Primula Terakhir

Wnath
Chapter #35

35. Akhir Musim Dingin

Mata Mahika berkaca-kaca ketika Janar bersimpuh di hadapannya. Sambil meraih tangan Mahika, Janar memohon agar Mahika merestui pernikahannya dengan Eila.

“Aku ingin hidup normal bersama Eila, tapi aku tak mungkin mendapatkan kebahagiaan yang utuh selama Ibu tidak merestui Eila menjadi pendampingku,” ucap Janar sambil mencium tangan dingin Mahika.

Tak hanya tangan, sebenarnya hati Mahika pun terasa dingin dibekukan oleh berbagai peristiwa besar yang mewarnai kehidupannya.

 Tak sampai sebulan, Praya benar-benar menceraikan Mahika. Tanpa pembagian harta apa pun, barang-barang Mahika dikeluarkan dari Jatmika, dikirim ke rumah barunya bersama Janar. Hubungan Mahika dengan Jatmika terputus semenjak Janar dikeluarkan dari status tingginya sebagai pewaris Jatmika.

Istri kedua Praya menggantikan Mahika, menempati rumah utama, wanita itu menggantikan kedudukan tinggi Mahika di kompleks Jatmika. Namun, perempuan itu juga tak berdaya ketika Praya mengumumkan ingin menambah keturunan dari Mehul.

Mengharapkan anak lelaki, Praya berharap Mehul yang masih muda bisa memberinya keturunan yang diharapkan. Jadi, hampir setiap malam Praya ada di paviliun Mehul, meninggalkan istri keduanya yang kesepian di dalam bangunan rumah utama.

“Mengapa harus Eila?” tanya Mahika.

Di antara banyaknya wanita cantik di sekeliling Janar, Mahika masih merasa penasaran dengan alasan Janar tetap mempertahankan Eila. Meski sudah cukup lama Eila pergi, Janar tetap setia tak mau berdekatan dengan wanita lain.

“Karena Eila yang bisa mengisi kosongnya hatiku, Bu. Aku tahu dia tak sempurna, tapi aku pun tak sempurna. Sekalipun kami bukan manusia yang sempurna, tapi saat bersama-sama, kami merasa bahagia. Tak ada hal lain yang kurindukan selain melihat senyumnya,” jawab Janar.

Sambil memandangi Janar, Mahika terkenang pertemuannya sendiri dengan Eila. Dulu, dia sendiri yang membawa Eila masuk ke Jatmika. Dengan pertimbangan pendidikan tinggi, wajah, serta tubuh yang bagus, Mahika memilih putri dari Arnawama, seorang prajurit negara untuk menjadi menantunya.

Mahika mengenal cukup dekat keluarga Arnawama dan percaya bahwa putri yang berpendidikan luas bisa menjadi penyeimbang untuk Catra yang juga hidup bebas di luar negeri. Namun, Mahika tak pernah menyangka kalau Eila ternyata lebih cocok dengan Janar bahkan saling mencintai satu sama lain. Padahal, Mahika merasa Prisa adalah wanita yang pas untuk Janar yang penurut dan mencintai Nagendra.

“Betapa misterinya cinta itu,” gumam Mahika.

“Apa Ibu sudah rela aku mencari Eila?” tanya Janar.

Perlahan-lahan Mahika menganggukkan kepala hingga pecahlah tangis bahagia Janar. Tak sabar pria itu menyusun keberangkatan ke Inggris untuk menemui Eila.

Dua bulan kemudian di bawah langit malam yang menurunkan butiran halus salju, Eila menikmati segelas cokelat panas. Duduk di kafe yang berada dalam festival musim dingin, Eila menikmati kemeriahan pasar malam besar di kota London.

Di taman itu berjejer kedai-kedai makanan, kios-kios souvenir, serta berbagai wahana permainan. Dari tempatnya duduk, Eila bergembira menyaksikan kebahagiaan para pengunjung di penghunjung musim dingin yang akan segera berakhir.

Sembari menghabiskan cairan cokelat di gelas, Eila merapatkan jaket tebal untuk melindungi perutnya yang semakin besar. Tak ada kemuraman di wajah Eila meski sendirian menjalani kehidupan di perantauan dalam keadaan hamil bukanlah hal mudah.

Eila baru saja kembali melanjutkan kuliah, serius mengejar hal yang telah dia tinggalkan bahkan mengulang beberapa kegiatan. Tadinya Eila bekerja di minimarket, tapi karena perutnya membesar, Eila memilih membatasi diri. Saat merasakan kerasnya hidup mandiri, sesekali Eila terkenang kehidupan di kompleks Jatmika dengan banyak pelayan dan serba dilayani.

Namun, kerumitan hidup mandiri tak menghilangkan kebahagiaan Eila. Bisa bebas melanjutkan pendidikan cukup mengobati kesedihannya karena meninggalkan Janar. Setiap hari Eila selalu mendoakan suami yang belum menceraikannya, Agni, juga Mahika. Sesekali Eila juga melempar doa untuk Prisa.

“Apa yang saat ini terjadi di Jatmika?” tanya Eila di dalam hati ketika menatap langit malam.

Meski penasaran, tak sekali pun Eila berusaha mencari tahu kehidupan yang telah dia tinggalkan. Pelan-pelan Eila berdiri, mendorong kursi lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong jaket agar tak kedinginan. Eila berencana menikmati festival pasar malam musim dingin untuk menghibur kesendiriannya.

Namun, belum sampai di depan pintu keluar, langkah Eila terhenti karena bersitatap dengan dua orang yang mengejutkannya.

Lihat selengkapnya