Pretty Boy for Sheana

Desy Cichika
Chapter #57

Pengakuan Paling Jujur

Udara di kamar itu masih terasa hangat, meski tubuh mereka sudah tak lagi saling menindih. Nafas mulai kembali normal, degup jantung mereka mereda, tapi tawa pelan belum berhenti. Sheana menggeser selimutnya sedikit, menutupi tubuhnya sambil melirik Ellan yang masih rebahan telentang, mata menatap plafon, senyum tak kunjung reda.

"Aku nggak nyangka ya... kamu bisa segila itu barusan," gumam Sheana sambil menggelitik dada Ellan dengan ujung jarinya.

"Ya salah kamu juga," sahut Ellan santai. "Kalo kamu terus-terusan ngeliatin aku kayak tadi... ya insting primitif aku muncul dong."

Sheana ketawa, matanya berair karena tertawa terlalu keras. Tapi belum sempat ia membalas, Ellan tiba-tiba bangkit dari ranjang, membenarkan celana panjangnya, lalu melangkah ke arah jaket yang ia taruh di gantungan pintu.

"Heh, kamu mau ke mana?" tanya Sheana curiga.

Ellan menoleh sebentar dan mengangkat alis. "Tunggu bentar. Aku ambil sesuatu."

Sheana menatap punggung Ellan yang berjalan santai, dan ketika ia kembali, tangannya menggenggam sebuah benda kecil.

Sebungkus rokok.

Sheana melongo. "No way. You’re kidding."

Ellan nyengir, lalu duduk di tepi kasur, memperlihatkan bungkus itu sambil menggoyang-goyangkannya di depan wajah Sheana. "Aku janji, kan? Katanya kamu penasaran pengen nyoba..."

"You actually remembered that?"

"Of course I did. You think I’d forget the first stupidly cute request you ever made?"

Sheana terdiam sejenak, lalu menutup wajahnya dengan selimut sambil tertawa kecil. "Gila... kamu beneran nyimpen semua yang aku omongin, ya?"

Ellan tertawa, lalu membuka bungkusnya dan mengambil dua batang. "Tapi kamu beneran nggak pernah ngerokok?"

Sheana mengintip dari balik selimut. "Nggak pernah. Bahkan nyium baunya aja dulu nggak suka."

"Same. Tapi karena kamu bilang penasaran... ya udah, kita coba bareng. Tapi jangan di kamar. Aku gak mau tempat tidur kita bau rokok."

"Tempat tidur kita, huh?"

"Ya. Sementara ini milik berdua, kan?"

Sheana hanya menatapnya dengan senyum tipis yang susah dibaca—antara geli, bahagia, dan sedih. Ia menyentuh selimut yang menutup dadanya. "Tapi aku... masih telanjang, Ellan."

Ellan tidak menjawab. Ia hanya berdiri, lalu mengambil kaos oversize miliknya dari sandaran kursi, dan dengan lembut menarik selimut dari tubuh Sheana.

"Heh! Ellan!"

Dia hanya tersenyum kecil. "Pake ini. Biar nggak kedinginan." Ia memakaikannya sendiri ke tubuh Sheana, menarik lubang leher kaosnya ke atas kepala perempuan itu, lalu merapikan ujungnya yang menutupi paha.

"You're such a boyfriend right now," gumam Sheana sambil tertawa, tapi matanya hangat.

"Bukan boyfriend. I'm your cigarette dealer tonight," jawab Ellan santai.

Sheana berdiri, menarik tangan Ellan menuju dapur. Kaki mereka masih sedikit lemas, dan Ellan sempat merangkul pinggangnya supaya Sheana tidak jatuh. Mereka tiba di dapur mungil itu, di mana jendela terbuka menghadap ke jalan kota yang mulai sepi.

Ellan membuka YouTube di ponsel dan memutar video berjudul “How to smoke for the first time without dying.”

Sheana tergelak. "Very reassuring."

Lihat selengkapnya