Pretty Boy for Sheana

Desy Cichika
Chapter #65

Pernah Cinta

“Santai aja, Na. Semuanya aman kalau aku yang simpan. Nggak akan bocor ke mana pun.” Dirga masih bicara. Seakan apa yang jadi pembahasan mereka hanya sesuatu yang sepele.

Nafas Sheana naik turun. Berusaha menahan gejolak emosi dan amarah yang baru kali ini terasa begitu menyakitkan. Ia tak menyangka Dirga sampai sejauh itu... mempermainkannya.

Wow. Watching your wife get f*cked—what a proud moment, huh?” ucapnya, menahan tangis.

“Nggak juga. Kadang aku mimpi buruk,” ucap Dirga lirih. “Bangun tengah malam dengan keringat dingin... karena suara kalian masih terngiang. Nafasnya. Desahannya. Bahkan ekspresi puas di wajahmu, Na. Itu yang paling susah kulupain.” Suara Dirga pelan, namun tajam dan menyayat.

Sheana berjalan mundur beberapa langkah, tubuhnya menegang. Suaranya meledak, tajam dan penuh luka.

“Kamu nggak tahu apa-apa!”

Dirga tak bergeming. Ia justru melangkah lebih dekat, hanya satu jarak napas dari Sheana. Suaranya tetap rendah, tapi tajam seperti bilah tipis yang tahu persis ke mana harus menyayat.

“Aku tahu cukup banyak, Sheana,” katanya tenang. “Aku tahu cerita itu dimulai dari rooftop gedung tua. Aku tahu kalian keluar malam-malam. Aku tahu dari story WA Grace, waktu dia iseng rekam kalian di diskotik. Dan aku tahu… kamu bukan cuma jatuh cinta. Kamu sudah menyerahkan semuanya.”

Tubuh Sheana bergetar. Bukan karena amarah—tapi karena malu. Karena ketelanjangan yang tak bisa lagi disangkal. Ia menatap Dirga dengan pandangan setengah goyah.

“Kamu… ngikutin aku?” tanyanya, nyaris tak bersuara.

Dirga tidak menjawab langsung. Ia hanya menatapnya lurus. Dingin. Tajam. Menyesakkan.

“Karena aku tahu kamu mulai berubah. Sejak pria itu masuk ke hidupmu, kamu nggak lagi ada di sini. Fisik kamu mungkin masih pulang, masih bicara, masih ada di rumah ini. Tapi jiwamu… kamu udah pergi, jauh sebelum kamu benar-benar kabur sama bocah itu.”

Sheana menarik napas dalam-dalam. Air mata menggantung di pelupuknya, tapi ia tetap berdiri tegak.

“Berhenti,” bisiknya, pelan namun tegas.

Dirga tidak mengangkat suaranya. Tapi justru karena itu, setiap katanya menghunjam lebih dalam.

“Aku cuma suami,” katanya. “Yang dikhianati. Di rumah sendiri.”

Hening menggantung di antara mereka, rapuh dan menegangkan. Lalu Dirga melangkah maju, semakin mendekat, hingga hanya jarak bisikan yang memisahkan mereka.

“Aku harus tanya. Karena aku pikir… mungkin cuma itu satu-satunya hal yang bisa kamu nikmati dari hidup. Dari cinta.”

Sheana membalikkan badan, punggungnya kaku beberapa detik. Tapi akhirnya ia berbalik, dan berdiri menghadap suaminya. Matanya berkaca-kaca.

“Setidaknya sekarang aku tahu…” kata Dirga, menatapnya dalam. “Aku kehilanganmu bahkan sebelum kamu sempat benar-benar pergi.”

Lihat selengkapnya