Kamu sadar nggak, kamu bikin aku takut."

Ellan diam.

"Karena tiap kali aku sama kamu... aku lupa dunia luar. Aku lupa siapa aku seharusnya. Aku lupa kalau ini salah."

Ellan mencondongkan tubuh, menatapnya dalam. "Kamu bukan lupa. Kamu cuma ingat gimana rasanya hidup."

Lihat selengkapnya