Saat Janar memutuskan pulang, Praya menelpon Mahika untuk mendengarkan kejelasan informasi tentang Eila yang telah melanggar peraturan adat.
“Janar langsung pulang. Tak bisakah kau maafkan saja Eila? Janar bilang dia mengetahui perihal pil pencegah kehamilan itu,” kata Praya.
“Memaafkan Eila artinya mengakui perbuatannya benar. Bila semua wanita di rumah ini mengikuti perilaku tak sopan Eila pada orang yang lebih tua juga leluhur, apa yang akan terjadi pada Jatmika?” balas Mahika.
“Tak ada yang akan mengikuti Eila, selama ini semua orang patuh pada tata krama dan aturan. Bukan maksudku mengecualikan Eila, tapi untuk saat ini Janar membutuhkannya,” ucap Praya.
“Tidak, Praya. Lebih baik kau bunuh aku daripada kau biarkan mereka menginjak harga diriku!” kata Mahika keras kepala.
“Mereka siapa yang kau maksud?” tanya Praya.
“Mereka yang selama ini berusaha menentangku menggunakan dirimu. Bila kubiarkan Eila bebas hanya karena Janar membutuhkannya, tidakkah istri kesayanganmu akan menggunakan hal serupa untuk berlaku lebih semena-mena di kompleks ini?” tanya Mahika berapi-api.
Praya terdiam, sadar Mahika sedang membicarakan Mehul yang memang agak berbeda dari istri keduanya yang penurut.
“Mahika, aku tak pernah membiarkan mereka merendahkanmu. Kau salah paham karena Mehul tak hadir dalam upacara tanah berkah. Saat itu aku sedang membutuhkannya dan kutahu kau tak bisa bersamaku. Bukankah itu hanya pembagian tanggung jawab?” balas Praya membela diri.
“Aku tak ingin ada keributan dengan Janar. Dia satu-satunya anak lelaki kita, pembawa keturunan Jatmika. Kalau terjadi sesuatu pada Janar, aku tak akan memaafkanmu,” lanjut Praya sebelum mengakhiri pembicaraan yang membuat Mahika makin marah.
Demi mempertahankan eksistensinya sebagai pemegang kuasa tertinggi penegak hukum di wilayah kompleks Jatmika, Mahika semakin keras hati tak mau melepaskan Eila. Terlebih bila alasan yang digunakan adalah rasa cinta Janar karena Mahika tak mau istri Praya yang lain memanfaatkan bebasnya Eila sebagai contoh tindak semena-mena dari cinta suami. Mahika tak mau menjadi istri pertama yang tidak dihargai.
Setelah memaksa sopir melaju dengan kecepatan tinggi, tak sampai satu jam Janar tiba di Jatmika. Kepulangan Janar nyaris bersamaan dengan Prisa yang juga baru keluar dari mobil. Tanpa melihat ke arah Prisa yang keheranan karena suaminya pulang lagi, Janar langsung mencari Mahika.
Sambil menatap punggung Janar, Prisa mendengarkan kasak-kusuk pelayan yang akhirnya memberitahu perihal Eila. Sama terkejutnya seperti Janar, Prisa menyusul suaminya yang hampir membuka pintu ruangan Mahika.
“Janar ….” Prisa ingin bicara, tapi terputus karena mendengar ucapan Nyonya Arra yang berbicara dengan Mahika.
“Sani mengatakan kalau sudah cukup lama Nyonya Eila berhenti mengonsumsi pil tersebut. Dia menyimpan pil itu hanya untuk berjaga-jaga,” lapor Nyonya Arra.