pREY

Permadi Adi Bakhtiar
Chapter #4

ACT III BETWEEN

Hari berlalu begitu saja, terkadang tanpa kita sadari kita semakin dekat dengan akhir yang tak bisa kita hindari. Yah sudah cukup dengan retorikanya sebaiknya kita kembali ke tokoh utama kita yang sekarang nampak khawatir dengan event yang akan ia hadapi.

“Hello selamat pagi tu-Rey,” ucap Gusti kepada Rey yang duduk di bangkunya.

“Oh selamat pagi juga Gusti, anyway…,” balas Rey yang ternyata sedang berbicara dengan Ayunda.

“Jadi tuan apakah tuan siap untuk rencana pemenangan kita?” ucap Gusti.

“Hmm… jadi kamu sudah memutuskan untuk tetap maju ya Rey,” ucap Ayunda.

“Mau bagaimana lagi, toh lagipula sepertinya seru juga,” balas Rey.

“Jadi apakah tuan mau mereview jadwal kita?” ucap Gusti.

“Ya bolehlah,” balas Rey.

“Jadi untuk jadwal debat calon ketua OSIS akan dilaksankan seminggu lagi atau lebih tepatnya pada hari senin minggu depan jadi kita punya waktu seminggu untuk menyiapkan materi kita dan mungkin apakah tuan juga berniat untuk cari materi yang menyerang nona Zelda? Kalau begitu aku bisa mencari informasinya,” Jelas Gusti.

“Loh ada debatnya juga? Sepertinya ini sangat serius,” balas Rey.

“Gimana sih tuan kemarin malam di kamar tuan kan aku sudah bilang kalau ini adalah salah satu pertarungan gengsi antar keluarga jadi tentu saja ini sangatlah serius,” balas Gusti.

“Tunggu sebentar ngapain kamu di kamarnya Rey semalam?” potong Ayunda nampak sangat heran dan curiga.

“Hmm… bukankah sangatlah wajar bagi pelayan sepertiku untuk masuk ke kamar tuan untuk melayaninya,” balas Gusti.

“Aku gak melakukan hal yang aneh-aneh kok percayalah Yu,” balas Rey panik.

“Hmm… benarkah?” tanya Ayunda masih curiga.

“Ehem anyway kembali ke topik utama kita hari ini, jadi Gusti apakah kamu punya saran mengenai topik debat nanti dan ingat aku juga gak ingin menggunakan topik yang menyerang Zelda karena aku lebih ingin berfokus kepada diriku sendiri,” ucap Rey.

“Oh kalau begitu bagaimana kalau kita berfokus ke pengembangan sarana dan prasarana di sekolah?” ucap Gusti.

“Bukankah itu terlalu klise?” balas Rey.

“Kalau begitu bagaimana kita berfokus kepada isu mental health yang sering terjadi di kalangan siswa?” ucap Gusti.

“Hmm… emangnya kamu punya datanya?” balas Rey.

“Itu bisa aku cari kalau tuan perintah,” balas Gusti.

“Ide yang bagus kalau begitu akan kuserahkan kepadamu ya Gusti,” balas Rey.

“Anu aku boleh kasih saran gak?” ucap Ayunda yang dari tadi hanya menyimak.

“Ah Ayunda, bagaimana dengan idemu?” balas Rey.

“Kan kamu maju sebagai perwakilan dari orang biasa jadi bagaimana kalau kamu juga berusaha mencari suara dari mereka orang biasa?” ucap Ayunda.

“Hmm… menarik coba bisa kamu jelasin gak?” balas Rey.

“Zelda kan berasal dari keluarga bangsawan sangat bangsawan jadi aku yakin para pengikutnya juga berasal dari kalangan bangsawan. Sementara itu dari orang biasa mereka mau gak mau juga bakalan memilih Zelda karena ya gak ada lagi pilihan lain dan jika kamu yang mengaku tidak berasal dari keluarga bangsawan kamu bisa mencoba meraih simpati mereka di sisi lain mereka juga bakalan puas karena untuk pertama kalinya mereka bakalan punya representasi sebagai ketua OSIS dari kaum mereka,” jelas Ayunda.

“Wah brilian tapi bagaimana caranya aku bisa mendapatkan suara mereka?” ucap Rey.

“Kamu bisa memulainya dengan membuat janji kampanye yang bakal menguntungkan orang biasa seperti misalnya meningkatkan kuota untuk orang biasa di OSIS, menghilangkan tebing sosial yang terjadi di sekolah dan kamu bisa memberikan keseteraan bagi mereka di berbagai lini ekskul maupun kokurikuler,” jawab Ayunda.

Mendengar hal itu membuat Rey begitu gembira bahkan saking gembiranya ia secara refleks memeluk Ayunda.

“Hey Rey jangan disini ini kan kelas,” bisik Ayunda.

“Ah maaf,” balas Rey melepaskan pelukannya.

“Ah bagaimana denganku tuan aku kan juga memberikan ide,” ucap Gusti iri.

“Iya iya idemu juga hebat dan jangan lupa tugasku kepadamu ya, sementara aku akan mencari keluhan-keluhan dari siswa lain,” balas Rey.

“Siap tuan aku akan berusaha semaksimal mungkin,” jawab Gusti dengan tegas.

Sepulang sekolah.

Seperti yang sudah direncanakan Gusti mencari data tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekolah sedangkan Rey mencoba mencari suara dari kalangan biasa. Namun tak seperti yang diperkirakan Rey ternyata mencari suara itu merupakan hal yang berat. Mayoritas siswa tidak percaya dengan Rey dan berpikir bahwa gak ada gunanya Rey bertarung melawan Zelda Anwar yang sudah pasti bakalan menang. Karena tidak ada perkembangan membuat Rey memilih untuk beristirahat sebentar, bersandar di lorong yang menghubungkan antar gedung.

“Haaah ternyata hal ini susah juga ya, aku pikir bakalan mudah karena kulihat banyak dari mereka yang tertekan dengan adanya jurang sosial eh ternyata karena mereka tertekan sehingga membuat mereka terlalu takut untuk melawan,” pikir Rey.

Di tengah lamunannya itu secara kebetulan lewat seseorang yang mungkin sekarang Rey sangat ingin hindari yaitu Zelda.

“Ara sepertinya ada seseorang yang sedang merencanakan sesuatu dan kelihatannya rencananya tak berjalan lancar,” ucap Zelda menggoda sembari berdiri tepat di hadapan Rey.

“Hah aku gak menyangka bakal mengatakan hal ini tapi saat ini dari semua orang yang gak ingin aku temui kau berada di nomor satu,” balas Rey sembari menghela nafas.

“Katakan padaku sejujurnya apakah kau pikir kalau kau punya kesempatan melawanku?” tanya Zelda sombong.

Lihat selengkapnya