Di dalam tubuhnya yang terasa kaku dan tidak bertenaga, Venus merasakan jemarinya hangat. Wangi mawar menyeruak menarik perhatian Venus hingga dahinya berkerut.
"Putri?"
Telinganya mulai menerima suara yang tertahan dari beberapa orang di sekitarnya. Maka dengan susah payah Venus membuka matanya. Bukan serasa bangun tidur semalam, namun tidur yang sangat lama sampai Venus merasa ada yang berubah pada dirinya.
Venus membuka mata.
"Putri Venus!"
Seorang wanita yang terlihat lebih tua darinya itu menyambut Venus dengan tangisan yang segera diseka olehnya. Seolah dihapus ingatannya, Venus terlalu asing dengan keadaan dirinya saat ini.
Kasur yang sangat empuk dan luas, semerbak bunga mawar dari jendela yang terbuka, warna merah muda yang mendominasi setiap perabotan di dalam ruangan, dan beberapa wanita yang berpakaian seragam biru putih. Seolah baru bertemu setelah sekian lama, mereka serentak menangis. Beberapa berpelukan saling menguatkan dan berbagi kebahagiaan. Yang aneh adalah bagaimana Venus bisa ada di sini?
"Putri Venus, anda sudah sadar, syukurlah!" tutur salah satu dari mereka. Venus masih di posisinya, berbaring di atas kasur. Dia sungguh kebingungan. Lagi, tubuhnya terasa sangat lemah.
"Memangnya saya kenapa?" Akhirnya Venus bertanya.
Satu kalimat itu kembali membuat mereka meneteskan air matanya.
"Ya ampun. Maafkan kami, Putri. Mendengar suara Tuan Putri seperti mimpi bagi kami," jelasnya lagi-lagi menghapus air mata sebelum jatuh ke lantai. "Tuan Putri Venus telah tidur 13 tahun. Sebuah keajaiban melihat Tuan Putri akhirnya membuka mata," lanjutnya.
"13 tahun?"
Venus benar-benar bingung dengan keadaannya sendiri saat ini. Dia mencoba sebisa mungkin mengingat apa yang terjadi sebelumnya, namun semuanya seolah telah dihapus. Yang ada kepalanya terasa sakit karena dipaksa berpikir keras.
"Putriku Venus!"
Saat itu juga suara berat dan lantang terdengar saat pintu kamar terbuka, menampilkan sosok pria paruh baya yang raut wajahnya tidak jauh berbeda dengan para wanita berseragam itu. Dia menangis dan melangkah lebar mendekati Venus. Semua orang menunduk.
Meski belum mengerti betul, Venus paham bahwa dia harus memposisikan dirinya dengan benar. Maka dia pun susah payah bangun dari posisi tidurnya dan duduk dengan tenang walau masih dirundung kebingungan.
"Venus, akhirnya kamu ...." Pria itu duduk di tepian ranjang, tidak mampu menuntaskan kalimatnya. Kedua tangan hangatnya meraih rahang Venus dan menatapnya penuh bahagia.
"Ayah sangat merindukanmu!" Pria itu lalu memeluk Venus secara sepihak. Yang membuat Venus terkejut adalah saat pria itu menyebut dirinya sebaga ayah. Dan Venus merasakan aneh pada tubuhnya. Ada kehangatan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Sebuah perasaan yang sulit dijelaskan. Venus seolah merindukannya.
"Ayah."