AUTHOR
“Oh.. iya ini kita sudah menemukannya..”ucap Linnea, tuan Harald mengangkat sedikit kaca matanya sambil menyipitkan mata, dia mengangguk dan kembali ketempat duduknya.
“Kau pasti melihat hantu waktu itu.. karna aku tak pernah keluar di tengah-tengah malam.” Bisik Linnea kepada Oliver dan pergi.
Kemudian mereka semua duduk di meja besar, selang beberapa lama berkutat dengan bukunya Linnea tampak menghembuskan napas panjang, alis matanya berkerut dan memandang tuan Harald, seolah akan menemukan jawabannya disana.
“Apa itu kau bisa tanyakan padaku yang mulia..” ucap tuan Harald tampa melepas pandangan pada buku di depannya.
“Wah.. tuan, buku ini robek.” Ucap Oliver yang otomatis mencuri perhatiaannya.
“Kau bisa membaca bahasa mage?” Oliver menggeleng.
“Ku pikir buku ini lebih menarik karena ada banyak gambarnya.” Ucap Oliver, Linnea yang penasaran membalikkan sampul buku yang berada di tangan Oliver. Dia kenal buku itu sangat jelas, dengan tercantum nama ‘dauda bardaga’ di depannya. Tuan Harald memperhatikan Linnea yang sekarang memegang lembaran gambar kaisar jhordon yang sobek.
“Kau tidak memperbaiki ini ?” ucap Linnea yang membuat tuan Harald sejenak berdeham.
“Itu sudah lama sekali yang mulia, waktu itu kau merobeknya dan membawa potongannya bersamamu.” Sejenak Linnea tampak menerawang dia pun mengamatinya karena kini perhatian itu teralihkan dari pekerjaannya.
“Jadi, siap teman kecilmu ini yang mulia ?”
“Namanya Oliver, anaknya Karra yang sekarang membantu Emma di dapur.”
“Oh.. pantas saja kau terlihat seperti tak asing, ayahmu dulu adalah muridku.” Ucapnya yang melihat Oliver sambil mendekatkan kaca matanya.
“Benarkah ?”
“Iya, Olaf Frudo. Si cerdas yang selalu bersemangat, dengan hanya mengetahui dunia tidak cukup baginya. Dia selalu penasaran, setelah bosan dengan satu hal ia pun loncat ke hal lain. Seperti apapun takkan pernah cukup untuknya pelajari. Setalah lelah dengan buku-bukuku dia tertarik dengan gulat, sesuatu yang lebih menantang dan di pandang disini. Itulah yang membawanya pada dauda bardaga, aku turut berduka atas kehilanganmu nak. Aku sebelumnya mengagumi ayahmu dan berharap kau belajar dari kisahnya, kita tak bisa mempercayai setiap pendapat orang di dunia ini. Kehidupan kita, kitalah yang kendalikan.”
“Tapi ayahku mengikuti itu karena kemauannya sendiri bukan?”
“Iya.. karena rasa penasarannya itulah yang mengakhirinya. Seperti ngengat yang masuk ke mulut tumbuhan pemakan serangga. Dauda bardaga adalah hal yang berbahaya. Menjadi pemenangan dari itu memang sangat mengiurkan namun kalau kalah, maka takkan ada yang tersisa dari dirimu yang telah bersedia mengikuti itu.”
“Jadi apa yang akan kulakukan bila aku pun tak bisa mengikuti jejak ayahku? seperti dunia takkan memberikan kesempatan padaku.”
“Ada banyak hal di dunia ini yang masih bisa kau lakukan nak, dari pada mengikuti kesenangan orang lain. Mengarahlah pada sesuatu yang bisa menjaga ibumu, menjaga tanah Mongrea kita ini. Itu akan berguna untuk masa depan kita ke generasi yang mendatang.”
Oliver tidak mengatakan apa-apa setelah di beri nasihat oleh tuan Harald, dia hanya tampak muram. Sejenak mereka semua terdiam, berkutat dengan pikiran mereka masing-masing
“Jadi yang mulia Linnea.. apa sebenarnya yang membawamu ke sini, karenan sudah lama sekali kau tak kemari.” Ucap tuan Harald memecah keheningan.
“Oh.. tidak ada. Aku hanya berjalan tadi di lorong, bertemu Oliver dan berencana untuk menunjukkan perpustakaan ini padanya.”
“Baiklah.. sekarang katakan padaku apa yang membuat alismu berkerut tadi, aku yakin kau menyimpan pertanyaan tadi..” ucap tuan Harald yang kini melepas kaca matanya, menutup bukunya dan memandang Linnea.
“Aku tadi membaca buku ini, di dalamnya menjelaskan tentang kisah anak rembulan yang bertemu dewi freyja dan bagaimana Mongrea terbentuk hingga rinciaannya. Semua keterangan tentang asal keempat elemen tercantum jelas namun hanya bagian druid yang keterangannya sedikit. Dapatkah kau beritahu aku mengapa ?”
“Ay.. sebelum itu aku ingin kau mengingat kembali apakah kau ingat dengan keempat elemen yang di hadiahkan oleh dewi Freyja kepada anak rembulan ?”
“Ya.. biji hijau,api, tanah dan air.”
“Betul.. dapatkah kau menjelaskan padaku setelah itu apa saja yang kau ketahui yang mulia?”
“Ay.. Biji hijau yang di beri dewi freyja menjadi tanaman dan perpohonanan, api menjadi lava di gunung berapi, tanah menjadi tumpukan gunung dan bukit, sedangkan air menjadi lautan dan sungai yang mengalir tampa henti.” Ucap Linnea sambil menunjukkan gambar yang ada di buku itu pada Oliver dan tuan Harald.
“Lalu setelah itu bagi penduduk dulu yang memakan biji-bijian maka kulitnya berubah menjadi hijau dan salah satu dari mereka di anugrahi dengan kekuatan penyembuhan. Yang menyentuh api menjadi orc dan serigala yang di kutuk, mereka kaum bringas. Yang memakan tanah menjadi troll dan dwarf. Yang meminum air itu menjadi druid atau penjaga. Tapi yang aku ingin tahu adalah siapa druid itu karena aku tidak pernah mendengarnya langsung mereka hanya ada di cerita dan lagu-lagu Mongrea.” Tuan Harald tampak mengusap janggutnya dengan pandangan menerawang ke atas.
“Kau benar yang mulia, sejujurnya aku sendiri tak pernah bertemu druid di sepanjang umurku. Tapi ada beberapa kisah yang menyatakan druid itu pernah ada dan pernah menjadi pemimpin Mongrea. Seperti yang kita tahu bahwa keturunan dari silsilah keluarga Livera, yaitu orang-orang yang berasal dari keturunanmu yang sebelumnya yang mulia. Mereka memiliki kulit pucat, sama juga seperti warna kulit yang dimiliki bangsa serigala yang di kutuk.”
“Aku tak pernah lihat serigala yang di kutuk memangnya mereka seperti apa ?” tanya Oliver.
“Kalau soal itu karena alpha Lonard yang memimpin kaumnya memang mengasingkan diri di istana yang berada di atas gunung, makanya kita jarang mendengar itu. Tapi sesekali mereka kemari hanya pada perayaan musim panas dan perayaan lainnya, bila ada peristiwa penting saja. Jika kau ingin tahu serigala yang terkutuk itu seperti apa maka itu adalah binatang buas yang pada bulan purnama akan berubah menjadi sama seperti kita. Kaum alpha Lonard lebih suka berburu dan menyantap daging mentah. Mereka bringas dan liar, akan tetapi hanya beberapa dari mereka yang dikutuk dan di anugrahi anak rembulan oleh dewi freyja. Dari cerita-cerita seramnya ada yang bilang kalau mereka mencari mangsa pada malam purna. Jadi bila orang tuamu bilang untuk tetap berada di rumah saat bulan purnama dan serigala melolong percayalah itu semua untuk kebaikan kalian.”
“Ehm.. apa serigala itu bisa mengeluarkan api juga dari mulutnya?”
“Entah, aku belum pernah mendengar kisah itu, yang mulia tahu dari mana?”
“Oh.. aku hanya menebak, karena kisah mengatakan orang dulu yang memakan api. Dalam teoriku mungkin saja itu bisa terjadi bukan ?” tuan Harald pun menggaguk , membuat Linnea kini bisa menarik napas lega. Bagaimana kalau mereka semua tahu tentang Fenrit yang bisa mengeluarkan api dari mulutnya, semua pemburu di dunia yang tahu pasti memburunya untuk di jadikan koleksi.
Di dalam cerita itu membuat Linnea berpikir bagaimana kalau Fenrit adalah serigala yang terkutuk?.
Linnea harus menanyakannya pada Fenrit dulu mengenai itu, dia tidak bisa mebak-nebak tampa tahu dari sumbernya.
“Lanjutkan tuan Harald, kau belum menjelaskan tentang druid padaku..” tanya Linnea yang juga melihat tuan Harald terdiam sejenak.
“Oh.. ya hampir lupa.. haha.. maklum aku sudah tua dan penjelasanku yang panjang ini mungkin akan membingungkan kalian.”
“Tuan Harald.. aku paham dengan semua penjelasanmu, jangan khawatir..” ucap Oliver yang tampak menikmati ceritanya.
“Oliver..Kau sangat mudah paham, aku percaya kau akan jauh lebih pintar bila kau mau mengikuti mimpi ayahmu yang sempat terhenti itu..” ucap tuan Harald sambil mengelus kepala Oliver.