Blurb
"Mencoba bertahan seperti primula di musim dingin, tapi sulit melihat cahaya musim semi di bumi Nagendra yang telanjur berkabut tradisi."
Di bumi Nagendra, mimpi Eila terampas. Kebebasannya terenggut oleh tradisi yang mengakar. Ketika suaminya meninggal, Eila berharap bisa melanjutkan mimpi menjadi perempuan mandiri. Namun, alih-alih menjadi janda merdeka, Eila justru harus menikah dengan kakak dari mendiang suaminya.
Di bawah tradisi yang menunjuknya sebagai pewaris keluarga Jatmika, Janar menjalani hari dengan hati yang kosong sampai dirinya dipaksa menikahi Eila yang sering membangkang. Kehampaan Janar mendadak sirna terisi oleh semarak primula aneka warna yang dikenalkan Eila. Padahal, Janar sudah diingatkan untuk tidak mengutamakan cinta, hati, apalagi wanita.
Nagendra yang sebelumnya terasa mengekang Eila perlahan berubah menjadi lebih nyaman semenjak Janar menyemai benih cinta di hati Eila. Primula pertama yang diberikan Janar menjanjikan kesempatan bahagia bagi Eila yang terpenjara dalam istana Jatmika.
Namun, di saat Eila mulai luluh melupakan angan meninggalkan Nagendra, lagi-lagi tradisi menyudutkannya sebagai penyebab ketidakberuntungan Prisa, istri pertama Janar.
"Perempuan Nagendra hanya sekumpulan gelandangan yang pilihannya hanya bertahan atau masuk kuburan." - Eila.
"Aku berusaha menjadikan Nagendra sebagai rumah untukmu." - Janar.
Apakah Nagendra akan menjadi rumah ternyaman untuk Eila? Atau hanya sebatas persinggahan kemudian menjadi kuburan?
Eila dan Janar berharap Nagendra akan menjadi tempat indah penuh kebahagiaan. Namun, bukankah bahagia setiap insan berbeda?