PRINCESS OF MONGREA, The Summer's Tale

Lady_teller
Chapter #10

8. LA VIE EN ROSE



LINNEA

 

Aku dan Silva tertawa mendengar penyataan Oliver, ya dia adalah anak yang aku selamatkan di hutan Mongrea waktu itu. Kini ia duduk di samping ibunya sambil menggerutu, aku dan Silva mengoloknya.

“Benarkah kau tidak tahu perbedaan antara beruang dengan serigala? kalau begitu bagaimana kalau perbedaan ayam dan burung ?” tanyaku mengoloknya lagi untuk yang kesekian kali.

Oliver menunjukkan senyum sinis, “Ah kalo itu mudah! Burung tidak pernah bilang ia bisa terbang tapi ia terbang, sedangkan ayam bilang ia bisa terbang tapi ia berjalan.”

Anak ini cerdas! Aku menatapnya tak percaya.

“Kau tidak mengeti bukan? sama seperti beruang dan serigala tadi! kau takkan bisa mengerti dengan pemikiranku. Sekarang giliranku, kau pasti tidak tahu ini.”

Aku mencibirnya menantang. “Ayam, ayam apa yang sangat besar ?”. Pertanyaannya membuatku berpikir keras. Ia terlihat senang di saatku seperti ini.

“Ayam kalkun ?” tanyaku.

“Hm.. bukan”

“Ayam pegulat?” kini Silva yang menjawab, membuatku menoleh padanya dengan wajah tak percaya.

“Ayam troll ?”. Oliver menggeleng

“Yang benar saja Silva?”

“Kenapa? bukannya itu masuk akal? hehehe..”

“Bukan! masih ada lagi yang lebih besar. Kalian menyerah ?”. Oliver bertanya lagi sambil melipat tangan di dadanya dengan bangga, seolah ia memenangi permainan tebakan-tebakan ini.

“Baiklah apa ?” tanyaku sambil memutar mata keatas, awas saja kalau jawabannya melantur seperti Silva.

“Ayamm… Semestaaa!”

“Apa?!!”

“Oh!! Sudah kutebak! Aku hampir saja menjawab itu.” Sahut Silva yang tertawa cekikikan.

“Kau tidak mengerti yakan?” tanya Silva. Sekarang mereka semua tertawa hanya aku yang tercengang di sana.

“Aku tahu itu adalah pertanyaan yang menjebak.” Jawabku.

“Ya.. makanya Oliver menanyakan itu padamu, ia ingin menjebakmu.” Kata Silva sambil berkedip ke arah Oliver.

Oh jadi mereka bersatu menyerangku dari belakang ? baik.. permainan di mulai!

“Sekarang aku mengerti, jika itu yang kalian mau. Aku juga punya pertanyaan yang lebih sulit, kalian harus siap-siap kali ini!” kini aku mengancam mereka.

“Ya sebutkan! Aku siap!” kata Oliver yang penasaran.

“Ikan, ikan apa yang paling menderita ?”

“Ikan yang patah hati?” jawab Oliver cepat. Aku menggeleng.

“Ikan yang di marahi ibunya ?” jawab Oliver lagi, aku menggeleng lagi.

“Ikan.. hm.. ikan yang wajahnya jelek ?” jawab Oliver lagi, yang membuatku tertawa geli.

“Bukan! haha..”

“Lalu apa ?” tanyanya lagi. Kali ini aku melirik Silva yang tampak berpikir keras, dari tadi ia yang satu-satunya belum menjawab.

“Menyerah?” kutanya Silva, yang seketika wajahnya seperti menemukan sesuatu.

“Oh.. Ikan yang tidak bisa berenang!.” Jawab Silva

kok dia tahu?

“Ya kan ?” tanyanya lagi.

“Aku baru saja ingin menjawab itu” sesal Oliver terlambat.

“Bagaimana kau bisa tahu ?”

“Benarkan? Ayo keluarkan pertanyaan selanjutnya yang lebih menantang!” Kata Silva mengolok.

“Baik… sekarang giliranku.” Kali ini Oliver yang tidak sabar.

“Apa kalian siap ? (kami mengangguk serentak) baiklah.. hm.. siapa yang suka jadi korban pemerasan ?”

“Pertanyaan apa ini?” aku bertanya baliknya. Lama-lama pertanyaan ini semakin melenceng dari topik pembicaraan.

“Sapi perah, karena ia suka di PERAS!” jawab Silva dengan mudah. Membuat Oliver terkesiap, sekarang Oliver mendapat lawan yang seimbang. Aku hanya dapat menggelengkan kepala.

“Kenapa air laut asin ?” tanya Oliver lagi.

“Karena ikannya berkeringat!”

“Kuda apa yang paling mudah lelah?”

“KU-Daki gunung sambil jongkok”

“Gajah terbang dengan apa ?”

“DENGAN sudah payah”

“Gajah apa yang belalainya pendek ?”

“Gajah pesek!”

“Hewan apa yang bersaudara ?”

“Katak beradik!!”

Silva melibas semua pertanyaan Oliver dengan mudah. Ya.. ku rasa kita semua tahu siapa ratu dari permainan ini.



~~***~~


Aku berjalan sambil menari dan sesekali bersenandung, saat ada ranting kayu aku meloncat dan mangayun-ayunkan tanganku. Tidak punya alas khusus untuk melakukan itu hanya saja rasanya sangat pas mengambarkan suasana hatiku.

Sampai tidak sadar cepat sekali sore datang. Aku berencana untuk membersihkan diri lagi sekaligus ingin mengembalikan energiku kembali dengan berenang di air. Tapi sepertinya tidak mungkin untuk berenang di sungai kemarin, kesal kalau bertemu penguntit lagi.

Jadi kuputuskan untuk pergi mengunjungi danau yang ada di sana, agak sedikit jauh tapi tak apa. Itu sepadan karena katanya danau di sana sangat indah. Saat di jalan teringat kembali dengan kudaku, sepertinya ia butuh waktu istirahat di pondok. Lagi pula berjalan kaki lebih menyenangkan.

Sampai di pinggir danau aku membentangkan tangan, menarik napas panjang. Udara terasa segar disana. Air di danau itu berwarna hijau dan kebiruan sangat jernih bahkan bebatuan yang berada di dasar terlihat dari permukaan.

Menyatu dengan alam rasanya itu seperti bagian dari diriku. Liar dan bebas.

Di saat hanya hembusan angin yang bersuara, tiba dari arah tengah danau muncullah sesuatu dari dalam air. Itu adalah sebuah punggung pria yang kekar.

Aku berteriak mendapatinya, ia menoleh kebelakang dan juga terkejut sama sepertiku. Membuatnya terjatuh kembali kedalam air, tangannya menggapai-gapai di atas permukaan dengan susah payah.

Lihat selengkapnya