Primadona

Rizka W. A
Chapter #1

Peanthouse Club

Siapa yang tidak kenal Jesselin, primadona di Peanthouse Club. Sikapnya selalu ramah terhadap semua pengunjung ternyata berbanding terbalik ketika akan memakai jasanya. Tidak mudah menghabiskan satu malam bersamanya. Hanya orang-orang tertentu dan berkelas yang bisa mendapatkan pelayanannya.

Malam itu, Jesselin terlihat sangat memukau dengan lipstik merah dari Christian Dior. Rambut lurusnya dibiarkan tergerai dengan mini dress hitam di atas lutut. High heels berwarna senada turut serta menampilkan kakinya yang jenjang. Anting berlian emerald yang tersemat di telinganya pun sangat kontras dengan penampilannya yang selalu glamour.

Jesselin berjalan dengan anggun menuju Peanthouse Club. Hingar bingar musik memekakkan telinga beradu dengan pekatnya asap rokok memenuhi ruangan. Sorot lampu warna-warni berputar-putar menampakkan pasangan muda-mudi sedang melantai mengikuti musik yang dimainkan oleh disc jockey.

Setiap kali Jesselin melewati pengunjung, semua seakan terbius oleh aroma tubuhnya. Ya, dia selalu memakai parfum yang dia beli di Perancis saat musim semi. Dior Hypnotic Poison. Konon katanya, parfum itu bisa menghipnotis siapa saja yang mencium aromanya. Tidak sia-sia dia merogoh kocek untuk menerima tawaran dari penjaga outlet waktu itu.

Jesselin berjalan ke sudut ruangan. Memilih spot yang nyaman untuk menunggu 'tamu'. Beberapa pria melirik ke arahnya dengan pandangan nakal. Namun, tak ada yang berani untuk mendekat. 

Seorang Disc Jockey melambaikan tangan kepadanya yang dibalas dengan senyum manis oleh Jesselin. Keduanya saling menyapa dan berbisik saat Jesselin tiba di atas panggung.

"Jesselin … Jesselin!" teriak para pengunjung kompak.

Jesselin melambaikan tangan, lalu memasang earphone di telinganya. Riuh tepuk tangan terdengar ketika dia dengan sangat lihai memainkan alat tersebut. Semua pengunjung tampak menikmati musik disko yang dimainkan. Tanpa Jesselin sadari, seseorang menatapnya tanpa berkedip dari kejauhan.

Seseorang pria dengan pakaian khas pramusaji menghampiri Jesselin dan membisikkan sesuatu. Gadis cantik itu mengangguk sambil mengacungkan jempolnya. Earphone yang terpasang kini berpindah tangan ke Disc Jockey sebelumnya. Beberapa pengunjung meneriakkan kekecewaan karena penampilan Jesselin sangat singkat.

"Have fun, Guys!" teriak Jesselin melalui microphone. Dengan menangkupkan kedua tangan, dia lalu pamit dan turun dari panggung.

Sudah setengah jam Jesselin berada di diskotik itu, tetapi orang yang dia tunggu belum menampakkan batang hidungnya. Dia bahkan sudah bosan duduk sendirian sambil terus menatap jam pada ponselnya. Berkali-kali pria menawarinya untuk melantai. Namun, dia menolak dengan halus.

"Nunggu siapa sih, Neng. Dari tadi bengong aja. Nggak mau sama Abang aja?" tegur salah satu pengunjung—entah yang ke berapa.

"Aku lagi nunggu tamu," jawabnya dengan seulas senyum.

"Okey. Kalau dia nggak datang, aku di pojok sana," ucapnya menunjuk satu meja berseberangan tempat Jesselin duduk. Pria itu pun berlalu dengan satu kedipan nakal. Jesselin membalas dengan senyuman.

Jesselin berjalan ke arah bartender. Memesan segelas cocktail untuk menemaninya menunggu tamu. Tiba-tiba, seseorang menepuk pundaknya. Sontak membuat gadis itu terperanjat.

"Kamu kenapa? Aku perhatiin dari tadi cemberut aja. Lagi dapet?" tanya Pria itu. 

Jesselin menggeleng. Dia mengepulkan asap vapor ke arah pria di hadapannya, kemudian tersenyum nakal. "Bang Bayu ngapain di sini?" tanya Jesselin. 

"Aku kan ada di mana-mana. Kenapa? Kangen, ya?" Bayu mengedipkan matanya nakal.

"Kampret."

Jesselin lalu meneguk cocktail di hadapannya. Wajahnya mengecut seiring isinya yang sudah tandas. Dia menyapukan tangan pada bibirnya yang basah.

"Bang, satu lagi," panggilnya sambil mengacungkan telunjuk kepada bartender itu.

"Cukup, Bang. Nggak usah," potong Bayu.

"Alkohol tidak baik untuk kesehatanmu." Bayu meraih gelas tersebut dari tangan Jesselin kemudian menjauhkannya.

"Nggak usah sok peduli padaku, Bang," pungkasnya.

Bayu memutar kursi milik Jesselin hingga mereka saling bertatapan. Dia memegangi pundak wanita di hadapannya agar tidak bergerak. Membuat Jesselin jadi kikuk. 

"Jessy … berhenti bertindak bodoh, okey. Aku peduli padamu," ucap Bayu. 

Lihat selengkapnya