Pretty Boy for Sheana

Desy Cichika
Chapter #75

Wedding & Ending

“Selamat ya, Ellan,” ucap seorang relasi bisnis Alvino.

“Terima kasih, Om,” jawab Ellan, suaranya datar. Sebuah kebohongan yang nyaris sempurna.

Mahi menautkan lengannya erat di lengan Ellan, seolah ingin menyalurkan kebahagiaannya pada pria itu. “Ellan memang sedikit gugup hari ini,” bisiknya pada para tamu, mencoba menutupi ekspresi kaku suaminya.

Dirga meneguk jus jeruknya. Ia tahu rasa gugup itu. Bukan gugup pernikahan. Tapi gugup karena jiwanya memberontak.

“Pak Dirga?” Sebuah suara bariton menyapa. Alvino, ayah Ellan, berdiri di sampingnya. “Terima kasih sudah datang. Sheana tidak bisa ikut?”

Dirga tersenyum tipis. “Selamat untuk putramu, Pak Alvino. Dia tampak gagah.” Dia tidak menjawab pertanyaan tentang Sheana. Tidak perlu.

Pak Alvino mengangguk, bangga. “Ya, Ellan sudah banyak berubah. Aku harap pernikahannya bisa membuatnya semakin dewasa dan... settle down.”

Dirga hanya tersenyum samar. Settle down? Bahkan iblis pun tahu Ellan tak akan pernah bisa stabil dengan hati yang seperti itu. Hati yang tertinggal di masa lalu.

Ia menoleh ke arah Ellan lagi. Tatapan mata mereka bertemu. Sekilas. Hanya sepersekian detik. Tapi di dalamnya, Dirga melihat kehancuran yang sama. Luka yang sama.

Ellan sedikit mengerutkan dahinya, seperti ingin bertanya, ‘kenapa kamu di sini?’ Tapi ia mengurungkan niat. Kembali membuang pandangannya ke arah lain.

Dirga tahu ini saatnya. Ia tidak akan bertahan lebih lama. Pemandangan ini terlalu menyesakkan.

“Pak Alvino,” ucap Dirga. “Aku harus pamit. Ada urusan lain yang tidak bisa kutunda.”

Pak Alvino mengernyit. “Sekarang? Acara belum selesai.”

“Maaf. Ini mendesak.” Dirga menepuk bahu Alvino, lalu berjalan mendekati Ellan.

Mahi tersenyum menyambutnya. “Om Dirga, terima kasih sudah datang.”

“Selamat, Mahi. Semoga kalian bahagia.” Dirga menoleh pada Ellan. Matanya menatap pemuda itu lekat-lekat. “Ellan, selamat atas pernikahanmu. Semoga ini menjadi awal yang baik untukmu. Kamu layak mendapatkan kebahagiaan.”

Ellan menatap Dirga, kali ini tatapannya lebih intens. Ada sesuatu yang tak terucapkan di sana. Sebuah pertanyaan. Sebuah pengertian.

“Terima kasih, Ga,” balas Ellan, suaranya nyaris berbisik.

Dirga mengangguk tipis. Lalu berbalik, melangkah keluar dari ballroom itu. Meninggalkan gemerlap pesta, menuju takdir yang sudah menunggunya.

***

Lihat selengkapnya