Pretty Boy for Sheana

Desy Cichika
Chapter #83

Jejak yang Hilang

Dirga menggeleng. “Aku nggak tahu keberadaan pastinya. Tapi aku tahu ke mana dia pergi, dan ke mana dia akan selalu kembali. Ada satu orang yang pasti tahu di mana dia, Ell. Satu-satunya orang yang dia percaya.”

​Ellan mengerti. Hanya satu nama yang terlintas di benaknya.

​“Grace.”

​Dirga mengangguk, mengiyakan.

Ellan menunduk, kemudian kembali menatap Dirga. “Makasih, Ga. Untuk semuanya.”

Dirga hanya menatapnya sebentar sebelum menjawab, “Kalau nanti kamu ketemu Sheana... bilang sama dia, aku nggak pernah nyesel nikahin dia. Sekalipun itu pernikahan yang hancur.”

 Ia menepuk bahu Ellan sekali, lalu berbalik, meninggalkan Ellan sendirian di sudut yang remang.

​Di tengah gemerlap pesta, Ellan tidak lagi melihat kemewahan. Yang ia lihat hanyalah bayangan Sheana yang pergi sendirian, terluka, dan kini entah berada di mana.

Di tangannya, air putih di gelasnya sudah kehilangan suhu.

Tapi di dalam dadanya, sesuatu baru saja hidup kembali.

Sekarang, ia harus mencari wanita itu. Dan membawanya pulang.

***

Langit Jakarta sudah gelap sempurna, tapi lampu-lampu kota masih hidup, berkelip di balik kaca tinggi apartemen Ellan. Jasnya masih melekat di badan, dasinya belum sempat dilepas.

Ia duduk di ruang kerja, di kursi kulit hitam yang terlalu rapi untuk seseorang yang pikirannya seberantakan itu. Di mejanya, segelas whisky belum tersentuh. Tangannya bergetar ringan saat menekan layar ponsel.

Ada satu file lama di sana, terselip di folder bernama “Stupid Memories.”

Tanggal rekamannya... tiga tahun lalu.

Jempolnya ragu beberapa detik, sebelum akhirnya menekan play.

Selamat malam, Ellan. Aku cinta kamu. Banget. Amat sangat. Nggak mau pisah. Kebayang terus pokoknya. Dan kalau kamu nggak ada, aku bisa guling-guling di jalanan. Kamu itu... kayak nasi buat aku. Tanpa kamu aku kelaparan batin. Puas?

Suara Sheana terdengar jernih — lembut, agak malu, tapi nyata.

Dan di ujung rekaman, ada tawa mereka. Tawa hangat, polos, dan... kini terasa seperti mimpi dari hidup orang lain.

Ellan menyandarkan kepala ke kursi, menutup mata.

Senyum kecil muncul di bibirnya — senyum yang lebih mirip luka.

Stupidly... yes,” bisiknya pelan, mengulang kata terakhir Sheana, seperti mantra.

Lihat selengkapnya