Prick Of Heart

Elia Gracecia
Chapter #11

Chapter Sembilan - Lab Fisika

****

Orang kalau udah kenal cinta, bucinnya nggak ketolong.

****

Waktu berjalan dengan cepat, pagi ini terasa berbeda. Mentari belum juga memancarkan sinarnya. Atau mungkin tidak. Tidak ada kehangatan yang biasanya menyapa para umat manusia. Hanya ada awan gelap dan langit mendung. Tapi itu sama sekali tidak membuat semangat Selly turun untuk pergi ke sekolah.

Seperti hari-hari biasanya. Cewek itu menunggu di halte bus yang memang dikhususkan untuk para siswa-siswi SMA Moonlight.

Hari ini Laudia tidak masuk sekolah. Katanya lagi demam unyu-unyu. Nggak deng, dia memang lagi sakit demam. Jadilah gadis itu seorang diri. Tidak ada Laudia hari ini. Tenang saja, ia bisa bersama temannya yang lain.

"Woy!" ucap seseorang yang datang dibaluti helm fullface lengkap dengan motor ninja berwarna hitam miliknya.

Selly celingak-celinguk sendiri, kemudian menunjuk dirinya sendiri. "Gue?"

"Hm. Cepet naik!" perintah cowok itu membuat Selly bertanya-tanya. Bahkan ia tidak tahu siapa yang menyuruhnya untuk duduk di motornya. "Lo siapa?"

Cowok itu menghela nafas. "Deon," ucapnya sewot.

Selly mengkerutkan dahinya tidak percaya, "Masa, sih? Coba buka helmnya! Gue nggak yakin kalau lo itu Kak On."

"Ogah! Nanti lo bisa pingsan lihat ketampanan gue," ucap Deon percaya diri membuat Selly memutar bola matanya jengah.

Ternyata memang benar cowok itu Deon. Percaya dirinya memang ada di atas rata-rata.

"Beneran Kak On," gumam Selly.

"L-lo ngapain kesini?"

"Mungutin jomblo di pinggir jalan," ujar Deon asal.

"Cepet naik!"

"Eh, iya-iya." Selly beranjak dari duduknya, kemudian naik ke atas motor ninja milik kakak kelasnya itu.

"Pegangan!" perintah cowok itu.

"Dih! Modus!"

"Yaudah kalau nggak mau. Gue mau ngebut. Kalau lo kejungkal kebelakang, gue nggak bakal tanggung jawab!" Deon melajukan motornya dengan cepat, membuat Selly terperanjat kaget. Cewek itu memukul bahu Deon.

"Aww! Sakit Sel!" seru Deon membuat Selly tersenyum puas. "Siapa suruh ngagetin gue? Kalau mau ngebut bilang, kek!" protes cewek itu.

"Gue, kan, tadi udah bilang mau ngebut. Lo nya aja yang ngeyel!"

"G-gue pikir tadi lo cuma bercanda."

"Yaudah sekarang cepat pegangan!" Selly memegang kedua pundak Deon. Cowok itu pun melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Tidak ada pembicaraan apapun setelah itu. Hanya terdengar suara hembusan angin yang berlalu lalang.

Sampai kemudian, mereka berdua sampai di sekolah. Tatapan kaget dan iri menyapa begitu mereka berdua tiba di parkiran sekolah.

"Makasih udah berbaik hati anterin gue." Deon berdehem.

"Lagian gue cuma kasihan lihat lo diam sendirian di pinggir jalan gitu." Selly menatap Deon datar, "Dasar Kak On!"

Cewek itu berbalik meninggalkan Deon sendirian. Tapi sebuah suara memanggilnya lagi membuat gadis itu otomatis berbalik.

"Woy! Selly!"

"Apalagi, sih!" ucap Selly kesal.

"Noh, helmnya masih lo pakai." Selly mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia memegang kepalanya yang ternyata masih terbalut helm milik Deon.

"Sial! Malu gue!" gumamnya seraya menahan malunya mati-matian di depan Deon yang kini tengah menatapnya. Cewek itu melepas helm yang masih membaluti kepalanya seraya berjalan kearah Deon. Ia berusaha untuk menetralkan ekspresinya.

"Nih!" ucap Selly mengembalikan helm milik Deon.

"Muka lo kenapa kayak tomat gitu?" tanya Deon dengan polos.

Nahan malu gue!

"M-mana ada? Gue mm... gue... kebelet boker kayaknya. Duluan, ya? Bye!" Selly kabur meninggalkan Deon yang masih menatap heran kepergian Selly.

Cewek itu berhenti berlari. "Fyuh, selamat!" ucapnya pelan ketika sudah berada di kompleks IPS. Ia segera masuk ke kelasnya dan duduk.

****

"Eh, pangeran udah datang!" ucap Jose ketika Deon duduk diselahnya. Tidak ada sahutan darinya. Cowok itu hanya sibuk mengeluarkan isi kolong mejanya yang setiap hari hanya dipenuhi dengan coklat, bunga, dan surat cinta.

"Jose! Karungin semua," perintah Deon membuat Jose mengangkat tangannya membentuk pose hormat. "Siap komandan!" Cowok itu pun segera memasukkan coklat dan bunga ke dalam kantong kresek. Sedangkan surat cinta? Deon akan membuang semuanya.

"Yan! Kenapa muka lo nesu begitu?" tanya Jose begitu Adrian masuk dengan muka cemberut.

"My love hari ini nggak datang! Gue, kan, kangen." ucapnya seraya duduk di kursi depan Deon.

"Bucin banget lo, Yan," kata Deon seraya mencorat-coret buku tulisnya. Entah apa yang sedang ia lakukan, yang penting bisa menghilangkan rasa gabut yang sedang melanda tanpa permisi.

Adrian mengangkat kedua bahunya tak peduli. Cowok itu hanya menenggelamkan kepalanya di atas lipatan tangannya.

"Yan! Hari ini lumayan banyak coklat sama bunganya. Bisa untung banyak kita." Adrian mengangguk lemah. Ya, kedua cowok itu menjual semua coklat dan bunga yang diberi Deon. Deon, sih, bodo amat barang-barang itu mau diapakan nantinya. Sesuka kedua temannya saja.

Tak lama kemudian, Pak Wito selaku wali kelas 11 IPS-1 sekaligus guru sejarah pun masuk, membuat murid-murid yang masih berkeliaran di tempat duduk temannya kembali ke habitatnya, para ciwi-ciwi yang sedang bergosip ria pun dengan terpaksa menghentikan kegiatannya. Semua murid hanya fokus kedepan.

"Pagi anak-anak!"

"Pagi, Pak!" jawab seluruh murid kelas 11 IPS-1 dengan serempak.

"Sebelum kita mulai pelajaran sejarah, Bapak akan menyampaikan satu pengumuman penting. Tepat pada minggu depan, sekolah akan mengadakan kemah musim panas atau yang biasa kalian sebut dengan sumer kem."

"Summer camp kali, Pak. Bukan sumer kem," cerocos Adrian membuat seisi kelas tertawa renyah. Kecuali Deon, cowok itu hanya menyunggingkan senyuman tipis.

"Ah ya, itu maksud saya. Kemah ini akan dilaksanakan di puncak bersama dengan adik kelas kalian, kelas sepuluh."

Deon membelalak matanya, tangannya terangkat. Pak Wito yang melihat itu langsung membuka suaranya, "Ya, silahkan bertanya, Deon."

Lihat selengkapnya