Primula Terakhir

Wnath
Chapter #12

12. Rasa Rindu

Seumur hidupnya, Janar belum pernah merasakan rindu pada wanita. Belum pernah merasakan gelisah tak sabar ingin bertemu dengan seseorang. Belum pernah sekali pun Janar kehilangan fokus bekerja karena penasaran membayangkan wajah orang lain.

Sebelum mengenal Eila lebih dekat, Janar belum pernah merasakan kegilaan yang menurutnya tak normal.

Karena terus merasa tak tenang, sebelum waktu kerja berakhir, Janar memutuskan pulang. Janar berusaha santai dahulu di rumah utama agar tak menyinggung perasaan Prisa, padahal dia sangat ingin bertemu Eila.

“Kau makan malam di mana?” tanya Prisa saat menemani Janar yang duduk di tepi jendela memeriksa ponsel.

“Di sini,” jawab Janar sambil meletakkan ponselnya.

“Bagaimana kabar Ibu?” tanya Janar karena dia tahu Prisa baru saja pulang ke rumah orang tuanya.

“Baik. Ibu menanyakanmu. Katanya, sudah lama kau tidak berkunjung,” jawab Prisa.

“Akan kuluangkan waktu ke sana,” balas Janar dengan tenang.

“Terima kasih,” kata Prisa sembari duduk di samping Janar.

Janar bisa mencium aroma parfum Prisa yang menyengat, juga melihat Prisa mengenakan pakaian yang seksi. Janar sadar, Prisa memancingnya untuk membuat anak. Biasanya Janar peka dan akan langsung mengajak Prisa menyatukan diri karena ingin menghargainya juga tak ingin mengecewakan Prisa. Namun, kali ini Janar tak bisa melakukannya.

Ada bayang wajah Eila mengganggu Janar dan membuatnya enggan menyentuh Prisa meski hanya untuk menyenangkan sang istri.

“Kau lelah? Mau kupijat?” tanya Prisa menawarkan.

Janar bingung. Ingin mengangguk agar tak kentara menghindar, tapi ingin menolak agar tak membuang waktu.

“Janar, kau kenapa?” tanya Prisa karena menyadari Janar malah melamun.

“Eh, tidak ada apa-apa. Kau juga lelah seharian di rumah Ibu. Istirahat saja,” jawab Janar sambil tersenyum.

Wajah Prisa sempat berubah, tapi hanya sekejap. Meski tahu Janar tak kena pancingannya, Prisa tak berani mengusik atau mempertanyakan. Takut mengganggu, Prisa memendam sendiri kekesalannya ditolak Janar secara halus. Pelan-pelan Prisa mengganti pakaian karena akan makan malam bersama orang tua Janar.

Di rumah utama hanya istri pertama yang tinggal. Dua istri Praya lainnya tinggal di paviliun utara dan selatan kompleks Jatmika sementara anak-anak perempuan Praya yang sudah menikah tinggal di luar Jatmika, di luar Nagendra, bahkan di luar negeri mengikuti suami.

Hanya anak yang belum menikah yang tinggal di paviliun yang tersebar dalam kompleks Jatmika yang megah, itu pun tak akan makan bersama di ruang utama bila tak ada undangan.

Eila juga tak pernah menginjakkan kaki di bangunan utama bila tak ada keperluan khusus. Selama menjadi istri Janar, hanya beberapa kali Eila dipanggil untuk makan bersama.

Suasana makan malam di rumah utama terasa lebih tenang, sama seperti hari-hari sebelumnya. Mahika hanya bicara sesekali, Prisa bicara bila ditanya. Selebihnya Praya dan Janar yang mengobrol.

“Janar, jadi siapa yang akan menemanimu ke Inggris? Prisa atau Eila?” tanya Praya mengejutkan Mahika dan Prisa.

“Janar akan ke Inggris? Kapan? Untuk apa?” tanya Mahika.

“Sekitar dua minggu lagi. Aku belum membicarakan dengan Prisa atau Eila,” jawab Janar.

Prisa diam saja dengan kepala menunduk karena kecewa pada Janar yang tidak membicarakan hal itu dengannya, padahal mereka punya waktu untuk membahas hal tersebut.

“Kenapa tak membawa Eila saja? Kalian batal ke Inggris untuk bulan madu, pergi saja ke sana sekalian,” ucap Praya.

Janar tak langsung menjawab, tapi menoleh ke arah Prisa yang terdiam.

“Prisa, kau tak ingin ke Inggris?” tanya Janar hati-hati.

“Kalau kau ingin membawa Eila, aku di sini saja,” jawab Prisa pasrah.

“Aku belum bicara dengannya,” kata Janar.

Prisa memilin roknya dengan gelisah. Dia ingin menemani Janar, tapi tak mau dianggap serakah. Prisa ingin terlihat baik di depan Janar.

“Eila gagal ke Inggris karena aku. Pergilah bersamanya,” kata Prisa dengan tenang, padahal hatinya tak ikhlas.

“Kau serius?” tanya Janar tetap tenang.

Pelan-pelan Prisa mengangguk sambil tersenyum untuk meyakinkan Janar bahwa hatinya bersih dan ikhlas.

Lihat selengkapnya