Princess Venus: History of Lawrence

SAKHA ZENN
Chapter #12

Pesta Penyambutan

Langit semakin gelap, sedangkan asrama semakin terang dengan lampu-lampu yang menyala. Dari dalam kamar, Venus memandang jauh hamparan tanah Calmaria di malam hari, begitu juga istana yang membuatnya teringat pada sang ayah, bagaimana keadaannya sekarang.

"Kau sudah siap, Venus?" tanya Irish setelah memasang aksesoris di rambutnya sebagai sentuhan terakhir. Dia segera bangkit dari depan cerminnya dan menemukan Venus tengah berdiri, menampilkan dirinya yang sangat cantik di mata Irish.

"Kamu sungguh indah, Venus." Dua netranya berbinar, seolah tengah terhipnotis. "Aku sangat beruntung menjadi orang pertama yang melihatmu secantik ini malam ini. Apa kamu akan baik-baik saja?" Kalimat penghujung Irish menyiratkan kebingungan bagi Venus.

"Apa maksudmu?"

"Setidaknya ... apa kamu sudah memiliki teman yang bisa menjagamu? Jika tidak, kamu pasti dalam bahaya, Venus. Kamu sangat cantik. Para lelaki itu pasti akan berubah jadi hewan buas setelah melihat kecantikanmu."

Perkataan Irish membuat Venus diam.

"Seseorang yang bisa menjagaku?" batinnya.

"Atau jangan-jangan kamu berdandan secantik ini hanya untuk seseorang?" selidik Irish, namun seolah dirinya telah mengetahui sesuatu.

Venus diam lagi.

"Ah, iya. Baiklah. Yang penting kita harus menikmati pesta malam ini, Venus. Aku dengar, pesta ini adalah pembuka kekerasan Guardian besok. Kita harus menikmati malam ini sepenuhnya sebelum besok kita dibuat gila."

Venus masih diam. Dia kemudian mengalihkan pandangan pada cermin yang menampilkan dirinya dari ujung kepala hingga ujung kakinya.

"Aku akan menikmati pesta malam ini," ucapnya penuh tekad.

Sepanjang koridor kamar kelas sepuluh, lampu-lampu menyala dengan lebih terang, juga dinding berhias lilin-lilin putih yang berdiri dengan teratur. Tirai cream yang sebelumnya dia lihat sudah berganti merah marun bercampur emas di tepiannya, menyampaikan kemegahan dengan red carpet yang menjulur sepanjang jalan menuju lantai lima, tempat pesta di adakan. Pesta ini adalah pesta tahunan yang diadakan oleh seluruh pioneer untuk menyambut kedatangan anggota baru di asrama maupun sekolah. Berkelas bangsawan, pesta megah itu menyatukan semua kalangan, karena tingginya derajat di sini adalah seberapa tinggi ilmu yang dimiliki.

Memilih datang di akhir menjelang pembukaan pesta, Venus berjalan seorang diri, mengukur panjang karpet merah dan menghitung patung-patung elang di setiap tiga meternya di dinding-dinding yang bersekatan dengan jendela kaca besar, menampilkan pemandangan Calmaria yang sebelumnya Venus nikmati keindahannya. Gaun biru tosca yang mekar dengan pola emas yang indah membentuk pinggang ramping Venus. Tulang selangka yang tajam dan sebagian punggungnya dia biarkan terbuka, begitu pula lengannya yang kurus dan jemarinya yang dia sembunyikan di dalam sarung tangan berbahan kain renda. Rambut panjang bergelombangnya tidak dia urai seperti biasa. Dia mengikatnya pada gulungan besar di belakang kepalanya dengan hiasan mahkota kecil di atas kepalanya, membuat wajah kecil nan tirus Venus lebih menonjol meski riasan irasnya dia biarkan terlihat natural. Hanya polesan merah cherry di bibirnya yang tipis dan glitter yang samar terlihat di sekitar matanya. Penampilan yang sempat membuat Irish tidak henti-hentinya memuji itu sampai di dua daun pintu yang telah terbuka. Suasana ramai semakin riuh setelah Venus memasuki ruangan yang penuh dengan lampu-lampu kuning itu. Di antara mereka berbisik, antara mengagumi kecantikan Venus, atau membicarakan ceritanya yang bangun dari tidur selama 13 tahun. Awalnya Venus merasa tidak nyaman karena ternyata orang-orang telah mengenalnya, namun dia sebenarnya memiliki tujuan sendiri kenapa membiarkan dirinya menonjol dari awal. Pemikiran itu menghipnotis dirinya sejak dia keluar kamar, hingga tidak menyadari ada langkah yang mendekat padanya.

"Venus," sapa Pangeran Ian. Lelaki itu sendiri sudah berpenampilan menarik dengan setelan hitam dan wajahnya yang tampan.

"Ian. Aku sangat gugup," aku Venus hanya pada Pangeran Ian.

"Kamu yang secantik ini masih bisa gugup?" tanya Pangeran Ian menyiratkan pujian di dalamnya.

"Apa aku terlihat berlebihan?" Venus balik bertanya.

"Tidak. Tapi tetaplah di sisiku. Harus ada pria yang menjaga gadis cantik sepertimu di pesta seperti ini."

Venus dibuat tersenyum oleh penuturan manis Pangeran Ian. Dia pun tidak percaya bahwa dirinya telah benar-benar masuk Guardian dan besok sekolah akan dimulai. Dia menatap Pangeran Ian dengan pikiran penuh di kepalanya.

Lihat selengkapnya