Hari pemilihan smakin dekat, tanpa disadari bahwa besok adalah hari pemilihan. Sebuah hari yang ditunggu oleh semua siswa SMA Bhakti Luhur (mungkin) karena setelah hari ini arah pergerakan OSIS akan jelas kemana arahnya. Dua orang yang menjadi pion penting dalam pemilu kali ini adalah Remy Hyrule dan Zelda Ziggy Fitzgerald. Namun ditengah-tengah kesibukan mereka untuk meraih suara, mereka tersandung dengan masalah yang lebih besar. Kini mereka berdua sama-sama memiliki kunci untuk kasus ini.
Sepulang sekolah di lorong penghubung antar gedung
Ah kita berada di sini lagi di lorong yang memulai segalanya dan seperti kita ketahui kalau kita ada di sini berarti sebuah plot akan maju. Lagi-lagi plot kali ini digerakkan oleh Rey.
Rey bersandar di pembatas sembari memainkan smartphonenya. Ia nampak sedang menunggu seseorang. Speaking of devil orang yang ditunggu oleh Rey akhirnya datang.
“Jadi kenapa kau menghubungiku dan darimana kau bisa dapat nomorku? Ah aku tahu pasti dari Ayunda,” ucap Zelda nampak kesal.
“Itu tak penting, ada hal penting yang ingin kubicarakan,” balas Rey.
“Baik akan kudengar tapi cepatlah karena aku ada urusan penting sehabis ini,” ucap Zelda.
“Kau tahulah aku ingin membahas tentang apa, jadi gimana dengan dirimu?” tanya Rey.
“Kau masih ngeyel aja, yang jelas aku gak bakal mau memberitahumu tentang informasi yang kudapatkan,” balas Zelda nampak kesal.
“Aku tidak datang dengan tangan kosong, aku sudah tahu siapa orangnya dan dengan bantuan timku aku berhasil mengetahui markas mereka,” ucap Rey.
“Oh… impressive, kau punya tim sendiri?” tanya Zelda balik.
“Itu tak penting, yang penting sekarang menurutku kalau kita saling bekerja sama maka kemungkinan sukses kita akan semakin besar,” balas Rey.
Zelda nampak berpikir sebentar dan kemudian ia menghela nafasnya.
“Kau tahu selain karena aku tak ingin kalah darimu, alasanku untuk tak mau bekerja sama denganmu adalah aku takut karena kecerobohanku membuat orang awam sepertimu terluka. Dengar ya ini adalah sesuatu hal yang besar jadi serahkan juga hal ini kepada orang-orang besar dan kembalilah ke rumah, biarkan sang profesional bekerja,” balas Zelda.
“Aku gak tahu kalau kau sesombong itu, aku pikir kau berbeda dari para korporat sialan itu tapi ternyata sepertinya hal itu sudah mendarah daging,” balas Rey dengan heran.
Zelda membalikan badannya dan berjalan menjauh dari Rey.
“Aku rasa pembicaraan kita sudah selesai, jadi aku harap kau mengikuti saranku,” ucap Zelda.
Rey hanya bisa terdiam mendengar respon dari Zelda.
Beberapa saat kemudian di pinggir kota New Jakarta.
Nampak sebuah mobil janggal yang terpakir di pinggir jalan. Hal yang janggal dari mobil ini adalah kemewahan dari mobil tersebut yang tak cocok dengan lingkungan kumuh di sekitarnya. Tentu saja mobil ini dimiliki oleh seorang bangsawan yang jarang berinteraksi dengan orang biasa sehingga kesannya tak pada tempatnya. Bangsawan tersebut tak lain tak bukan adalah Zelda.
“Rurik apakah masih belum ada balasan dari ayah?” tanya Zelda.
“Maaf nona Zelda tapi masih belum ada balasan dari Vader Rhoam,” balas Rurik yang merupakan bodyguard sekaligus supir dari Zelda.
“Kalau dari kak Rendra?” tanya Zelda balik.
“Saya sudah berusaha menghubungi tuan Rendra namun tak ada respon sama sekali,” balas Rurik.
“Cih kalau kita menunggu lebih lama lagi bisa saja mereka kabur, kalau begini sepertinya kita berdua harus melakukannya sendirian,” ucap Zelda nampak kesal.
Di tengah pembicaraan mereka, tiba-tiba terdengar suara motor yang mendekat. Motor tersebut berhenti dan parkir di dekat mobil Zelda. Pengendara motor tersebut masih menggunakan helm full face berjalan ke arah mobil Zelda.
“Nona Zelda sepertinya ada orang asing yang mendekati kita, apakah nona ingin saya mengatasinya?” ucap Rurik sembari bersiap.
“Tunggu!! aku rasa aku tahu orang ini,” balas Zelda.
Pria tersebut kini sudah tepat berada di samping mobil Zelda, ia pun mengetuk kaca mobil Zelda. Zelda menurunkan kaca mobilnya dan menatap pria itu.
“Aku tahu kalian para bangsawan memang bodoh tapi aku tak menyangka kalian sebodoh ini,” ucap pria itu sembari membuka helmnya.
“Hah lucu sekarang kita lihat siapa yang bodoh, bukankah tadi aku sudah memperingatimu Rey?” balas Zelda.
Pria tersebut selesai membuka helmnya dan ternyata orang tersebut adalah Rey.
“Cih kalau kau tetap berdiri disana kau bakal memancing perhatian, capatlah masuk ke dalam mobil,” ucap Zelda.
Rey pun masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Zelda.
“Jadi bagaimana dengan rencana kalian?” tanya Rey yang kini sudah duduk di samping Zelda.
“Hah… yaudahlah, awalnya aku sudah menghubungi kakak dan ayahku namun mereka masih belum membalas, jadi aku rasa aku tidak punya pilihan lain selain menyusup ke dalam rumah itu bersama dengan Rurik,” jawab Zelda.
“Hah… beneran nih hanya kalian berdua?” tanya Rey heran.
“Kau jangan remehkan Rurik, dia adalah pensiunan MMA yang masih memegang rekor sebagai fighter dengan presentase kemenangan tertingi,” jawab Zelda.
Mendengar hal itu membuat Rurik nampak tersenyum bangga.
“Wow keren juga, jadi senjata apa yang kau bawa?” tanya Rey.
“Seorang petarung sejati tidak memerlukan senjata, yang mereka butuhkan hanyalah otot dan ini,” ucap Rurik sembari menunjuk kepalanya.
“Selama otakku masih ada di kepalaku, aku tak terkalahkan,” lanjut Rurik.
“Kau yakin tentang ini?” tanya Rey kepada Zelda.
“Tentu saja.”
“Nona Zelda sepertinya tak ada balasan sama sekali dari Vader dan tuan Rendra, jadi apakah kita pergi sekarang?” tanya Rurik.
“Hmm… baiklah sepertinya kita harus segera bergerak dan kau Rey kau bisa tetap disini dan melihat dari tempat yang aman,” ucap Zelda.
“Tidak aku akan ikut,” balas Rey.
“Baiklah kau boleh ikut selama kau tidak mengganggu,” balas Zelda.
Mereka bertiga pun keluar dari dalam mobil dan mengamati situasi.
“Nona Zelda apakah kau melihat jendela kosong yang terbuka itu? Kita bisa masuk lewat sana dan menurut saya itu adalah jalan teraman,” ucap Rurik.
“Tunggu sebentar bukankah ini terlalu sepi? Aku merasa de javu,” ucap Rey memotong pembicaraan.
“Tuan Rey apakah anda meragukan analisis saya? Saya sudah sering berada di situasi seperti ini dan biarkan saya memberitahu anda kalau ini adalah jalan terbaik,” balas Rurik nampak sedikit marah.
“Oke, tapi aku punya firasat buruk,” balas Rey pesimis.
Sesuai rencana Rurik mereka masuk ke dalam rumah sedang itu melalui jendela yang terbuka secara mencurigakan. Rurik masuk duluan untuk mengamati kondisi dan ketika Rurik memberikan tanda aman kini giliran Rey dan Zelda masuk ke dalam rumah.
“Lihat benarkan apa kataku? Selama otakku masih ada di kepalaku aku tak terka…”
Bang!!!! tiba-tiba dari arah yang tak diketahui terdengar suara tembakan yang sangat keras, hal ini mengagetkan Zelda dan Rey namun tidak dengan Rurik. Rurik tidak kaget karena dirinya tersungkur di lantai. Melihat Rurik tersungkur membuat Zelda panik, ia pun berusah meraih tubuh Rurik namun hal yang tak terbayangkan terjadi. Tubuh Rurik memang masih utuh namun tidak dengan kepalanya yang pecah sebelah membuat otaknya berceceran di lantai. Menyaksikan kengerian itu secara langsung membuat Zelda mau muntah namun batal karena ia mendengar suara benturan keras benda tumpul dari arah belakangnya, ia pun menengok ke belakang dan kini Rey yang sudah tersungkur di lantai. Tak berselang lama pandangan mata Zelda menjadi buram.
???????
“Zelda, Zelda kamu gak papa?” ucap seorang pria.
Zelda terbangun, ia mengusap air mata dari kedua matanya.
“Ini air mata? Hmm… bukannya tadi aku oh dan kakak gimana kamu bisa disini,” ucap Zelda panik.
Lelaki tersebut hanya tersenyum dan berjalan mendekati Zelda. Ia pun memeluk Zelda dan berusaha menenangkannya.
“Tenanglah semua pasti akan baik-baik saja karena aku kan selalu berada di sampingmu,” ucap pria itu sembari tersenyum.
“Kakak hiks… kakak hikss..,” ucap Zelda sembari memeluk pria itu erat.
“...”
Kakak… kakak… kakak…
“Selamat pagi tuan putri sepertinya tidurmu nyenyak.”
“Hah Rey?!! kamu… kamu…,” ucap Zelda panik.
Wajar Zelda kaget melihat Rey karena kondisi Rey sangatlah mengerikan. Tangannya terborgol di kursi sementara wajahnya nampak babak belur seperti habis dihajar oleh banyak orang dan darah mengucur dari hidung Rey.
“Oh maafkan aku kalau aku tampil di hadapanmu dengan kondisi begini huft.. huft…,” balas Rey dengan ngos-ngosan.
“Rey… kejamnya,” ucap Zelda.
“Heh… heh… atleast kamu baik-baik saja,” ucap Rey.
“...”