Mission:ESCAPE

Jeanice subijakto
Chapter #3

DAY 2-AIRPLANE

"Memang.. aku mengumpulkan keberanianku untuk mengatakan itu.." ucap Lynn. "Jika saja kau tidak menghampiriku, kurasa aku tidak mungkin menjadi undead kuat seperti ini," ujar Hamza sambil tersenyum pada Lynn yang memojok itu. "Hamza?" Panggil Lynn yang membuat Hamza menoleh. "Hm?" "Barusan itu? Kau tersenyum kan?" Tanya Lynn sambil sedikit terkekeh. "Hah? T-tidak!" Jawab Hamza dengan mukanya yang memerah. "Hahaha.. tidak apa, senyumanmu itu langka, kau harus perlihatkannya lebih sering lagi kepadaku ya!" Ucap Lynn sambil terkekeh. 'Astaga, gadis ini!' Batin Hamza.

Ben dan Rachel

"Oi!" Seru Ben sambil memegang pundak Rachel dengan pelan yang membuat Rachel terbangun. "Maaf membangunkanmu,ini makanan," ucap Ben sambil memberikan sebuah kotak makanan kepada Rachel. "Oh, hmm, kau tidak makan?pramugari tidak memberikan apa-apa kepadamu?" Tanya Rachel. "Asal kau tau, flight kita tidak ada makanan, untung aku membuat bekal sebelum pergi!" Ucap Ben. "Apa? Kau membuatnya?!" Seru Rachel yang terkejut. "Kau kira siapa yang membuat makanan seenak itu?" Ucap Ben. "Pramugari.." "Ini keahlian tersembunyiku, kau harusnya berterima kasih padaku!" Ucap Ben dengan angkuhnya. "Makasih Ben.. kamu baik sekali, makanan ini paling enak!" Puji Rachel walau ia belum mencicipi makanan Ben. "Hei,Ben," "Apa?" "Apakah kau rasa, Lynn itu anak kesayangannya Pak Ling?" Tanya Rachel sambil mengunyah makanannya di mulut. "Kurasa begitu juga,tapi sepengalamanku, Lynn tidak terlalu menghiraukannya." Jawab Ben. "Yang aku tau, Lynn hanya fokus pada melatih undead baru, serta membunuh zombie, dia juga sempat menolak masuk ke kelompok kami beberapa kali ketika Lucas mengajak." Ucap Ben. "Kau tau banyak tentang Lynn rupanya.." "Aku ikut pelatihan pedang bersamanya, Lynn loncat ke kelas senior entah bagaimana, dia tetap saja yang terbaik." Ucap Ben. "Bukannya kau seniornya?" Tanya Rachel. "Yakan! Itu memalukan jika juniorku lebih hebat daripadaku!" Jawab Ben dengan muka cemberut. "Kau ada perasaan untuknya tidak?" Tanya Rachel. "Tidak, dia terlalu sadis, jika aku berjalan dengan dia, dia menjadi lebih angkuh dariku," jawab Ben dengan sedikit terkekeh. "Hahaha.. ngomong tentang perasaan, waktu pelatihan ada seorang pelatih yang memikat hatiku," ucap Rachel sambil tersenyum tipis. "Hah? Waktu pelatihanmu itu... Pak Reyhan.. kan?" Ujar Ben. "Iya, dia sangat manis,tapi..."

Flashback on

"Ayo semua, kita latihan pedang sekarang!" Seru Pak Reyhan kepada calon undead. 30 menit kemudian... "Ahhhhh!!!!!!!!" Suara teriakan yang berasal dari kiri Pak Reyhan membuat ia beelari menuju sumber teriakan tersebut. "Aileen!kau kenapa?!" Tanya Pak Reyhan dengan panik. "Hiks... pedang Rachel tidak sengaja mengenai leherku dan memotong rambutku... hiks," jawab Aileen sambil menangis tersedu-sedu. "Pak!itu bohong saya dilatih dengan Kak Ben!coba tanya Ben!" Sahut Rachel dengan panik. "Benar pak,daritadi saya dan Rachel berlatih dan Aileen tidak terlibat dalam pelatihan pedang kami." Jawab Ben. "Tidak apa pak,hiks... ini luka kecil kok... jangan salahkan Rachel, dia tidak sengaja.." ucap Aileen. "Rachel! Ben! Kalian berdua memang benar-benar tidak berhati-hati, sampai Aileen terluka seperti ini, apa kalian buta ya?!" Seru Pak Reyhan.

Mendengar hal tersebut, Rachel berlari pergi dari lapangan dan menuju ke kamarnya diikuti oleh Ben yang mengkhawatirkan Rachel.

Lihat selengkapnya