Pretty Boy for Sheana

Desy Cichika
Chapter #70

Cara Terkejam Untuk Pergi

Sheana menunduk. Jemarinya gemetar. "Untuk mutusin hubungan aku dengan Ellan. Buat pastiin dia bisa hidup lepas tanpa bayanganku. Aku harus pergi... tapi aku mau ninggalin dia dalam keadaan yang aman. Tanpa celah apa pun yang membuat dia bisa balik lagi nyari aku."

Dirga menatap Sheana dengan hati yang patah. Ia tahu, ia sedang menyaksikan perempuan yang ia cintai... sekarang memilih untuk melangkah keluar dari hidupnya. Dari hidup siapa pun. Dengan cara paling sunyi. Paling dalam.

Pergi dengan luka batin yang membuat jiwanya babak belur namun tetap berusaha tegar.

“Akan aku berikan, Na. Berapa pun yang kamu minta.”

Sheana tersenyum, kemudian berdiri. Suaranya nyaris tak terdengar. "Terima kasih, Ga. Untuk semuanya. Maaf karena aku nggak bisa jadi istri yang sempurna."

Dirga berdiri pelan. Ia ingin memeluk Sheana, tapi tak bisa. Ada dinding tak kasat mata di antara mereka sekarang. Dan kali ini, bukan air mata yang membuat Dirga hancur. Tapi kesunyian perempuan yang telah memilih untuk sembuh… tanpa dirinya.

***

Mobil hitam itu berhenti di seberang rumah kecil dengan taman tak terawat. Lampu jalan menyala redup, menyinari wajah Ellan yang duduk di balik kemudi sambil terus melihat jam.

Wajahnya bersinar seperti anak kecil yang akan mendapat hadiah kejutan. Ia bahkan sempat merapikan rambutnya di kaca spion, lalu tersenyum lebar saat melihat sosok Sheana yang melangkah pelan ke arahnya. Ellan buru-buru keluar dan membuka pintu depan untuk wanita itu.

“Shea…” gumamnya. “Kamu beneran datang.”

Sheana masuk tanpa banyak bicara. Wajahnya datar, matanya sembab tapi sudah kering. Begitu duduk, Ellan langsung menarik tubuh Sheana dalam pelukan, merengkuh dengan rindu yang nyaris mematahkan dirinya sendiri.

“Aku kangen banget...” bisiknya penuh perasaan.

Sheana diam. Tubuhnya tetap, tak merespons, tapi juga tak menolak. Dan saat Ellan menarik wajahnya untuk menatap mata Sheana, ia tak memberi kesempatan pada jeda. Bibirnya mendarat dengan rindu yang terlalu dalam.

Ciuman itu panjang, lama, dan menyayat. Namun, bibir yang dulu selalu menyambut, kini hanya diam. Ellan membuka mata perlahan di tengah ciuman. Ia baru sadar... Sheana sama sekali tak membalas.

“Shea?”

Ellan mengerutkan dahi, menatap lekat wajah Sheana. “Kenapa kamu diem aja?” tanyanya pelan. “Ada yang salah?”

Sheana menghindari tatapan Ellan. “Ellan,” ucapnya datar. “Kita nggak bisa lanjut.”

“Apa?”

“Hubungan kita selesai.”

Wajah Ellan langsung berubah. “Shea… kamu lagi bercanda, kan?”

Sheana menghela napas, lalu menatap ke luar jendela. “Kita nggak bisa lanjut, Ellan. Maaf.”

Lihat selengkapnya