Pretty Boy for Sheana

Desy Cichika
Chapter #71

Cangkang Kosong

Sheana menahan napas. Wajahnya pucat, tapi tetap dingin. Meski di dalam, hatinya sudah meledak berulang kali.

“Kamu boleh marah. Tapi jangan bertahan di tempat yang memang harusnya kamu tinggalkan.”

“Kamu bukan orang yang kayak gini, Shea. You’re not this cold, heartless woman. What happened to you?”

Nothing happened,” bisik Sheana akhirnya. “Aku cuma... akhirnya sadar, Ellan. Sadar kalau selama ini hanya Dirga yang terbaik buat aku. Dan aku... nggak pernah berhenti mencintai dia. Bagaimanapun perlakuan dia selama ini.”

Ellan tertawa. Tawar. Sumbang.

“Dan kamu adalah orang paling kejam yang pernah aku temuin,” tambah Ellan. “Tapi tetap orang yang paling aku sayang. Sialan, ya.”

Ellan menatap Sheana. Lama. Matanya jelas menyiratkan rasa kecewa yang dalam. “Aku kira... setelah semua yang kita lalui, kamu paling nggak akan ngebunuh aku dengan cara kayak gini. Tapi ternyata kamu emang sehebat itu, ya.”

“Ellan—“

Don’t. Kamu udah bilang cukup banyak.” Ellan membalikkan badan. “Keluar dari mobil aku. Sekarang.”

“Ellan.”

“Turun!” bentaknya.

Dengan pelan, Sheana membuka pintu dan keluar. Berusaha tetap tenang. Ia berdiri di pinggir jalan, menunduk. Mobil Ellan melaju cepat meninggalkannya.

Namun belum dua menit kemudian, mobil itu mundur kembali. Berhenti tepat di depannya. Pintu terbuka keras. Ellan turun, berjalan cepat menghampiri Sheana. Ia menyodorkan tote bag berisi uang tadi.

Take this. Kamu yang lebih butuh, kan?”

Sheana menatap Ellan. Matanya memerah. Tapi ia terima tas itu. Dengan tenang.

“Aku bukan laki-laki bayaran. Tapi kalau ini cara kamu menyingkirkan aku, ya udah. Aku bantu kamu pergi jauh. Tapi jangan harap aku lupa.”

Ellan kembali ke mobil, menutup pintu dengan keras, melesat cepat. Meninggalkan debu dan keheningan.

Sheana berdiri di sana. Masih membeku. Tak lama ia melangkah. Beberapa meter. Kakinya gemetar, lemas. Perlahan ia turun. Jongkok. Lalu... jatuh terduduk di tanah. Tangisnya pecah.

Tangis itu seakan datang dari lubuk yang paling dalam. Ia menutup wajah, tubuhnya terguncang hebat. Sakit. Perih. Hancur. Semua sekaligus.

Malam begitu sepi. Udara dingin membelai luka.

Dan tak jauh dari sana, Dirga yang sejak tadi menunggu di ujung jalan, berjalan pelan ke arahnya. Lalu menarik tubuh rapuh Sheana ke dalam pelukan.

“Na...”

Lelaki itu membungkus tubuh Sheana erat, membiarkan wanita itu menangis di dadanya.

Dirga mengusap kepala Sheana. Lembut. Penuh luka. Kasih sayang. Namun juga merasa miris dengan keadaan mereka sekarang.

Malam itu, ia adalah seorang suami yang memeluk istrinya... setelah baru saja patah hati karena lelaki lain.

Lihat selengkapnya