Prick Of Heart

Elia Gracecia
Chapter #21

Chapter Sembilan Belas - Kebenaran

****

Ternyata pernyataan itu memang benar, bahwa sahabat itu seperti keluarga. Karena kita sendiri lah yang mengertinya lebih dari apa pun. Kalau ditanya tempat curhat, pasti jawabannya sahabat.

****

Deon menatap rumah besar yang tak lain adalah rumahnya sendiri yang sudah lumayan lama ia tinggalkan semenjak ia tinggal di apartemen miliknya. Ia menghela napas berat dan melangkah masuk kedalam rumahnya itu.

Dalam hati ia berharap bisa mengendalikan emosinya ketika melihat Vince, papa tirinya. Lagipula tujuannya kesini itu hanya untuk mamanya dan tak ada niatan untuk bertengkar dengan papa tirinya.

Dari jendela luar, samar-samar Deon bisa melihat mamanya dan Vince tengah berbincang serius di ruang tamu. Keberadaan Dino juga tak terlihat. Mungkin adiknya itu masih asik nge-game di kamarnya.

"Mungkin sudah saatnya kita beritahu Deon soal kamu, Vince. Bahwa kamu itu bukan penabrak almarhum suami saya, Fredy. Melainkan sahabat Fredy yang dengan baik hati menolong Fredy yang sudah bersimbah darah di tengah jalan kala itu."

"Bahkan Fredy sendiri yang memintamu untuk menggantikan posisinya sebagai ayah dari Deon. Jujur, saya nggak mau kamu terus dibenci Deon, Vince. Saya mau Deon menganggap kamu seperti ayah kandungnya sendiri, karena itu lah yang diinginkan almarhum suami saya," ucap Arin lirih.

Vince menghela napas berat. "Sangat berat bagi saya untuk menerima permintaan almarhum. Tapi melihat Deon yang masih harus membutuhkan seorang ayah membuat hati saya terenyuh. Anak sekecil Deon sudah harus kehilangan papanya. Iya, sepertinya benar. Kita harus memberitahu Deon tentang kenyataan ini. Karena dia juga berhak tahu yang sebenarnya."

"Orang yang kalian harus kasih tahu kenyataan soal papanya sudah disini," Deon menatap kedua orangtua di depannya itu dengan serius, "Apa yang tadi Deon denger itu nggak salah? Jadi Papa sendiri yang minta Om Vince buat nikahin Mama?"

Arin yang tersentak kaget menyadari keberadaan putranya itu pun refleks berdiri. "D-Deon? Sejak kapan kamu disana, Nak?"

Deon berjalan kearah mama serta papa tirinya itu. Tangannya meletakkan donat yang sudah ia beli di meja kecil depan sofa.

"Nggak penting sejak kapan Deon disini. Jawab pertanyaan Deon, Ma. Apa yang tadi Deon denger itu nggak salah?! Apa benar Papa sendiri yang minta Om Vince buat nikahin Mama?!" tanya Deon dengan nada yang sedikit meninggi dari sebelumnya.

"Iya, Yon, iya! Yang kamu denger tadi itu semua benar dan nggak ada yang salah! Kamu sekarang udah tahu yang sebenarnya, kan?!"

Deg

Seketika Deon dilanda rasa bersalah. Sudah hampir delapan tahun ia terus-terusan membenci Vince karena telah mengira pria itu adalah penabrak dari papanya, Fredy. Tapi ternyata dugaannya itu salah besar. Malah papanya sendirilah yang menyuruh Vince untuk mengantikan posisinya sebagai ayah dari Deon.

Disisi lain, Deon juga merasa kecewa dengan sang Mama yang menyembunyikan kebenaran sebesar ini darinya selama bertahun-tahun. Dalam hati Deon terus bertanya-tanya, mengapa baru sekarang?

Deon juga anaknya dan dia berhak tahu akan hal itu. Ia juga sudah cukup dewasa untuk memahami. Kalau saja Mamanya tidak menyembunyikan kenyataan ini, Deon jamin ia tidak akan memperlakukan Vince seperti ayah tiri yang tidak ia anggap atau orang asing. Bukankah kalau seperti ini, Deon terlalu menyakiti Vince?

Deon menatap mamanya dengan tatapan penuh kekecewaan, "Kenapa Mama baru beritahu sekarang?! Kenapa Mama menyembunyikan fakta sebesar ini dari Deon, hm?!"

Mendadak Arin jadi membisu mendengar penuturan anak lelakinya itu.

"Bukan beg-"

"Deon kecewa sama Mama," ucap Deon lirih kemudian pergi meninggalkan rumahnya tanpa memerdulikan teriakan Mamanya yang terus menerus menyahut namanya.

Dengan perasaan penuh kekacauan, Deon segera menancap gas menuju suatu tempat dimana ia bisa merasa tenang. Andai saja Ana berada disisinya saat ini. Pasti cewek itu sudah memberinya sebuah pelukan yang hangat untuk menenangkannya.

****

Suara notifikasi dari Instagram berhasil mengalihkan pandangan gadis yang sedang memakan donat yang ada di tangannya seraya menonton TV. Tangan kirinya yang kosong meraih benda pipih yang tepat ada di sebelahnya itu. Melalui layar persegi panjang itu Selly mendapati bahwa komentarnya telah dibalas oleh Laudia.

@Selly.Ana : Kapan jadiannya? Jadian nggak bilang-bilang lo. PJ woyy, PJ jangan lupa! @Laulaudia

@Laulaudia : @Selly.Ana Tadi hehe... Urusan PJ minta si @RianAdrian noh.

@RianAdrian : Kuy @Selly.Ana @Deon_Dave @Laulaudia @Joseitujomblo

Jari-jari lentik Selly segera mengirim balasan komentar tersebut. Begitu selesai, ia langsung meletakkan kembali ponselnya.

Namun baru lima detik ia meletakkan kembali ponselnya, sebuah pesan dari Jose membuatnya terperangah kaget dan buru-buru menuju kamarnya untuk mengganti celana rumahannya menjadi celana jeans.

Dengan cepat ia berlari keluar rumah dan menghentikan taksi yang berlalu lalang. Setelah menyebutkan tempat tujuannya, taksi itu segera meluncur kesana. Selly sengaja untuk meminta supir taksi itu untuk sedikit lebih cepat menjalankan taksinya.

Tak perlu waktu lama, Selly pun sampai. Ia meneguk airliurnya begitu melihat tempat yang ada dihadapannya saat ini. Kelab. Selly mendapati Jose yang sudah menunggunya di luar kelab dan langsung menghampiri cowok itu.

Lihat selengkapnya