Kamar adalah tempat terbaik untuk beristirahat dan di kamar pula biasanya orang menjadi dirinya sendiri. Meskipun banyak juga yang menjadikan kamarnya sebagai tempat bermalas-malasan, hal ini juga berlaku terhadap Rey yang kini masih tertidur pulas di ranjangnya yang luas.
“Tuan!!! tuan muda Rey!!! sudah pagi saatnya anda bangun,” ucap seorang wanita berusaha membangunkan Rey yang masih tertidur pulas.
“Mau bagaimana lagi, sepertinya aku harus melakukannya,” ucap wanita itu.
Wanita itu mendekatkan mulutnya ke arah telinga Rey, iapun membisikan sesuatu.
Rey yang mendengar bisikan itu langsung tersadar dan ia pun menatap sinis ke arah wanita tersebut.
“Apa yang barusan kamu katakan tadi dan darimana kamu tahu tentang hal itu? Hey Gusti,” tanya Rey dengan sinis.
“Tuan muda lupa ya aku kan ada di situ waktu itu,” balas Gusti sembari membereskan ranjang Rey.
“Oke mari kita lupakan hal itu, ugghhh kepalaku pusing ditambah tadi aku bermimpi buruk,” ucap Rey sembari memegang dahinya.
“Memangnya tuan muda bermimpi apa?” tanya Gusti penasaran.
“Ugghh aku bermimpi kalau aku sedang menarasikan kehidupanku selama ini dan mengingatnya membuatku merasa mual,” ucap Rey.
“Itu terlihat menyedihkan, oh iya tuan muda harus segera bersiap untuk sarapan,” balas Gusti.
“Hoaeem oh iya ngomong-ngomong kenapa kamu ada di sini?” tanya Rey.
“Bukankah hal yang wajar bagiku yang telah ditetapkan sebagai personal assistantmu selalu berada di sampingmu dan kemarin ada rapat tahunan jadi disinilah aku,” balas Gusti.
“Hmm baiklah sekarang bisakah kamu keluar sebentar,” ucap Rey sembari menunjuk pintu keluar.
“Mengapa aku harus melakukannya?” tanya Gusti heran.
“Karena aku mau ganti baju, masa gak paham?” balas Rey sembari menunjuk bajunya.
“Kan kalau begitu aku bisa membantumu ganti baju,” ucap Gusti sembari memegang baju Rey.
“Aku bisa melakukannya sendiri jadi KELUAR!!!,” balas Rey sembari berteriak.
Gusti pun akhirnya menuruti perintah Rey meskipun dengan wajah sedikit kecewa, ia pun keluar dari kamar Rey.
Beberapa waktu kemudian Rey keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi.
“Ah tuan muda Rey saya sudah menunggu anda,” ucap Gusti semabri menundukan badannya.
“Hmm kenapa tiba-tiba jadi formal?” tanya Rey heran.
“Karena kita sekarang berada di publik dan ini SOP bagi saya,” balas Gusti.
“Hmm baiklah tapi sejujurnya aku tak terbiasa dengan hal ini, mari kita lupakan semua ini,” balas Rey.
Resort milik Fitzgerald family merupakan salah satu resort terbesar dan termewah di Indonesia. Resort ini selesai dibangun bersamaan dengan dibangunnya New Jakarta 10 tahun yang lalu. Karena saking besarnya untuk pergi dari kamar Rey menuju ruang makan keluarga Fitzgerald membutuhkan waktu yang tak sedikit.
“Sejujurnya sampai sekarang aku masih tak terbiasa dengan luasnya resort ini,” ucap Rey di lift bersama Gusti.
“Memang tempat ini lebih modern daripada yang ada di Jakarta dulu namun bagiku feelnya tak terlalu berbeda,” balas Gusti.
“Oh iya kita tak pernah membicarakannya ya, bagaimana dengan ceritamu?” tanya Rey berusaha memecah situasi.
“Ceritaku? Sepertinya tidak ada yang menarik,” balas Gusti.
“Maksudku kamu kan sudah lama disini dan sampai sekarang aku bingung mengapa kamu sangat terobsesi untuk menjadi personal assistantku?” balas Rey.
“Sudah menjadi tradisi bagi keluarga Tolstoy untuk menjadi asisten dari Fitzgerald bahkan sejak sebelum Fitzgerald masuk ke Indonesia jadi sudah wajar bagiku semenjak aku kecil selalu kamu bisa menyebutnya didoktrin meskipun aku gak merasa didoktrin sebagai asisten penerus Fitzgerald,” ucap Gusti.
“Namun seperti yang kamu ketahui bahwa aku sebagai anak ketiga dari Ivan Tolstoy tidak memiliki pasangan dari Fitzgerald karena Fitzgerald hanya memiliki dua anak yaitu Anton Dimitri Fitzgerald dan Edelgaard Violet Fitzgerald jadi aku tak punya tuan untuk dilayani,” lanjut Gusti dengan wajah sedikit sedih.
“Tapi untungnya Tuan Oli menikah lagi setahun yang lalu and then the rest is history,” lanjut Gusti kembali semangat.
Rey yang mendengarkan penjelasan panjang dari Gusti masih belum paham dibalik tindakannya. Ia masih berpikir bahwa apa yang dilakukan oleh Gusti adalah sebuah bentuk pengekangan karena meskipun Gusti bilang bahwa ia tak merasa terdoktrin dengan filosofi keluarganya namun ia sudah terbiasa dicekoki dengan hal itu semenjak ia kecil. Kesimpulan yang Rey dapat adalah bahwa meskipun Gusti terlihat lebih bebas daripada dengan orang-orang biasa yang masih terikat dengan masalah sosial dan ekonomi struktural namun Gusti ternyata juga masih belum bebas meskipun permasalahan yang dihadapi oleh Gusti sedikit berbeda, permasalahan yang mengikat Gusti adalah perihal ideologinya.
Tanpa disadari di tengah lamunannya Rey dan Gusti sudah sampai di lantai tujuan mereka. Ketika mereka mau masuk ke ruang makan mereka tak sengaja bertemu dengan Thomas yang sedang menyalakan rokok tepat di depan pintu ruang makan.
“Hey Thomas selamat pagi,” ucap Rey.
“Selamat pagi kakak,” ucap Gusti.
“Oh tuan muda dan Gusti, pagi bapak sudah menunggu di dalam,” ucap Thomas sembari menyebat rokoknya.
“Hmm cuma Ayah? Kak Aldo gak ada?” tanya Rey heran.
“Tuan Aldo kemarin malam pergi ke luar kota untuk bertemu dengan investor baru dan oleh sebab itu aku tetap di sini untuk mengurusi urusannya yang ada di ibukota dan memberitahu bapak tentang perginya Tuan Aldo,” balas Thomas.
“Hmm sepertinya bakalan ada proyek baru yang cukup besar ya?” tanya Rey.
“Siapa tahu, ia sama sekali tak menceritakan rencananya kepadaku dan itu membuat kepalaku pusing, terkadang aku gak tahu dengan apa yang ada di pikirannya itu,” balas Thomas sembari memegang kepalanya.
Rey pun memasuki ruang makan, di hadapannya nampak sebuah meja makan panjang yang telah dipenuhi oleh berbagai makanan. Hal ini merupakan sebuah pemandangan yang biasa dalam rumah tangga Fitzgerald. Sementara itu di ujung lain meja makan nampak seorang pria tua yang duduk di kursi yang terlihat mewah. Pria tersebut adalah CEO sekaligus kepala dari Fitzgerald family yaitu Olivier Andrea Fitzgerald. Sementar di sampingnya tak lupa istri barunya yaitu Alda Lexyana yang juga merupakan ibu kandung dari Aldo dan Rey.
Sarapan pagi itu adalah Salmon Fillet dibuat oleh chef pribadi keluarga Fitzgerald yang merupakan asli orang Jerman. Sementara itu karena alerginya dan selera makanannya yang berbeda Rey mendapatkan menu simple yaitu berupa sandwich yang berisi keju, selai hazelnut, butter, meises dan ditemani oleh segelas susu dingin.
“Oh iya hari ini adalah hari kembali masuk sekolah ya?” tanya Alda.
“Hmm iya,” balas Rey sembari meminum susu yang ada di hadapannya.
“Bagaimana kehidupanmu di sekolah? Apakah kau sudah terbiasa dengan kehidupan barumu?” ucap Oli sembari tersenyum.
“Sejujurnya karena aku memilih untuk menyembunyikan namaku membuatku merasa seperti bukan siapa-siapa dan aku menyukainya,” balas Rey.
“Hahaha membuatku jadi kangen dengan masa SMA ingat nak masa SMA adalah masa-masa terbaik dalam hidupmu jadi nikamtilah selagi kamu bisa,” ucap Oli.
Menyandang gelar Der Kaiser yaitu pemimpin dari salah satu perusahaan induk terbesar di Indonesia membuat persepsi masyarakat terhadapnya pasti selalu negatif seperti misalnya kejam, emotionless, dan tidak berperikemanusiaan. Namun selama kurang lebih setahun Rey tingal satu atap dengannya, hal-hal tersebut tidaklah benar. Oli ternyata adalah seorang pria yang ceria, penyayang dan sangat menyukai lelucon-lelucon receh. Entah karena sedari dulu dia seperti itu atau karena umur yang membuatnya berubah.
“Oh iya sebaiknya di hari pertamamu ini kamu berangkat diantar saja, oh iya jangan lupa ajak Gusti juga,” ucap Alda.
Rey pun menyelesaikan sarapannya pagi itu.
“Baiklah, terimakasih atas makanannya,” ucap Rey.
Rey berdiri dan berjalan keluar dari ruang makan menuju ruang gantinya.
Beberapa menit kemudian.
Kini Rey sudah berpakaian rapi dan siap untuk berangkat sekolah. Ia pun berjalan ke arah garasi dimana Gusti dan seorang supir sudah menunggunya.
“Tuan muda aku sudah menunggumu,” ucap Gusti sembari membukakan pintu mobil.
Rey hanya tersenyum dan masuk ke dalam mobil kemudian diikuti oleh Gusti.
Merekapun berangkat menuju SMA Bhakti Luhur.
“Tuan muda apakah kamu tidak sabar untuk menikmati semester genap,” ucap Gusti memecah keheningan.
“Yah… aku gak tahu sih karena sejujurnya akhir semester lalu sedikit membebaniku sih,” balas Rey dengan canggung.
“Ah pasti tentang Ayunda ya? Gimana apakah tuan sudah memberikan jawaban?” balas Gusti sedikit menggoda.
“Hufftt… semenjak malam itu aku sama sekali tidak bisa menghubungi Ayunda,” balas Rey.
“Tidak bisa dihubungi atau tuan yang gak menghubungi dulu?” balas Gusti.
“Iya iya aku memang tidak menghubunginya dahulu, ini pengalaman pertamaku jadi aku gak tahu harus gimana? Sementara itu Ayu juga gak menghubungiku,” balas Rey.
“Tuan ini memang tidak peka terhadap perasaan perempuan ya, tuan harus segera menghubunginya! Dia pasti menunggu,” balas Gusti.
“Hmm… baiklah ketika nanti di kelas akan kucoba,” ucap Rey.
“Bagus aku yakin Ayunda juga pasti senang mendengarnya,” balas Gusti.
Rey dan Gusti tersenyum satu pemikiran.
“Yadi tolong berhentinya sedikit lebih jauh dari sekolah ya, aku gak ingin terlihat datang pakai mobil,” ucap Rey.
“Baik tuan,” balas si supir.