pREY

Permadi Adi Bakhtiar
Chapter #8

ACT VII THE INTERROGATION


Setelah mendapatkan info dari Rusman, Rey mulai bergerak demi mendapatkan info dari Bagus. Ia memulai dengan berdiskusi dengan Gusti.

“Wah aku gak menyangka kalau Bagus bisa terlibat sejauh ini di bisnis narkoba ini,” ucap Gusti.

“Kita belum tahu bisa saja Bagus hanyalah korban, maka dari itu aku hanya ingin berbicara dengannya,” balas Rey sembari mengikatkan sepatunya.

“Ah sepertinya tuan sudah siap, kalau begitu ayo berangkat,” balas Gusti.

Rey yang telah selesai mengikat sepatunya berdiri.

“Ah aku punya tugas untukmu di sini,” ucap Rey.

“Apa itu?” tanya Gusti heran.

“Aku ingin kamu tetap di sini dan memonitori diriku dari jarak jauh,” balas Rey.

“Ah gimana caranya?” tanya Gusti heran.

Rey merogoh sakunya untuk mengambil sebuah kamera kecil. Ia pun meminta Gusti untuk membuka smartphonenya.

“Jadi aku baru saja dapat barang menarik dan aku ingin kamu memasangkan ini ke smartphonemu,” ucap Rey.

Gusti pun membuka smartphonenya dan menghubungkan smartphonenya dengan kamera milik Rey.

“Ah ini sudah terhubung,” ucap Gusti.

“Jadi kalau aku menaruhnya di saku jaketku seperti ini maka kamu bisa melihat apa yang sedang kulihat,” ucap Rey sembari memasang kamera di saku jaketnya.

“Ah tuan benar,” balas Gusti sembari melihat smartphonenya.

“Bagus jadi kalau misalnya terjadi sesuatu denganku, aku ingin kamu segera menghubungi kakakku atau Thomas,” ucap Rey.

“Kalau aku ada disamping tuan maka aku jamin tuan akan baik-baik saja,” ucap Gusti mencoba menyakinkan Rey.

Rey kini sudah setahun lebih mengenal Gusti sehingga membuat ia tahu bagaiamana menangani Gusti. Rey pun mengelus-ngelus kepala Gusti sembari bilang.

“Karena aku sangat percaya dengamu maka dari itu aku ingin kamu tetap di sini sehinga jika terjadi sesuatu dengan salah satu diantara kita maka kita masih bisa mencari bantuan,” ucap Rey sembari mengelus-ngelus kepala Gusti.

“Ah ini tak adil, tuan tahu kelemahanku,” ucap Gusti kesal.

“Yaudah aku berangkat dulu, tolong awasi aku ya,” ucap Rey.

Setelah beberapa waktu berlalu kini Rey berada di tempat tujuan. Tempat persembunyian Bagus berada di pinggir kota New Jakarta. Kalau bisa diibaratkan tempat ini memang tempat yang cocok untuk para kriminal bersembunyi karena kondisi sekitarnya yang kumuh dan misterius ditambah dengan posisi dari kantor polisi sangatlah jauh. Rey memakirkan motornya sedikit agak jauh dari rumah persembunyian Bagus namun masih bisa terlihat. Ketika Rey melepas helmnya ia menyadari ada seseorang yang menunggunya.

“Hmm… kenapa kamu di sini?” ucap Rey.

“Karena aku penasaran,” balas pria itu sembari membalikkan badannya ke arah Rey.

Ternyata orang itu adalah Rusman yang nampak sudah lama berada di sana.

“Sepertinya kamu sudah menungguku cukup lama jadi bagaimana kondisi lapangan?” tanya Rey sembari merapihkan bajunya.

“Aku tidak menunggumu, btw sedari tadi aku gak melihat pergerakan di rumah itu. Rumah itu nampaknya kosong mungkin saja Bagus sedang keluar,” balas Rusman.

 “Itu aneh, oh iya aku lupa harus menghubungi Gusti,” ucap Rey sembari mengambil smartphone dari sakunya.

Rey pun memasang TWS di telinganya dan menelpon Gusti. Melihat hal tersebut membuat Rusman keheranan.

“Kau nelpon siapa itu?” tanya Rusman heran.

“Oh ini Gusti, Gusti say hi,” ucap Rey semabri mengganti smartphonenya ke mode loudspeaker.

Gusti awalnya nampak kaget karena ada Rusman di dekat Rey namun ia segera menyadari situasi dan play along dengan Rey.

“Kenapa Tolstoy? Oh iya kalian terlihat sangatlah dekat,” balas Rusman.

“Dia ada di rumahku untuk mengawasi kita apabila terjadi sesuatu yang buruk,” balas Rey.

“Hmm… kenapa Tolstoy ada di rumahmu? Hah jangan-jangan kalian… jadi itu alasanmu menolak Ayunda,” ucap Rusman nampak heran.

Lihat selengkapnya