Sheana berhenti, menoleh. Ia melihat gurat lelah di wajah Dirga, juga kesedihan yang nyata. Ia tahu, perpisahan ini juga berat bagi Dirga, meskipun Dirga yang menginisiasinya.
"Aku... berusaha," jawab Sheana jujur. "Kamu?"
Dirga tersenyum tipis, tawa tanpa suara. "Aku juga. Kita sama-sama belajar melepaskan, kan?"
Sheana mengangguk. Ia berjalan mendekat ke arah Dirga. Kini mereka berdiri berhadapan, di tengah kamar yang dulu menjadi saksi bisu pernikahan mereka.
"Aku... aku minta maaf, Ga," bisik Sheana, menatap mata Dirga. "Maaf karena nggak bisa mencintaimu seperti yang kamu inginkan. Maaf karena aku bukan istri yang sempurna."
Dirga menggeleng. "Nggak ada yang perlu dimaafkan, Na. Kita udah melakukan yang terbaik. Aku juga minta maaf. Untuk semua caraku yang mungkin menyakitimu."
"Aku tahu kamu hanya ingin aku bebas," kata Sheana, ada pengertian di matanya. "Dan sekarang aku mengerti. Thank you, Ga. For everything."
Dirga hanya menatapnya, matanya dipenuhi emosi yang campur aduk.
“Aku nyesel, Na,” bisiknya. “Nyesel karena terlalu lama diem. Nyesel karena membiarkan kamu kesepian di dalam rumah yang katanya rumah kita berdua.”
Sheana menunduk, bibirnya bergetar. Tangannya menggenggam erat sweater yang belum sempat ia lipat.
“Kalau aja... kita bisa mulai dari awal,” lanjut Dirga. “Mungkin semuanya beda.”
Sheana tersenyum getir. “Tapi nggak ada awal lagi buat kita, Ga. Kita udah selesai.”
Hening.
Sheana tiba-tiba mengulurkan tangan, menyentuh pipi Dirga. Dingin. Tangannya naik, mengusap rahang tegas lelaki itu. Dirga terdiam, terkejut dengan sentuhan itu.
Sheana mendekat. Matanya menatap bibir Dirga. Ada keraguan, tapi juga dorongan yang kuat. Dorongan untuk merasakan sesuatu yang seharusnya sudah ia rasakan bertahun-tahun lalu.
Lalu, bibirnya mendarat di bibir Dirga. Lembut. Awalnya hanya sentuhan. Dirga terdiam, kaku. Ia tidak membalas. Pikirannya berputar. Apakah ini hanya pelampiasan? Apakah dia membayangkan Ellan?
Sheana merasakan keraguan Dirga. Ia menarik diri sedikit, menatap mata Dirga. Ada kesedihan di sana, tapi juga ketegasan.
"Bukan pelampiasan, Ga," bisik Sheana, seolah membaca pikiran Dirga. "And I'm not imagining anyone else. Ini... ini sesuatu yang selalu aku inginkan dari pernikahan kita."
Dirga menatapnya, bingung.