****
Pertemuan merupakan awal dari kisah kita.
****
"Terimakasih, Kak," ucap Selly.
Cowok itu berdehem.
Selly membalikkan badannya dan melangkah menuju pintu. Ia tersenyum tipis melihat lembar miliknya sudah terisi satu biodata serta tanda tangan kakak OSIS. Tiba-tiba saja ia tidak bisa menyeimbangkan langkahnya.
Brukkk
"Auch!" Pulpen dan lembar milik Selly terjatuh begitu saja. Gadis itu memegang kakinya yang terasa sakit akibat tersandung tadi. Devan berjalan mendekat ke arah Selly, berniat untuk membantu gadis itu. Ketika sudah didepan Selly, cowok itu berjongkok. "Ke UKS, gue bantu," ucap Deon dengan datar.
Cowok itu tidak seperti cowok lain yang kebanyakan melontarkan pertanyaan seperti 'Lo nggak apa-apa, kan?' kepada cewek disaat keadaan yang seperti ini. Alasannya sudah jelas-jelas kondisinya kenapa-kenapa dan mengapa harus bertanya lagi jika sudah tahu.
"Nggak usah, Kak. Gue nggak apa-apa, lagian cuma kesandung," tolak Selly secara halus. Ia tidak mau merepotkan kakak kelasnya hanya karena kecelakaan kecil ini. Apalagi ia barusan mengenal Deon.
"Gue nggak nerima alasan apapun!!"
"Tapi-"
"Gue bilang, gue nggak nerima penolakan!!" potong Deon dengan cepat dan penuh penekanan. Selly mengangguk pasrah. Sebenarnya ia merasa tidak enak dengan Deon karena harus merepotkan cowok itu.
Tapi ada juga rasa kesal di dirinya itu. Sama cewek, kok, jutek? Begitulah pemikiran Selly tentang cowok itu.
Ia memang bodoh. Kenapa tadi dirinya harus kurang hati-hati saat berjalan?
"Bisa berdiri?" tanya Deon. Selly mengangguk. Ia berusaha menahan kaki kanannya yang sakit. Deon berdiri di belakang Selly supaya gadis itu jalan terlebih dahulu. Ladies first.
Baru beberapa langkah, Selly kehilangan keseimbangan langkahnya. Kini ia tidak bisa berbohong bahwa kaki kanannya sangat sakit jika dibuat jalan. Dengan sigap, Deon menangkap tubuh Selly yang posisinya sudah setengah tumbang. Tangan cowok itu melingkar di pinggang Selly.
Selly mengerjapkan matanya beberapa kali. Menatap Deon yang juga tengah menatapnya. "Kalau nggak bisa jalan, jangan dipaksain," ucap Deon dengan nada sewot. Mukanya tidak berekspresi sama seperti tadi, hanya datar.
Selly bergeming di tempat, lagi-lagi ia terhipnotis dengan bola mata Deon yang menurutnya indah jika dipandang.
Selly terkejut bukan main saat tiba-tiba saja cowok yang bersamanya itu mengangkat tubuhnya tanpa aba-aba membuat dirinya refleks melingkarkan tangannya di leher Deon agar tidak jatuh. Cowok itu berjalan keluar ruang OSIS dan menuju UKS.
Beberapa pasang mata melihat ke arah Deon yang sedang menggendong gadis yang notabenenya anak MOS yang baru masuk ala bridal style. Mulut mereka ternganga, tidak percaya dengan pemandangan yang sedang dilihatnya. Pasalnya, Deon terkenal dengan cowok yang cuek dan ini merupakan kali pertamanya peduli dengan seorang cewek, ditambah lagi ia baru mengenal Selly beberapa waktu lalu.
Sebagian dari mereka mengabadikan moment langka ini menggunakan ponsel masing-masing. Paling nanti mereka akan menyebar berita hot ini ke seluruh angkatan atau bisa dibilang satu sekolahan akan segera mengetahui hal ini. Selly merasa risih dengan pemandangan yang seperti ini. Ia melihat ke arah Deon yang terlihat cuek dengan pemandangan seperti ini. Tapi tetap saja Selly tidak nyaman.
"Kak!" Deon tidak menjawab.
"Kak, turunin aja, please. Pada ngeliatin tuh!" Selly memohon kepada Deon.
"Diem!" ucap Deon dengan penuh penekanan. Mau tak mau Selly harus diam.
Deon membuka pintu UKS dengan sikunya. Melihat ada yang datang, Dokter Eva selaku dokter UKS di SMA Moonlight langsung berdiri.
"Ada apa Deon?" tanya dokter itu. Deon menidurkan tubuh Selly ke brankar. "Tolong periksa dia Dokter! Kakinya tersandung meja dan terkilir," ucap Deon membantu melepaskan sepatu Selly yang kanan. Dokter Eva mengangguk paham dan mengambil perban elastis khusus untuk kasus seperti ini yang terbuat dari neoprene.
"Nama kamu siapa?" tanya Dokter Eva.
"Emm.. Selly, Dok," jawab Selly.