Prince of Avilla : I Could Have Anything But You

Komorebi
Chapter #1

🤴 Prince 1 🤴

"Sayang," suara lembut itu begitu menenangkan, membelai indera pendengaran pria yang masih berbaring miring hanya memakai bokser. Seprainya tidak pernah rapi semenjak dia duduk di bangku kuliah dan mengenal yang namanya wanita. Bukan berarti sebelumnya dia tidak mengenal, tapi umurnya saja yang waktu itu belum cukup untuk melakukan kegiatan orang dewasa ini.

"Aku harus balik ke kosan."

"Di sini aja."

"Farrel, enggak bisa. Cowok aku pasti curiga kalau besok pagi aku enggak ada di kosan. Ntar kita ketahuan."

Farrel menggeram, lalu bangkit sambil menyambar kaosnya. Tidak memedulikan wanita yang sepanjang sore tadi memberinya kehangatan. Playboy kampus satu ini tetap melangkah ke dapur dan mengambil sebotol wine untuk dinikmatinya sembari menonton acara teve.

"Aku pulang dulu. Besok pagi kita ketemu di kampus," pamit wanitanya, lalu memberikan kecupan perpisahan.

"Enggak usah, kita udah selesai."

"Tapi-"

"Lo tahu reputasi gue, kan? Nggak ada yang namanya 'ceweknya Farrel', semua hanya one night stand atau kalau beruntung jadi friend with benefit gue. Tapi itu juga enggak gampang. Untuk kasus lo, cuma ons aja," kekeh Farrel sambil melambaikan tangan pada teman wanitanya, yang kemudian membanting pintu apartemen Farrel.

Setidaknya untuk saat ini, tenang kembali menyelimuti Farrel, atau tidak? Karena tiba-tiba saja ponselnya berdering dan nama Rendra hadir di sana.

"Apaan?"

"Jadi dateng? Gue udah minta cewek gue buat ngajak gebetan lo."

"Pasti dateng dianya?"

"Babik lah lo, dateng kumpul-kumpul, tapi mesti nungguin cewek."

"Suka-suka gue."

"Iya, dia dateng. Pasti!"

Farrel segera melompat dari sofa dan berlari ke kamarnya kembali untuk bersiap menuju kelab ONE.

Menjadi pemuda dengan nama belakang De Avilla, memberikan Farrel akses tanpa batas untuk melakukan apapun yang dia inginkan. Frans? Papanya hanya bisa mengelus dada-masih mending dia tidak mati muda. Berbeda dengan Frans yang sering kali menasihati putranya, mertua dan papanya justru sangat memanjakan Farrel. Jika sudah seperti itu, Frans tidak bisa melakukan apapun. Pria yang tidak lagi muda itu hanya bisa berpesan agar Farrel tidak menyalahgunakan kebebasan yang diberikan padanya.

Bukan Farrel jika dia menuruti ucapan papanya. Namun, lagi-lagi pemuda yang mengambil double degree diam-diam itu berhasil menutupi sikap urakannya dengan sikap manis yang ditampilkannya khusus untuk keluarganya.

"Woi, akhirnya nyampe juga," tegur Wisnu yang baru kembali dengan sebotol bir di tangannya.

"Mana?"

"Woelah, sabar ngapa. Bentar lagi juga nyampe," sambung Rendra yang mendorong tubuh Farrel agar bergabung bersama mereka dan beberapa gadis dengan pakaian seksi.

Farrel menepis tangan Rendra. "Awas aja kalau-"

Kalimat Farrel terputus saat netranya menemukan seorang gadis yang berhasil memiliki hatinya sedang berdiri di antara banyak orang di lantai dansa. Gadis itu terlihat risih berada di sana, tapi untung saja kedua temannya-yang salah satunya adalah kekasih Rendra-segera menariknya menuju meja Farrel dan sahabatnya.

Bukan senyuman, apalagi panggilan sayang yang diberikan gadis itu. Namun, hanya senyum sinis dan sikap tak acuh. Sungguh, gadis ini sungguh berbeda dengan gadis-gadis lainnya. Jika kebanyakan gadis akan dengan senang hati menyodorkan tubuhnya untuk dinikmati oleh Farrel demi status sosial dan fasilitas yang didapatkan oleh mereka selama menjadi wanita penghibur Farrel, gadis satu ini berbeda. Dia terang-terangan menolak Farrel!

"Hai, Cantik," sapa Farrel dan tanpa peduli penolakan Siska, menariknya untuk duduk bersamanya. Farrel merangkul pundak Siska, sembari membisikkan kata-kata manis yang justru membuat Siska menghindar.

"Dea, apa-apaan ini? Lo bilang ini acaranya Rendra, dan si belagu curut ini nggak bakalan dateng." Siska mengalihkan pandangannya pada Farrel yang meringis. "Karena sibuk sama pelacurnya."

"Kok kamu ngomongnya gitu? Mereka bukan pelacur, mereka itu temen-temen kamu lho. Temen yang-"

"Bego. Mau aja lo tidurin demi duit. Apa namanya kalau bukan pelacur?"

"Friends with benefit? Kami sama-sama diuntungkan. Gue dapet seks yang memuaskan, mereka dapet apa yang dipengen, kan?"

"Gila!"

Farrel terbahak, lalu meraih kedua tangan Siska dan mengecupnya. "Aku janji, kalau kamu mau nerima cintaku, aku bakalan setia sama kamu. Kamu adalah yang terakhir buatku. Janji."

"Minggir!" kesal Siska seraya menepis kembali tangan Farrel yang terus menggelayutinya. "Ketemu lo di sini, cuma buang-buang waktu aja!"

Tanpa peduli dengan panggilan Farrel, Siska terus melangkah keluar, dan langsung pergi meninggalkan kelab ONE.

"Mau taruhan, Ndra?" tanya Wisnu yang duduk di antara Farrel dan Rendra. "Casanova kita ini nggak akan bisa dapetin Siska."

"Gue pegang omongan Wisnu. Siska terlalu high class untuk Farrel yang middle cenderung lower class," kekeh Rendra.

"Tungguin aja. Dia bakalan bertekuk lutut di depan gue. Ngerengek buat jadi cewek gue."

"Bacot doang lo! Dari setahun lalu juga lo ngomongnya gitu," tukas Wisnu.

Lihat selengkapnya