LINNEA
Di sana di kedalaman lautan, aku tenggelam. Sang kegelapan menarik tubuhku menuju karang tanpa dasar. Lenyap dari permukaan.
Hening, semua redam. Tenggelam semakin dalam. Bagai terhisap di lubang hitam yang menelan segala suara…
Tirai-tirai cahaya memudar di kedalaman ini, sang rembulan jauh di atas sana. Tersadar ku amati sekelilingku gelap, tanganku tak dapat menggapai apapun. Semua mati rasa, kekhawatiran mulai menyelimuti rasa takut…
Firasat buruk menghantuiku seperti mengenal betul sesuatu yang akan terjadi.
‘Kau menyadarinya.. dia akan datang’
‘Siapa?’
‘Jangan hanyut dalam ketenangan’
‘Aku merasakannya’
‘Bersiaplah!’
‘Bila lengah maka kau lenyap’.
‘Coba ingatlah!’
‘Aku tak bisa bergerak’
‘Sebelum dia datang’
‘Ayo.. berpikirlah! Berpikir!’
‘Bagaimana?!’
‘Selamatkan dirimu’
‘Bersiaplah!’
Suara-suara di kepalaku bergejolak bersama amarah, memperburuk segalanya.
‘Dia akan selalu mencarimu’
‘Kau menyedihkan!’
‘Kali ini kau lenyap!’
‘Kau tahu itu’
‘Selamatkan dirimu’
‘Bodoh jangan diam saja!’
‘Sebelum dia datang’
‘Lalu bagaimana?’
‘Ini pernah kualami’
‘Jangan menunggunya’
‘Dia akan melenyapkanku’
Mereka tak berhenti berbisik. Menguncang ketenangan, dan membutakan semua tindakan.
Aku merasa lemah
Terperangkap
Mengutuk segala hal buruk yang akan terjadi
Tak berdaya
Berharap semua ini tidak nyata
Kupejamkan mata..
Di tempat sesunyi ini, sangat kontras dengan degup jantungku yang memompa kencang. Beradu dengan kecaman gemuruh di kepala. Kuhenghela napas panjang menjauh dari pikiran, dan naluriku, menghiraukannya. Tak kukira, hembusan itu dapat menghasilkan buih gelembung.
Seolah melepas segala ketegangan, maka suara-suara itu lenyap seketika. Membawaku pada kesadaran yang sebenarnya.
“Benar..”
“ini tidak nyata, tidak mungkin..”
‘Aku berbicara dan bernapas di air ?’ pertanyaan itu membangunkan logikaku. Namun semuanya kembali hening, seperti ruang hampa..
“Linnea…”
Tiba-tiba seseorang memanggil, napasku tercekat. Sesuatu yang membuatku gemetar di keheningan, untuk menunggunya menyambar. Di tempat setenang ini, hantaman ombak pun tak terdengar. Kesunyianya membuat suasana mencekam.
“Liznney....”
Suara itu lagi, terdengar lebih dekat. Samar-samar seperti berdesir, hampir tak mengenali jenisnya; seorang pria kah? atau wanita? tapi itu seperti gabungan.
“Liznneyyhh..”
Tersontak aku membuka mata. Sudah tidak bisa tenang. Sekarang panggilannya sangat dekat di kupingku, sangat dekat. Ku amati sekeliling, masih gelap. Dengan posisi yang sama mengapung di air. Di atas sana, di mana celah-cerah cahaya jatuh dan menyorot ke dalam; tiba-tiba saja sekelibat bayangan hitam besar melintas, pergerakannya sangat cepat. Seperti peringatan bahaya, degup jangtungku memompa tak terkendali. Tekanan darahku mengalir deras, terjun dalam jurang kegelisahan.
Perasaan takut menguasai..
Sekuat tenaga berusaha mengerakkan kakiku, yang kini akhirnya ada harapan. Namun semuanya terjadi begitu cepat, dengan tempo yang mengejutkan. Sekarang bayangan hitam itu memutari sekelilingku tanpa celah. Di dalam kegelapan sepasang mata kuning besar, dengan pupil lonjong hitam menatap: mengamatiku seperti mangsanya.
Sayangnya sekujur badanku membeku.
“Liiizzznnneeeeeeeyyyhhhh ….”
Pandanganku memudar
Inilah saat dimana bisikan-bisikan itu menjadi nyata..
waktu bergerak melambat