"Venus sayang."
Dahi Venus berkerut begitu merasakan sentuhan pada puncak kepala hingga dia pun melenguh seolah bangun dari tidur.
"Venus," sapanya lembut begitu Venus membuka mata.
"Paman? Bibi?"
Venus berkesiap dan segera memposisikan diri untuk duduk. Di sampingnya sang bibi duduk sedangkan pamannya berdiri menatapnya dengan senyuman di bibir.
"Aku sangat merindukan kalian," ujar Venus lalu memeluk bibinya. "Tapi tunggu! Bagaimana kalian ada di sini?"
Venus menemukan kejanggalan. Dirinya bangun di salah satu kamar di villa. Namun paman dan bibinya ada di sana.
"Apa kalian juga ke toko buku itu? Apa .... Lihat! Pakaian kalian juga berubah."
Venus mulai heboh dengan keadaan aneh yang sedang terjadi. Saat ini bibinya memakai baju kerajaan yang cukup rapi namun sederhana. Begitu pun pamannya yang berpenampilan sangat berbeda dari biasanya. Melihat itu bibinya pun segera memberi penjelasan.
"Venus sayang. Dengarkan bibi." Bibinya kemudian menangkap dua tangan Venus, menumpuknya jadi satu. "Kamu pasti bingung dengan semua kejadian beberapa hari lalu, saat kamu sampai di tempatmu seharunya berada."
"Tempat seharunya aku berada?" Venus mengulang pernyataan bibinya.
"Benar. Kamu adalah seorang putri di Kerajaan Lawrence."
Venus mencoba mencerna situasi yang tengah terjadi. Selama ini dirinya adalah Venus yang hidup normal seperti manusia biasa. Dirinya sejak kecil bermain bersama teman sebaya, bersekolah, dan melakukan banyak hal sebagai Venus yang hidup di lingkungan yang dipimpin oleh pemerintah modern. Namun baru saja bibinya menyebut bahwa dirinya adalah seorang putri kerajaan yang namanya saja tidak ada dalam sejarah. Bahkan tidak ada di belahan bumi manapun. Jadi sebenarnya apa itu Lawrence? Semua yang dia lalui hampir dua bulan ini adalah ilusi? Atau mimpi?
"Bibi, Venus tidak mengerti."
Perlahan bibinya meraih rahang tirus Venus. "Sayang, mungkin sangat sulit. Bahkan semua terdengar dan terasa tidak nyata, namun kamu tidak bisa mengelak dan membohongi diri sendiri. Kamu adalah putri satu-satunya dari ayah dan ibumu. Kamu lahir sebagai buah dari rasa cinta ibu dan ayahmu. Meskipun cinta itu terlarang, tapi tidak ada yang bisa mengukur seberapa besar rasa keduanya."
"Terlarang?"
Dari situlah sang bibi mulai menceritakan kisah lama yang menjadi alasan kenapa Venus ada.
•••
Alkisah.
Arlo merupakan sebuah kekaisaran yang terdiri dari beberapa kerajaan anakan. Kerajaan Arvies sebagai pusat pertahanan, Kerajaan Calmaria sebagai pusat pendidikan dan teknologi, Kerajaan Seomor sebagai pusat seni, Kerajaan Lawrence sebagai pusat industri pertanian. Arlo sendiri menjadi pusat pemerintahan berbentuk kekaisaran dengan Kaisar Phill sebagai penguasanya. Charles adalah seorang ksatria tangguh kepercayaan Raja Phill IX dan merupakan sahabat dari putranya, Pangeran Phillip. Pada akhir tahun, Raja Phill IX mendapat berita kemenangan Charles terhadap tanah kosong di sebelah Barat Arlo yang konon di sana menjadi tempat perkumpulan "makhluk-makhluk yang seharusnya tidak disinggung". Namun bagi seorang Raja Phill IX yang tidak percaya dengan adanya makhluk itu, perebutan wilayah akhirnya terjadi antara Arlo dengan Negara Hyena, sebuah wilayah besar yang didomisili penduduk bertubuh tinggi, berjubah, dan berambut panjang bahkan bagi kalangan pria.
"Ksatria Charles, sebaiknya kita bermalam dulu di sini. Sudah terlalu larut untuk melanjutkan perjalanan," tutur salah satu prajurit mengusulkan.
"Baiklah. Kita bisa pulang besok pagi."
Pada saat para prajurit bawahannya membangun tenda dan membuat perapian, Charles yang tengah duduk terpikirkan untuk mencuci pedangnya yang bernoda darah. Meski bisa dilakukan saat sudah pulang, namun melihat tanah kosong yang ternyata begitu rimbun nan indah di saat bersamaan itu membuat Charles ingin beralasan untuk sekedar berjalan-jalan dan mencari sumber mata air.