****
I miss you, friend.
****
Selly mengusap-usap lengannya yang terasa menggigil. Halte bus, disinilah dirinya. Disaat teman-temannya termasuk Laudia sudah pulang sedari tadi, Selly justru masih berkutat dengan ponselnya, mencoba untuk memesan ojek online. Walaupun ia tahu kemungkinan untuk dapat ojek online pada saat hujan seperti ini sangat kecil. Pasti para driver-nya lebih memilih untuk berteduh.
Selly mengangkat ponselnya untuk mencari sinyal yang bagus. Ia berdecak kesal, "Kenapa sinyalnya jelek gini, sih? Nggak dapet-dapet ojek online coba."
"Nggak usah ngeluh. Cepet masuk!" seru seseorang membuat Selly menoleh kearahnya.
Selly mengerjapkan matanya berkali-kali, "Beneran boleh? Nggak ngrepotin, nih?"
Cowok itu menggeleng cepat.
Dalam hati Selly merasa lega, setidaknya ia bisa pulang setelah cukup lama berusaha memesan ojek online ditengah hujan seperti ini. Untung saja kakak kelasnya itu sudah berbaik hati mau memberikan tumpangan untuknya. Walaupun Selly tak tahu ini terpaksa atau tidak.
"Masuk atau mau gue gendong?!?" perkataan itu terlontar begitu saja dari mulut Deon membuatnya dengan cepat membekap mulutnya sendiri. Cowok itu saja tidak menduga bahwa ia akan berkata seperti itu.
Deg
Sejak kapan cowok itu berani berkata seperti itu kepada cewek? Berdasarkan apa yang telah dikatakan Laudia, Deon sama sekali tidak pernah berpacaran. Cowok itu pun nyaris tidak memiliki teman cewek. Kalaupun punya, itupun hanya dua atau tiga.
"E-emang berani?" tanya Selly gugup.
"Berani." Deon terkesiap ingin membuka seatbelt, namun suara Selly membuatnya menghentikan aktivitas yang tengah ia lakukan.
"I-iya, gue masuk."
Dengan cepat Selly membuka kemudian masuk ke kursi sebelah pengemudi seraya memangku tas ranselnya, tak lupa memakai seatbelt.
Cewek itu tidak mungkin membiarkan Deon melakukan hal gila seperti itu terhadap dirinya. Apa kata teman-temannya nanti jika mereka mengetahuinya?
Mobil itu pun melaju, membelah hujan yang menerpa dengan kecepatan standar.
Entahlah, kenapa hujannya begitu deras hari ini. Bohong kalau Selly bilang ia sedang tidak kedinginan sekarang. Bahkan ia sudah berulang kali mengusap kedua tangannya supaya ada sedikit kehangatan.
"Kak, dingin." Deon menoleh sesaat kemudian pandangannya kembali ke depan.
"Nggak usah manja. Punya tangan, kan? Matiin sendiri," ucap Deon dengan cuek. Selly mencebikkan bibirnya kesal. Lantas ia mematikan ac mobil yang menyentor kearahnya.
Lampu merah membuat mobil itu mendadak berhenti. Deon menoleh kearah Selly. Selly yang merasa diperhatikan pun juga menoleh kearah Deon. Mata mereka bertemu, memandangi satu sama lain.
Selly meneguk ludahnya dengan susah payah, ia benar-benar tidak terbiasa dengan keadaan ini. "Ke-kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu?"
Deon menggeleng pelan.
Tangannya meraih botol air yang ada di dekatnya, kemudian memberikannya kepada Selly. "Minum dulu, bibir lo kering. Nggak baik, dehidrasi."
Selly mengerjap beberapa saat, lalu menerima botol air pemberian Deon dan segera meneguknya. Kebetulan sekali saat ini ia sedang haus. Air botol minumnya kebetulan sudah habis dan terakhir ia minum adalah pada saat ia berada di halte.
Matanya membulat setelah menyadari sesuatu. Ia buru-buru langsung menjauhkan botol air itu dari mulutnya.
"Kenapa?"
"I-ini bekas siapa?" Cewek itu baru sadar kalau botol air itu sudah dibuka segelnya dan isinya pun tidak lagi penuh. Sialnya, ia baru menyadarinya begitu ia meneguknya.
"Ya bekas gue, lah," ucap Deon santai seolah-olah yang baru saja terjadi bukanlah apa-apa. Tapi bagi Selly ini merupakan apa-apa.
Selly menatap Deon kesal seraya mengkerucutkan bibirnya, "Lo udah curi kesempatan dalam kesempitan ya? Dasar cowok nggak tahu malu!"
"Ck, salah gue ap-"
"Lo udah curi ciuman pertama gue!" potong Selly cepat dengan muka memerah.
Deon terdiam sejenak, kemudian ia mengedikkan bahunya tidak peduli. "Bukan urusan gue."
Cowok itu kembali menjalankan mobilnya ketika melihat lampu lalu lintas yang sudah berubah menjadi hijau.
"Kalau gitu mending tadi mampir ke minimarket beli minum."
"Ngapain? Boros."
Selly menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Ia menjadi sangat gugup setelah kejadian barusan.
Sampai-sampai ia tak sadar kalau sudah sampai rumah.
"Kenapa lo mirip temen masa kecil gue? Kalau gugup sukanya gigit bibir bawahnya."
Selly terdiam sebentar mencerna perkataan Deon, "Ya mana gue tahu?"