Kota Jakarta bersama hiruk-pikuknya yang tak pernah beristirahat. Memperdengarkan suara kendaraan yang lalu-lalang, menyoroti jalanan dan gedung-gedung elit di malam hari. Sebuah mobil sport hitam melaju—menuju salah satu gedung megah yang ramai dihadiri para tamu undangan. Eliano menghentikan mobilnya tepat di depan gedung itu. Punggungnya yang lebar dan alisnya yang tegas menjadi pemandangan sempurna sebelum ia keluar membuka pintu mobilnya. Langkah kaki Eliano menggema tatkala turun dari mobil dan berjalan masuk ke ruang acara—ulang tahun perusahaan—milik keluarga kaya raya. Beberapa pasang mata tertuju padanya. Wajah-wajah itu mengekspresikan rasa penasaran, yang ingin sekali mereka ketahui jawabannya. Siapa pria muda tampan itu? Ia tampak seperti pebisnis muda yang sukses. Apa ia salah satu orang yang berpengaruh di perusahaan Sky Group? Atau ia menantu dari anak pemilik perusahaan? Suara bisik-bisik terdengar samar di telinga Eliano. Suasana pesta memamerkan kemewahan hidup para pebisnis muda maupun tua, terlihat dari merek pakaian dan benda yang mereka kenakan malam ini. Dengan wajah dingin dan rasa penuh percaya diri, Eliano mencari tempat duduk. Seorang kenalan sudah menunggunya di meja—barisan tengah.
Di balik sorot kamera awak media, Shakeela dan orang tuanya tersenyum lebar berdiri di atas panggung—berhiaskan pernak-pernik dan kue tart bertuliskan “Sky Group’s 75th Birthday”. Sebuah perusahaan retail warisan kakek-nenek Shakeela—dari pihak ayahnya. Shakeela adalah putri tunggal sekaligus pewaris utama di keluarganya. Namun, hidup dihujani kemewahan bukanlah kebahagian mutlak baginya. Karena sedari remaja ia sudah dituntut oleh keluarganya untuk belajar di bidang bisnis agar mampu menjalankan perusahaan di masa depan. Padahal ini sama sekali bukan impiannya. Gadis berusia 25 tahun ini tumbuh sebagai anak yang penurut, lembut dan tertutup. Sebab, ada satu hal yang janggal di hatinya sedari ia remaja sampai sekarang. Ia merasa kehidupannya seperti sebuah cerita palsu yang sudah diatur oleh kedua orang tuanya. Perhatian para tamu kini tertuju pada Shakeela dan keluarga.
“Terima kasih kepada seluruh tamu undangan yang sudah hadir malam ini.” Salim Nugroho memulai pidatonya. Ia tampak begitu bersemangat berada di atas panggung bersama istri dan putrinya. “Sungguh pencapaian yang luar biasa bagi perusahaan Sky Group masih bisa berdiri sampai saat ini, 75 tahun lamanya. Ya, saya berharap semoga Sky Group akan tetap ada dan terus berjaya sampai berapa puluh tahun ke depan lagi. Tentunya kesuksesan ini tidak lepas dari dukungan keluarga tercinta—istri dan anak saya.”
Eliano mengernyitkan simpul atas bibirnya, merasa muak dengan apa yang disampaikan Salim.
“Selaku Presdir saya akan selalu berusaha berinovasi, memberikan yang terbaik untuk para konsumen. Sebagaimana motto dari PT. Sky Group yaitu “Belanja Seru, Kualitas Nomor Satu”. Sky Group akan menghadirkan barang-barang terbaru yang berkualitas, pastinya harga juga pas.” Salim menoleh ke arah Shakeela, memanggilnya dengan senyuman hangat. Shakeela pun melangkah mendekat ke arah penonton—berdiri di samping ayahnya. “Selain itu, saya juga ingin memperkenalkan anggota baru kita. Putri saya yang baru saja lulus dari studinya di bidang manajemen bisnis. Ia akan segera menjabat sebagai CEO di Sky Group.”
Seketika wartawan menjadi sibuk memotret Shakeela dan menulis artikel tentang dirinya. Shakeela tampak tidak nyaman dengan situasi ini. Namun ia harus bersikap santai seperti yang sudah diperintahkan ibunya saat di belakang panggung tadi. “Ingat. Kau jangan gugup dan sampai membuat kesalahan! Mengerti?!” Sementara ia hanya bisa mengangguk menelan perkataannya.
Mic sekarang beralih ke tangan Shakeela. Ia tampak berusaha menahan rasa gugup yang sedang menyergapnya saat ini. Sepersekian detik mengatur napas, tanpa sengaja pandangannya langsung tertuju pada Eliano. Pria asing yang menatapnya dingin—penuh kebencian dan dendam. Seakan-akan tatapan itu sedang mengintimidasi dirinya tanpa alasan. Tak lama, Shakeela mengalihkan lagi fokusnya pada acara.
“Halo! Selamat malam semuanya. Terima kasih untuk sambutan hangat kalian pada saya. Perkenalkan, saya Shakeela Ayunda, yang akan segera menjabat sebagai CEO Sky Group. Mohon kerja sama dan dukungannya,” tutur Shakeela singkat.
Gemuruh tepuk tangan memenuhi ruangan kala Shakeela mengakhiri kalimatnya. Setelahnya, seluruh tamu undangan tampak menikmati hidangan sekaligus bincang-bincang santai di meja mereka. Salim terlihat mengajak Wulan dan Shakeela ikut bersamanya untuk menyapa tamu-tamu penting. Ada Eliano di antara mereka. Dengan langkah hati-hati dan pandangan sedikit menunduk, Shakeela berjalan penuh keterpaksaan di sisi ibunya. Dari banyaknya tamu wanita yang hadir malam ini, Shakeela adalah pemandangan indah yang paling menonjol. Rambutnya terurai sebahu, dengan jepitan kecil tersemat di kepalanya. Wajahnya yang kecil, tubuhnya yang kurus dan kulitnya yang putih mulus, menjadikan ia bak putri kerajaan dengan gaun hitam glamor yang dikenakannya.
Eliano menggoyang-goyangkan gelas sampanye-nya—diiringi tatapan tajam—ke arah Salim beserta keluarga yang mulai mendekati mejanya. Menyadari ada Eliano di sana, Shakeela terkungkung dengan rasa penasaran. Sorot mata dan raut wajahnya menyiratkan tanya, ‘siapa pria ini?’.
“Salim! Semoga sukses terus,” sapa Pak Handoko, menjabat tangan Salim disertai senyuman tulus. Ia adalah pemilik usaha makanan dan minuman instan sukses asal Bandung.
“Terima kasih, Pak. Terima kasih juga sudah datang. Semoga kau juga semakin sukses.”
“–Selamat ulang tahun untuk perusahaanmu, Salim.”
“Terima Kasih!”
“–Selamat! Sukses selalu untuk Sky Group.”