Pria Pilihan Suamiku

aisakurachan
Chapter #7

Kamu Tidak Seperti Dirinya

“Ndak mau!” Gita mengamuk. Ketenangan acara terusik justru setelah selesai. Gita menolak naik mobil bersama Damar, lalu menarik tangan Menur agar masuk lagi ke dalam mobil yang membawa mereka ke kantor KUA itu, bersama Warti. Gita ingin pulang ke rumah neneknya lagi.

“Gita, ummi kemarin udah bilang kan kalau habis acara kita tinggal di rumah baru. Ummi udah nyiapin semuanya di sana. Baju sama mainannya udah di mobil lain,” bujuk Menur, sambil mengusap kepala Gita. 

Melihat matanya yang sayu, Menur tahu kalau Gita sebenarnya mengantuk. Tadi malam bocah berkuncir dua itu nyaris tidak tidur karena terlalu antusias, kini semua lelah berkumpul menjadi marah dan jengkel. 

Tapi meski tahu sebabnya, keadaan tidak menjadi lebih mudah. Gita tetap menangis dan menolak disentuh siapapun.

“Ini, nanti ummi ngasih ini ke rambut Gita kalau kita udah di mobil.” Menur mencoba mengalihkan perhatian Gita dengan hiasan melati, karena Gita sejak tadi amat tertarik dengan itu.

“NDAK MAU!” Jeritan Gita malah semakin menjadi, dan kembali menarik tangan Menur ke arah mobil.

“Mas…” Menur bermaksud meminta izin pada Damar untuk sebentar saja berpura-pura naik ke mobil yang diinginkannya, baru nanti setelah tertidur mereka bisa pindah lagi, tapi Damar sudah tidak ada di belakangnya.

Menur sempat mengira Damar tidak mau mendengar keributan itu dan menyingkir menjauh saat melihatnya ada di dekat mobil, tapi untuk kesekian kali, ia mendapat kejutan. Damar kembali sambil membawa boneka beruang biru, berbulu dan besar. Bagian atas tubuh Damar nyaris tidak terlihat saat menggendongnya.

Tangis Gita langsung terhenti pada detik yang sama ketika melihat boneka itu. Jauh lebih menarik dari melati tentu, jauh lebih mencolok juga sampai tidak bisa diabaikan.

“Gita, kalau masih nangis, Om bingung mau ngasih ini buat siapa.” Damar kembali berjongkok di depan Gita.

“Itu… buat Gita?” Gita sepertinya lupa dengan keinginannya. Tangannya terulur menyentuh bulu lembut biru itu.

“Iya dong. Om kemarin beli buat Gita ini. Katanya Gita suka boneka beruang. Makanya Om nyari sampai ketemu yang lucu gini. Lucu ga bonekanya?” Damar bertanya dengan riang.

Keterangan yang membuat Menur lebih takjub lagi—juga heran karena Damar tahu. Selama ini, memang Gita nyaris tidak pernah berpisah dengan boneka beruang miliknya—hadiah dari Wira dulu. Selalu dilibatkan dalam acara bermain jenis apapun.

“GEDEEE!” Gita memekik lalu menghambur memeluk boneka seukuran tubuhnya itu sambil terkekeh girang. Sudah jelas ia menerima dengan senang hati.

Lihat selengkapnya