Prick Of Heart

Elia Gracecia
Chapter #8

Chapter Enam - Matematika

****

Matematika memang susah. Tapi ada yang lebih susah. Yaitu move on. Move on tidak semudah membalikkan telapak tangan. Selain susah merelakan, susah juga untuk melupakan.

****

Kerumunan manusia yang berperan menjadi penonton itu semakin lama semakin bubar. Tapi tak sedikit juga yang masih berada di situ. Mereka telah berganti peran sekarang. Bukan menonton lagi, melainkan mulut mereka saling berbisik satu sama lain. Ada yang merasa kasihan, ada juga yang mengiyakan perkataan Tania dan Alana. Tak sedikit juga yang melemparkan tatapan sinis kepada Selly. Tentu itu membuat Selly risih akan pemandangan itu.

Selly memegang pipinya yang masih terasa nyeri. Ya, memang seerat itu cengkramannya. Ia segera mengambil ponsel miliknya yang sudah terhubung dengan earphone itu dari sakunya. Ia menghela nafas lega setelah melihat layar ponsel miliknya itu yang baik-baik saja kondisinya.

Cewek itu menyumpal kedua telinganya dengan earphone dan melanjutkan jalan menuju kantin yang sempat terhenti tadi. Tapi sebelum kesana ia berniat untuk pergi ke toilet dahulu untuk membenarkan tatanan rambutnya yang Selly percaya tatanannya sudah tak rapi. Sedikit terlihat acak-acakan karena aksi dijambak tadi.

Huhh. Semoga saja Laudia masih menunggunya dikantin.

****

"Got me feelin' like a psycho, psycho. Lalalalalalalalalala..." senandung Jose seraya mengetuk-ngetuk meja kantin, mengikuti alunan musik Korea tersebut. Kedua temannya yang ada di meja itu bersamanya hanya memutar bola mata jengah dengan kelakukan Jose yang sedang fangirling. Ralat, fanboying.

Cowok itu merupakan penggemar girlgroup kpop. Bahkan multifandom. Kalau ditanya kenapa, alasannya karena memang bagus-bagus lagunya. Ditambah lagi didukung dengan kecantikan dan badan yang proporsional.

"Kyaaa! Astaga Irene, lo cantik banget, sih. Eh, Yan, lihat deh, Irene cantik banget! Ah, Seulgi juga!" seru Jose seraya meremas bahu Adrian yang duduk tepat disebelahnya itu.

"Bodo amat! Dih, gitu aja dibilang cantik. Ada yang lebih cantik, gue yakin lo suka. Cocok buat lo," balas Adrian membuat Mendengar ucapan Adrian, cowok bernama Jose itu langsung mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. "Asyik! Siapa? Lo nggak bohong, kan?"

"Serius nggak bohong. Mau tahu aja atau mau tahu banget?" Ah, sungguh. Pertanyaan itu rasanya membuat Jose ingin sekali menjitak kepala Adrian. Tentu saja jawabannya iya. Malah sekarang Jose menjadi tambah kepo.

"Minta dijitak lo? Jelas gue pengen tahu, lah. Abang Jose lagi kepo tahu! Sekepo-keponya." Adrian mengangguk paham, "Oke. Nanti gue kenalin." Mata Jose langsung berbinar seolah-olah ia sedang menemukan harta karun yang belum terbuka. Ralat, segera akan terbuka.

"Asyik!! Abang Jose bentar lagi udah nggak jomblo lagi. Akhirnya doa hamba terkabul juga!" Jose mengangkat kedua tangannya seperti sedang mengucap syukur.

Deon yang sedari tadi hanya diam menyantap mie ayam, kini menghentikan aktivitasnya. Ia menatap Adrian seraya mengkerutkan dahinya seolah-olah mengisyaratkan 'Serius lo?'. Bukan ingin dikenalkan juga seperti halnya Jose, tapi cowok itu hanya meyakinkan apakah itu benar. Adrian yang paham akan isyarat Deon itu langsung memasang ekspresi menahan tawa, ia menggeleng.

Adrian mendekat ke Deon, ia berbisik, "Gue mau kerjain si Jose. Gue yakin lo pasti ketawa..." Tanpa mereka sadari Jose mendekat kearah mereka seraya menaruh tangannya didekat telinga seperti ingin menguping pembicaraan mereka.

Deon langsung menoyor kepala Jose ketika menyadari cowok itu ingin mendengar pembicaraannya dengan Rian. Cowok itu menahan tubuh Jose untuk tidak dekat-dekat. Jose mendengus kesal. "Apaansih! Abang Ose juga mau dengar tahu!"

Entah apa yang sedang dibicarakan kedua temannya itu. Jose hanya melihat Deon yang sedang mangut-mangut setelah mendengar penjelasan Adrian.

"Lo nggak usah kepo gitu, Se. Kita itu lagi rencanain surpise buat lo biar pertemuan lo sama cewek yang mau dikenalin ke lo itu biar terkesan spesial. Hebat, kan, ide gue sama Rian?" Adrian mengangguk setuju, "Lo pasti mau, kan? Pertemuan pertama lo jadi terkesan istimewa gitu."

Senyuman merekah di cowok berlesung pipi itu, "Aduh, duh! Lo berdua emang temen gue yang paling baik. Unch, makin sayang gue sama lo berdua!"

Deon bergidik ngeri, "Jijik gue dengernya!"

Jose terkekeh pelan.

Ting tung

Suara notif ponsel ketiga orang itu memecah keheningan yang belum lama ini tercipta membuat ketiga orang yang ada di meja itu langsung membuka ponsel masing-masing.

"Eh, gila! Beneran kagak, nih? Kasian ceweknya, noh. Di-bully gitu sama si 'Orang utan Tania'. Ya nggak, frens?"

"Hooh. Kebangetan banget noh si 'Orang utan Tania' sama si "Alana Nana'. Cari perhatian banget emang, sok-sokan buat ketenaran. Pake nge-bully orang yang jelas-jelas nggak salah lagi!" jelas Rian panjang lebar. Deon mengangguk setuju.

Jose mengkerutkan keningnya bingung. Ada hal yang ia rasa hanya dirinya yang tidak tahu. "Lah, lo kok bisa nyimpulin kalo siapa itu yang di-bully? Sel.. Sella? Ah, bukan-bukan. Sel... Sel.."

"Selly?" ucap Deon tiba-tiba membuat Jose mengentikkan jarinya, "Nah, itu dia. Selly. Tunggu-tunggu, kok lo berdua tahu nama cewek yang di-bully?"

Adrian menepok jidatnya kamudian menunjuk layar ponsel milik Jose, "Mata lo dipakai, Se. Bisa baca, kan?"

Jose mengangguk.

"Kalo soal nyimpulin Selly nggak salah itu karena emang Selly-nya nggak ngedeketin Deon kayak kebanyakan fans-nya. Waktu MOS, dia terkilir. Deon yang nolongin cewek itu," jelas Adrian membuat Jose beroh ria.

"Hey babe!" seru seorang cewek dari sebelah Deon. Ia langsung duduk di kursi sebelah Deon. "Idih, panjang umur lo 'Orang Utan'. Baru juga diomongin, nongol juga lo," ucap Jose membuat Tania melotot kearahnya. "Enak aja! Gue cantik-cantik gini dibilang orang utan. Ya, kan, babe?"

Lihat selengkapnya