****
Apakah kamu bisa jelaskan apa arti debaran yang kurasakan setiap berada di dekatmu?
****
Deon dan Selly sudah berada dalam perjalanan menuju ke mall setelah beberapa saat yang lalu mereka berkunjung ke tempat peristirahatan terakhir papanya Selly. Sekarang Selly sudah merasa jauh lebih lega dari sebelumnya karena ia sudah berkunjung ke tempat peristirahatan terakhir papanya.
Ia mendadak jadi gugup sendiri karena ucapan Deon kepada papanya tadi. Ya, mengenai sebuah janji. Entahlah cowok itu nantinya akan benar-benar menepati janjinya atau tidak.
"Lo.. beneran mau nepatin janji lo ke papa gue?"
"Iya, lah."
Selly terdiam.
Deon melirik gadis itu sekilas, "Kenapa? Nggak boleh?"
"Ya, enggak. Cuma... gue kaget aja gitu tadi lo ngomong yang nggak biasanya lo ngomong."
Deon terkekeh. "Kenapa? Tadi kesannya kayak gue pacar lo gitu ya?"
Deg
Blush. Kedua pipi Selly memerah dengan sendirinya.
"Nggak usah tegang gitu. Kalau lo tadi emang beneran baper sama omongan gue, bilang aja kali. Gue mau tanggung jawab, kok," ucap Deon dengan santai namun terdengar memiliki kesan yang serius.
Selly terdiam beberapa saat berusaha mencerna perkataan Deon barusan. "Bi-bisa nggak, sih, nggak usah dibahas lagi? Ma-malu tahu," ucap Selly pelan.
"Yayaya. Lagian biasanya juga malu-maluin." Deon sengaja mengecilkan volume bicaranya pada ucapan terakhirnya. Takut kalau cewek itu dengar.
"Hah? Lo bilang apa barusan?"
Deon menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Oh, ng-nggak. Lo salah denger kali," sangkalnya.
Selly mengernyit. Beberapa saat kemudian cewek itu mengedikkan bahunya. Mungkin memang benar kalau ia salah dengar tadi.
Deon tetap fokus menyetir sampai beberapa saat kemudian mereka telah sampai di salah satu mall ternama di Jakarta.
"Eh, Kak."
"Hm?"
"Omong-omong... Kak Rian sama Audi nggak nonton di mall yang sama kayak kita, kan?" tanya Selly memastikan.
Deon tersenyum, "Mereka nonton di mall yang lain, kok. Santai aja."
Selly menghela napas lega, "Syukurlah."
Sesampainya di bioskop, mereka langsung mengambil tiket nonton yang sebelum itu harus meng-scan terlebih dahulu barcode yang diberikan melalui aplikasi.
Kemudian Deon menyempatkan diri untuk memesan satu bucket popcorn berukuran medium serta dua lemon tea untuk dirinya dan Selly sewaktu nonton nanti.
Selagi menunggu filmnya tayang, mereka duduk di kursi yang sudah disediakan. Karena aroma popcorn yang terlalu menyeruak, Selly pun akhirnya mencomot satu dua popcorn.
"Hmmm.... enakk banget!" ucapnya setelah mencomot sekitar lima popcorn.
Deon terkekeh pelan. "Kayak nggak pernah makan popcorn aja lo."
"Apa sih, ini tuh emang camilan paling tepat buat nonton. Mau?" Selly menyodorkan satu buah popcorn ke dekat mulut Deon membuat cowok itu sedikit terkejut. Beberapa detik setelahnya Selly membulatkan matanya lantaran posisi dirinya seperti ingin menyuapi Deon.
"I-ini... gu-gue..."
Dengan gerakan cepat Deon memakan popcorn yang disodorkan Selly. "Mau, kok."
Jantung Selly berdegup lebih cepat dari biasanya. Gadis itu dapat merasakan kedua pipinya yang panas. Tubuhnya membeku seketika. Ia sama sekali tak menyangka Deon malah menerima perbuatannya.
"Iya, lo bener. Enak."
Selly terdiam dengan pipi yang memerah.
"Kenapa?"
Selly menggeleng pelan, "Eng-enggak apa-apa." Cewek itu masih enggan menatap Deon karena malu.
Sampai beberapa saat kemudian pengumuman film akan segera dimulai terdengar dengan nyaring di bioskop, membuat semua penonton film studio dua masuk ke studio dua.