Primula Terakhir

Wnath
Chapter #18

18. Di antara Pilihan

Semalam Eila dan Janar menghentikan pembicaraan. Seakan sepakat, keduanya memilih tidur tanpa membicarakan permasalahan mereka lagi. Paginya Eila dan Janar pergi ke rumah Agni. Ada rasa berdebar dalam diri Eila ketika mendekati permukiman di dekat gerbang terluar Nagendra.

Meski sempat merindukan rumahnya, masih ada rasa terluka dan gelisah yang hinggap di hati Eila ketika mendekati area rumah. Perasaan terluka karena sempat diusir oleh Agni dan dikirimkan kembali pada keluarga Jatmika. Perasaan yang membuatnya enggan mengunjungi rumah itu lagi meski Janar memberinya izin pulang.

Suara musik mulai terdengar, beberapa penari juga terlihat berkeliaran di sekitar rumah. Ritual pernikahan akan digelar secara lengkap, sama seperti pernikahan Eila dan Catra.

Bila Eila mematung, Janar tampak celingukan memperhatikan keadaan di sekitar. Saat keluar dari mobil, Janar langsung mendampingi Eila, merangkul pinggang Eila yang ramping meski tak terbebat korset.  

Dengan kain seragam pemberian Agni, Eila dan Janar terlihat serasi menimbulkan decak kagum para tamu yang telah hadir. Kain tenun merah tua pemberian Agni tetap dibentuk sesuai model pakaian adat Nagendra berupa kemben, tapi lebih sederhana dan tidak menyulitkan bagi Eila. Bagian dada Eila ditutupi selendang tipis warna merah tua. Sementara itu,  Janar menjadikan kain sebagai atasan seperti kemeja, tapi tanpa kerah.

“Loh, malah lebih pantas dengan kakaknya. Ini yang disebut berkah warisan janda,” bisik seorang tamu dengan suara tak pelan hingga Eila bisa mendengarnya.

Tak memedulikan tatapan ingin tahu sekaligus iri dari beberapa wanita yang merasa Eila sangat beruntung, Eila dan Janar langsung bergerak menuju aula, menduduki posisi mereka sebagai saksi pernikahan Balin.

Dalam diam, Eila dan Janar duduk bersimpuh di dekat Agni. Eila sempat memandangi wajah kakak iparnya juga keluarga besar besan Agni, tapi setelahnya Eila lebih banyak merenungi pernikahannya sendiri.

Berbeda dengan Eila, Janar malah membayangkan menjalani ritual pernikahan lengkap dengan Eila karena saat menikahi wanita itu, mereka hanya menjalani ritual sederhana.

“Andai aku lebih dulu dijodohkan dengan Eila,” sesal Janar di dalam hati.

Saat membayangkan hal yang tak mungkin terjadi, Janar melirik Eila yang duduk dengan tenang. Mata Janar langsung tertuju pada wajah ayu sang istri yang selalu dia rindukan sekaligus bentuk tubuh Eila. Ketika menatap dada Eila yang terbuka karena kain penutupnya tertiup angin, spontan Janar menarik kain penutup agar berfungsi seperti semula.

Gerakan tangan Janar membuat Eila terkejut dan langsung menyentuh dadanya sembari menatap Janar yang tidak berekspresi apa pun, tapi Eila bisa memahami maksud Janar. Jadi, sepanjang ritual pernikahan berlangsung, Eila terus memegangi kain di dadanya agar tak tertiup angin lagi.

Baik Janar maupun Eila tak menyadari kalau Agni dan Mahika memperhatikan keduanya. Sebagai sesama wanita, kedua ibu tahu kalau Janar memiliki perasaan tak biasa pada Eila.  

Ritual yang berlangsung selama hampir dua jam itu membuat Eila merasa pegal. Apalagi setelahnya mereka harus berdiri menerima ucapan selamat dari para tamu. Setengah hari Eila menahan lapar dan haus karena menghargai Janar yang sedang berpuasa.

Ketika Praya dan Mahika berpamitan pulang, Agni langsung mendekati Janar dan Eila.

Lihat selengkapnya