Shakeela berdecak menatap Eliano sinis. Raut wajahnya menjelaskan ‘dari mana pria tua ini mendapatkan kepercayaan diri yang begitu tinggi?’
“Kenapa kau menanyakan ini?”
“Kenapa tidak? Aku hanya ingin tahu.”
“Lain kali jangan bertanya sembarangan pada orang lain. Ada kalanya tidak perlu mengetahui apa yang ingin kau ketahui,” jawab Shakeela gugup menggenggam gelas minumannya.
Eliano tersenyum seraya mengangguk. Ia merasa tertantang dengan reaksi yang diberikan Shakeela padanya.
“Bagaimana kalau aku sangat ingin mengetahuinya?” tanya Eliano perlahan melangkah mendekati Shakeela.
Shakeela pun perlahan mundur—menjaga jarak dari Eliano. Dirinya semakin gugup karena Eliano. Sampai-sampai tumit sepatunya hampir saja membuatnya jatuh. Beruntungnya tangan Eliano dengan sigap menangkap bahunya. Keduanya kemudian saling tatap.
Sementara di ruang pesta, Wulan baru saja selesai mengobrol dengan para istri pebisnis lainnya. Selepas itu ia tampak berjalan menghubungi Shakeela lewat ponselnya.
***
[Ponsel Berdering]📲
Seketika dering ponsel Shakeela memecah suasana romantis antara dirinya dan Eliano. Adegan saling tatap pun terhenti.
“Halo, Ibu.”
“Kau masih di atap atas? Cepat turun dari sana, sekarang! ”
“Iya. Aku masih di sini. Baik, Bu, aku akan segera turun.”
Shakeela melepas jas yang dikenakannya. Ia mengembalikannya pada Eliano dengan buru-buru pergi.
“Terima kasih!” ucap Shakeela.
Selama beberapa menit Eliano hanya melihat Shakeela berlalu. Tak lama, ia segera menyusul pula ke ruang pesta. Beberapa tamu undangan telah pergi meninggalkan pesta. Pun Hanung tampak hendak pergi pula. Langkah kaki Eliano sesaat terhenti. Ia menajamkan pandangannya, melihat Shakeela sudah berkumpul lagi dengan kedua orang tuanya. Ia mulai memikirkan cara lain agar tidak melewatkan kesempatan untuk masuk ke kehidupannya Salim pun putrinya—Shakeela. Sekali lagi ... Eliano memunculkan dirinya di hadapan Salim dan keluarga, sebelum ia pergi meninggalkan pesta.
“Salim. Aku balik, ya. Terima kasih undangannya,” ucap Hanung seraya bersalaman dengan Salim.
“Baiklah. Hati-hati, ya. Terima kasih sudah datang.”
Sesaat Hanung berbalik badan dirinya berpapasan dengan Eliano. “El, kau masih di sini rupanya.”
“Iya, Pak. Anda sudah akan pulang?”
“Iya. Saya masih ada urusan lain. Saya duluan, ya.”
“Baik, Pak. Hati-hati!”
Hanung menepuk bahu El disusul senyuman ramah, “Terima Kasih!” lalu ia pun melangkah pergi.
Selepas Eliano berbicara dengan Hanung, di waktu bersamaan Salim melihat—lalu memanggil pengacara muda itu untuk menghampirinya lagi. Eliano tidak menduga, kalau ia akan mendapat undangan makan malam dari Salim dan istrinya secara khusus di rumah mereka.
“Ini tips dan rahasia yang ke dua dariku. Bagaimana cara mendekati putriku?” gurau Salim berbisik pada Eliano.
Mendengar ini, Eliano lantas tertawa merespons, “Haha… baiklah, Pak. Saya akan datang kalau begitu.”
Di sisi lain, Shakeela memasang wajah tidak senang atas ajakan ibu dan ayahnya yang mengundang Eliano untuk makan makan malam bersama mereka.