Prick Of Heart

Elia Gracecia
Chapter #23

Chapter Dua Puluh Satu - Remember?

****

Rindu itu memang berat. Tapi percaya atau tidak, suatu hari nanti akan ada saatnya dimana kita akan melepas rasa rindu itu.

****

"Kita mau kemana, sih?!"

Deon tidak menjawab. Sampai beberapa saat kemudian mereka sampai disebuah taman dan kini berdiri di samping playground yang tampak sudah sedikit usang.

"See? Apa yang gue duga benar, kan? Lo memang temen masa kecil gue, Selly. You're Ana!" ucap Deon dengan serius memandangi adik kelasnya itu.

Selly membalas tatapan serius Deon. "Ta-tapi tetap aja kan, gue nggak tahu. Jujur, gue nggak bisa percaya kenyataan itu begitu aja."

"Menurut lo, apa nggak bisa mengingat itu menyakitkan?" tanya Selly.

"Menunggu itu lebih menyakitkan, Selly!" ucap Deon sedikit membentak namun sama sekali tidak membuat Selly takut.

"Gimana gue bisa jamin kalau gue emang temen masa kecil lo atau bukan kalau gue sendiri nggak ingat, hah?!" balas Selly dengan lantang.

Deon tertawa hambar. "Nggak ingat lo bilang?" Raut wajahnya berubah menjadi serius lagi. "Okay, gue bakal bikin lo ingat sekarang juga!"

Deon ingin menggandeng tangan Selly tapi Selly dengan cepat berhasil menghindar. Dalam pikirannya hanya ada satu hal tentang Deon. Cowok itu hanyalah orang asing baginya. Selly tidak akan percaya semudah itu kalau bukan dirinya sendiri yang mengingatnya. Jadi mau seberusaha apapun Deon, percuma saja.

Selly berniat untuk menyebrang jalan raya. Namun sebuah mobil melaju begitu kencang kearahnya. Dengan cepat, Deon menarik tangan Selly dari belakang yang membuat tubuh cewek itu seketika memutar mengarah Deon dan perlahan jatuh ke kepelukan cowok itu. Untung saja Deon berhasil menangkapnya tepat waktu.

Deon sedikit mendorong tubuh cewek itu. "Lo gila apa!?!" serunya terdengar marah.

Nafasnya begitu memburu. Kekhawatiran terlihat begitu jelas dimatanya. Sedangkan Selly hanya menatap Deon dengan tatapan kosong. Cowok itu berbalik badan.

Deon tidak akan pernah membiarkan orang yang begitu ia sayang celaka begitu saja. Jika itu terjadi maka Deon justru akan menyalahkan dirinya sendiri karena tidak becus dalam menjalankan perannya.

****

Langit sore kini sudah berganti menjadi gelap. Samar-samar terdengar suara jangkrik dari dalam semak-semak.

Tidak bisa dipungkiri, sedari insiden nyaris kecelakaan tadi, air matanya terus memaksa ingin keluar. Lihat saja sekarang, mata Selly terlihat begitu berkaca-kaca. Sepertinya memang sudah tidak bisa ditahan lagi. Ia tidak peduli dengan Deon yang berjalan dibelakangnya.

"Hahahahahaha.... aku udah bisaa, aku udah bisa naik sepeda!! Ah, serunyaa!!!"

"Iya, Ana. Kamu hebat! Siapa dulu yang ajarin kamu? Deon gitu loh!"

Tinnnn tinnnnnn

Brakkkk

"Aaaaaaaa!!!"

"ANAAA!!!!!"

Masih sambil berjalan, Selly membekap mulutnya tak percaya. Air matanya turun begitu saja saat itu juga. Selly berusaha untuk menangis dalam diam. Kedua bahunya terlihat naik turun bersamaan dengan air matanya yang terus mengalir. Entah mengapa ingatannya memutar sebuah kejadian kecelakaan sepeda sewaktu ia kecil. Yang mustahil untuk diingatnya justru sekarang sudah diingatnya.

Ternyata Deon memang teman masa kecilnya. Cowok itu tidak main-main dengan ucapannya ketika mengatakan kalau Selly adalah Ana. Kini Selly tidak bisa berbohong kalau dirinya tidak mengingat masa itu.

Deon melihat Selly yang kedengarannya sedang sesengukkan. Terdengar helaan napas dari Deon. Kemudian cowok itu membuka suaranya, "Tentang gue yang marah tadi...." Deon berjalan mendekati Selly dan berhenti dua langkah tepat dibelakang cewek itu. "Gue minta maaf," lanjutnya.

"Lo pasti kaget. Now go home safe." Deon berjalan mendahului Selly tanpa melihat kearah cewek itu sedikitpun.

Selly menatap Deon yang berjalan di depannya sambil menundukkan kepala seperti orang yang sedang putus asa.

"Hiks, si kecilku?" ucap Selly dengan suara gemetar.

Deon menghentikkan langkahnya. Seketika ia membeku ditempat. Dengan mata setengah berkaca-kaca, Deon itu memutar tubuhnya menghadap Selly yang sudah dibanjiri air mata.

"Aku.. hiks.. Aku.. hiks.. Aku minta maaf, aku membutuhkan waktu yang lama untuk mengingatnya."

Lihat selengkapnya