Pria Dengan Goggles

Arfan Sidiq
Chapter #1

Bab 1 Pria Dengan Goggles

Pria Dengan Goggles

“Lo yang nggak ngertiin gue.”

“Kurang ngerti apa coba? Gue selalu bersabar supaya lo bisa fokus ke karir lo. Tapi apa?”

“Semua itu butuh proses.”

“Apanya yang proses kalau progresnya aja jalan di tempat?”

Sepasang kekasih berdiri di pinggir jalan, tak menghiraukan tatapan orang-orang yang lalu lalang di sekitar mereka. Perdebatan soal ‘saling mengerti’ terus berlanjut. Hari ini hari Senin, seperti biasa, si pria menjemput si wanita untuk berangkat ke sekolah bersama. Mereka bersekolah di tempat yang sama, namun pagi ini perjalanan mereka terhenti, berujung pada pertengkaran sengit di atas motor.

“Lo harusnya ngerti, Sa. Gue cuma punya waktu Sabtu dan Minggu buat fokus ke band gue. Gue juga nggak boleh ninggalin pelajaran atau ngecewain orang tua,” kata Bayu, suaranya terdengar frustrasi.

Ia merasa terjepit di antara tuntutan band, sekolah, dan pacarnya. Teman-teman satu bandnya menekan agar mereka segera naik level, sementara Tesa menuntut lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama.

“Gue juga pengen kayak cewek-cewek lain! Sering diapelin, sering jalan bareng,” balas Tesa kesal.

Ia muak setiap kali mendengar celotehan teman-temannya memamerkan kemesraan mereka di akhir pekan. Hari Senin selalu jadi ajang pamer, dan ia tak pernah bisa ikut serta dalam pembicaraan itu.

“Maaf, Sa. Plis, kasih gue waktu sebentar lagi,” pinta Bayu.

“Sebentar?” Tesa mendengus sinis. “Udah berapa kali lo minta ‘sebentar’? Dan gue selalu kasih. Sampai kapan? Lo cuma peduli sama band suram lo.”

“Band gue nggak suram, Sa! Jangan pernah bilang kayak gitu. Gue nggak akan maafin lo walaupun gue sayang sama lo,” ancam Bayu.

Tesa tersenyum sinis. “Oh ya? Itu kenyataan, Bay. Band lo itu band kelas rendah. Lo pikir bisa masuk dapur rekaman?”

Tamparan melayang.

Namun, sebelum tangan Bayu mencapai wajah Tesa, tubuhnya tersentak ke belakang.

"Bruaaakkk!"

Bukan suara tamparan, melainkan suara tubuh Bayu yang terjerembab ke aspal setelah diserempet oleh sebuah motor.

Di atas motor bebek dengan box besar di belakangnya, seorang pria dengan goggles berwarna biru menghentikan kendaraannya. Ia menoleh ke arah Bayu yang masih tergeletak di tanah.

“Sori,” katanya singkat.

Lalu, tanpa banyak bicara, pria itu menyalakan kembali motornya dan melaju pergi. Anehnya, matanya tetap terpejam, bahkan saat menjalankan motornya.

“Sialan! Jangan kabur lo!” teriak Bayu. Ia bergegas berdiri, siap mengejar pria misterius itu.

Namun, sebelum sempat menyalakan motornya, Tesa menahan tangannya.

“Eh, tunggu. Kita belum selesai,” ujar Tesa tajam.

Bayu menghela napas kasar. “Terus, lo mau apa sekarang?”

“Lo tadi mau nampar gue, kan? Nih, kalo lo berani, ayo tampar sekarang,” tantang Tesa, matanya menyala penuh emosi.

Lihat selengkapnya