Liburan adalah hal yang selalu ditunggu, entah mengapa ketika kita menunggu liburan rasanya lama sekali namun sekalinya kita sudah masuk waktu liburan waktu bergerak sangat cepat. Hal itu juga berlaku dengan tokoh utama kita Rey, rekonsiliasinya dengan Ayunda terasa seperti baru kemarin tapi pada kenyataannya sudah satu bulan berlalu semenjak peristiwa di malam itu.
Kini liburan telah berakhir dan Rey sudah harus kembali masuk sekolah. Rey yang sudah sampai di sekolah secara gak sengaja bertemu dengan seorang wanita di tempat parkir SMA Bhakti Luhur.
“Hei Rey ada waktu sebentar?” ucap seorang wanita.
“Hmm kamu kalau gak salah Anya ketua kelas?” balas Rey.
“Yah untung kamu tahu diriku,” balas Anya.
“Justru lebih aneh kalau aku gak tahu ketua kelasku sendiri,” balas Rey.
“Anyway aku manggil kamu bukan untuk basa-basi,” ucap Anya.
“Iya emang ada apa?” tanya Rey.
“Jadi setahuku kamu dan Rusman itu sahabatan kan? Tapi kok aku jarang melihat kalian bersama lagi akhir-akhir ini,” tanya Anya.
“Hah soal itu ya… sejujurnya aku juga gak tahu mengapa ia menjauhiku,” balas Rey.
“Semenjak akhir bulan bahasa tahun kemarin ia jadi berubah, awalnya ketika aku menghubunginya ia selalu membalas dengan hangat namun kini ia sudah gak pernah membalas pesanku dan ketika aku berbicara dengannya di kelas sekarang ia jadi sangat dingin kepadaku,” jelas Anya.
“Wow aku gak tahu kalau kalian sedekat itu,” balas Rey.
“Ehem anyway intinya aku jadi khawatir dengannya dan kupikir kamu sebagai sahabatnya bakal jauh lebih tahu daripadaku,” balas Anya.
“Ya kita berada di posisi yang sama, tapi baiklah akan kuusahakan untuk berbicara dengannya,” ucap Rey.
“Terimakasih Rey aku mengandalkanmu, oh lihat kita sudah sampai di kelas,” balas Anya.
Tanpa mereka sadari ternyata mereka sudah sampai di depan kelas 11 IPA 8.
Rey memasuki kelas, ia melihat ke arah sekitar mencoba mencari seseorang. Seseorang yang ia cari tak lain tak bukan adalah Rusman. Namun Rey sama sekali tak berhasil menemukan keberadaan Rusman di kelas. Iapun akhirnya pergi ke tempat duduknya. Tempat duduknya berada di belakang dan yang berada di sebelah tempat duduknya tak lain tak bukan adalah Ayunda.
“Pagi Rey,” sapa Ayunda.
“Oh pagi juga Yu,” balas Rey sembari menaruh tasnya di loker meja.
“Kenapa kamu kok kelihatan gelisah gitu?” tanya Ayunda.
“Hmm aku terlihat gelisah ya? Sebenarnya aku sedang mencari Rusman tapi sepertinya hari ini ia tak masuk,” balas Rey.
Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba Gusti yang baru datang langsung ikut nimbrung.
“Well-well kalian akrab sekali padahal terakhir seingatku kalian malu-malu saat bicara bareng,” ucap Gusti menggoda.
“Apaan sih kami sudah membereskannya sejak sebulan yang lalu,” balas Ayunda.
“Hmm apa? Tuan kenapa tuan gak bilang ke aku? Kamu tahu semenjak hari itu aku selalu berpikir kalau kalian bakalan berakhir,” ucap Gusti secara tegas ke Rey.
“Gak semua masalah hidupku harus kuceritakan kepadamu kan? Dan mungkin aku juga,” balas Rey.
“Tapi syukurlah akhirnya aku tak perlu pusing lagi memikirkan hubungan kalian, jadi gimana dengan hubungan kalian?” tanya Gusti.
“Kami sepakat untuk menjadi teman,” balas Ayunda.
“Hmm sedikit membosankan sih tapi yaudahlah,” ucap Gusti.
Tanpa mereka sadari bel tanda jam pertama berbunyi, merekapun bersiap untuk memulai pelajaran pagi itu
Sepulang sekolah.
“Tuan kamu langsung pulang?” ucap Gusti kepada Rey di lorong sekolah.
“Gusti!! sudah seringkali aku bilang untuk tidak memanggilku tuan di publik dan iya aku mau balik,” balas Rey sembari menutup mulut Gusti.
“Oh iya, sebelum pulang aku butuh bantuanmu sebentar,” ucap Gusti sembari merogoh sesuatu dari tasnya.
Gusti pun mengeluarkan selembar kertas dari dalam tasnya.
“Jadi gini aku butuh tanda tanganmu disini buat dukungan di rapat OSIS nanti,” ucap Gusti sembari menyodorkan kertas ke Rey.
“Dukungan apa? Aku sebenarnya gak terlalu peduli sih dengan urusan OSIS,” balas Rey.
“Ini gak terlalu penting sih, aku hanya disuruh atasan untuk mengumpulkan tanda tangan,” balas Gusti.