Tiga bulan telah berlalu semenjak Eila meninggalkan Nagendra. Selama itu, Eila tak pernah berhubungan dengan Janar, Prisa, atau bahkan Agni, dan Balin. Ingin memutus kenangan, Eila pun memutuskan kontak dengan semua masa lalunya di Nagendra. Meski di waktu-waktu tertentu Eila tergoda mengaktifkan ponsel lama untuk mencari tahu kehidupan Janar, Eila kuat hati menahan diri.
Berkat bantuan Anne, Eila kembali ke London. Eila sedang berjuang melanjutkan pendidikannya lagi sembari menjalani pekerjaan paruh waktu. Berbekal tabungan sisa nafkah dari Janar, Eila melanjutkan kehidupan. Namun, Eila tahu, setiap bulan ada dana tambahan yang masuk ke rekeningnya dari Janar.
Meski belum menemui Eila, Janar tetap mengirim nafkah karena tidak mau Eila mengalami kesulitan. Terlebih Janar tahu Eila sedang mengandung anaknya. Melalui teman-temannya di Inggris, Janar menemukan keberadaan Eila, tapi pria itu memutuskan tidak mengusik Eila untuk sementara waktu selama dirinya menyelesaikan masalah yang masih ada di Jatmika.
Semenjak bercerai dari Prisa, Janar terus didesak mengucap ikrar cerai untuk Eila. Namun, Janar tak mau melakukannya. Meski Praya memanggil Balin dan Agni ke kompleks Jatmika, Janar kukuh mempertahankan Eila sebagai istrinya.
“Tidak akan kuceraikan Eila sebelum aku bertanya langsung padanya!” tegas Janar.
Hari-hari Janar diisi dengan merawat primula di kebun paviliun Eila, menemani Mahika seraya merayu merestui hubungannya dengan Eila, serta menyiapkan bisnis pribadinya. Janar sedang berjaga-jaga meninggalkan Jatmika.
“Tuan Janar, Tuan Praya memanggil,” ucap Sani ketika menemui Janar di kebun.
Setelah membersihkan tangan, Janar kembali ke rumah utama. Di ruangan keluarga telah duduk Mahika dan Praya. Melihat wajah Praya, Janar tahu ada masalah penting yang sedang dibahas kedua orang tuanya.
“Janar, langsung saja. Ayah tak peduli kau masih mempertahankan Eila, tapi untuk kelangsungan penerus keluarga, kau harus menikah lagi. Ayah sudah menyiapkan wanita,” ucap Praya.
Tak menanggapi Praya, Janar menoleh ke arah Mahika yang sedang meremas kedua tangannya sendiri.
“Ayah sudah membicarakan dengan tetua, mereka setuju. Wanita ini dikenalkan Ibu Mehul, masih kerabat dengannya. Riwayat keluarganya memiliki banyak keturunan lelaki,” lanjut Praya.
“Minggu depan, menikahlah dengan wanita itu,” kata Praya tegas.
“Mohon maaf, Ayah. Aku tak akan menikahinya,” balas Janar juga dengan ketegasan.
“Kau tak bisa membantah! Tetua sudah mengumumkan keputusan ini!” tegas Praya, tapi Janar tidak goyah.
“Aku yang akan menjalaninya, aku menolak. Aku tak mau dipaksa menikah lagi. Sudah cukup,” kata Janar.
“Kau ingin keluar dari Jatmika dan Nagendra?!” bentak Praya.
“Kalau tak ada pilihan lain, aku tak bisa berbuat apa pun, Ayah. Aku terima bila Ayah mengusirku,” ucap Janar berusaha tegar meski dia gelisah memikirkan Mahika.
“Kau keterlaluan, Janar! Kau tak tahu adat!” maki Praya.
“Kalau kau menolak wanita pilihan Ibu Mehul, kau akan keluar dari Jatmika dengan tangan kosong. Sama seperti kau tak mau menanggung tanggung jawab, warisan pun tak akan Ayah berikan!” ancam Praya.
“Dan bila itu terjadi, kau tak akan pergi sendirian. Bawa serta ibumu! Ayah tak akan memelihara istri yang tak bisa mengurus anak. Lebih baik ayah membuat anak lelaki baru bersama istri lain yang tidak membangkang!” tegas Praya mengejutkan Janar.