Pretty Boy for Sheana

Desy Cichika
Chapter #46

Dosa Penghancur Reputasi

“Kalau saya mundur hari ini, saya harap Bapak tidak merasa itu keputusan yang emosional. Saya sudah pikirkan ini sejak lama.”

Alvino menurunkan cangkir kopinya perlahan. Tidak buru-buru menjawab. Dahi pria separuh baya itu mengernyit kecil, lalu ia tersenyum tipis. “Mundur, Pak Dirga? Dari kerja sama dua dekade yang sudah kita bangun? Dengan alasan apa?”

Dirga menyandarkan tubuh ke kursi, tetap tenang. Matanya menatap lurus, dingin. “Alasan personal.”

Alvino mengangkat alis. “Boleh saya tahu apa alasan personal yang membuat Anda ingin menghancurkan kerja sama bisnis bernilai miliaran ini?”

Dirga menghela napas, dan membuangnya sedikit lebih kasar. “Putra Anda telah meniduri istri saya, Pak Alvino. Dan itu terjadi, bukan hanya sekali.”

Alvino tak langsung bicara. Separuh ekspresinya beku, sisanya tampak nyaris tidak percaya.

“Apa?!”

Dirga tidak mengulang. Ia hanya menatap Alvino tanpa emosi. “Saya jadi bertanya-tanya, apakah langkah yang sudah saya ambil ini tepat atau tidak. Melepaskan kerja sama kita demi mempertahankan istri saya, atau… kita tetap jadi kolega abadi tapi dengan hubungan yang sudah cacat ini. Menurut Anda, bagaimana seharusnya?”

Alvino mencengkeram sandaran kursinya. Nadanya tetap tenang, tapi nadir ketegangannya naik. “Anda yakin tidak salah dengar, Pak Dirga? Tuduhan seperti itu... saya kira terlalu jauh.”

“Sayangnya saya tidak salah dengar, Pak Alvino. Saya lihat sendiri. Dan saya punya buktinya.” Dirga menarik napas, lalu menyisipkan kalimat dengan nada datar. “Termasuk malam saat acara gala yang Bapak dan saya hadiri bersama.”

Sejenak, ruangan itu terasa sepi.

Alvino memalingkan wajah, seperti ingin memastikan tak ada yang mendengar di luar ruang VIP restoran itu. Suaranya akhirnya pecah.

Sialan... Anak kurang ajar itu... What the hell was he thinking?” Ia membenamkan wajah ke tangannya, menggertakkan gigi. “F*cking bastard...”

Suara itu pelan tapi menggetarkan. Penuh luka seorang ayah, penuh amarah seorang pebisnis yang dikhianati dari dalam rumahnya sendiri.

Dirga tetap tenang. “Saya tidak menyalahkan Bapak. Ellan dewasa, Sheana juga. Tapi saya tidak bisa terus berpura-pura tidak tahu, lalu lanjut bersulang dan berbicara soal merger sambil anak Bapak tidur dengan istri saya.”

“Cukup!” Nada Alvino lebih tinggi.

“Saya setuju. Sudah cukup.” Dirga menegakkan tubuh. “Saya akan mengirimkan pengacara saya minggu ini. Semua nota kesepahaman, investasi joint-venture, dan proyek-proyek berikutnya akan saya cabut secara bertahap. Saya tidak mau mempermalukan siapa pun di media, jadi saya harap transisi ini berjalan senyap.”

Alvino menatap tajam. “Anda tahu berapa banyak proyek akan jatuh karena keputusan sembrono ini?”

“Saya lebih takut pernikahan saya jatuh lebih dalam dari ini.”

Satu kalimat itu membuat Alvino akhirnya berdiri. Ia berjalan ke arah jendela kaca besar di sisi ruang makan itu, memunggungi Dirga. Suaranya pelan, nyaris seperti gumaman, tapi cukup terdengar.

Lihat selengkapnya