Venus sadar bahwa waktu terus berjalan. Namun sudah lebih dari dua pekan dirinya tidak menemukan apa pun. Mungkin karena dia terlalu fokus pada Mr. Hawthome, mencoba terus memata-matainya namun nihil. Dia bahkan tidak mendapatkan informasi apa pun dari Arthur sebagai putranya. Di sepanjang koridor gedung seni dan hukum, Venus membenamkan pikirannya. Tatapannya terlalu kosong untuk keramaian yang tengah terjadi.
"Sedang menunggu seseorang?" tanya sebuah suara yang ternyata William. Ya, semenjak kejadian di ruang piano itu, Venus cukup berteman baik dengan William. Dan tidak seperti penampilannya, William cukup hangat dan pandai membaca situasi.
"Ah, Will. Tidak. Aku pikir aku harus ke perpustakaan pusat." Venus menjawab setelah berpikir lama.
"Baiklah. Ayo!" ajak William. Dia terlihat lebih semangat dari siapa pun.
"Kamu tidak ada kelas? Bukankah pioneer tahun ketiga biasanya sibuk?" tanya Venus bingung dengan tanggapan William yang terlalu cepat.
"Ah, iya. Aku memang sedang menyiapkan sesuatu untuk tahun ini, tapi aku yakin apa yang akan kita lakukan ini tidak akan berpengaruh. Kamu mengerti maksudku? Jadi, biarkan aku menemanimu, Venus."
William bersikeras agar bisa menemani Venus. Sebenarnya Venus pun sedikit takut dan ragu, apakah kali ini dia akan mendapatkan sesuatu atau tidak.
"Baiklah kalau begitu."
Siang yang cukup terik membawa langkah Venus dan William menuju perpustakaan pusat yang tanpa mereka sadari, Pangeran Ian melihat mereka berdua saat dirinya baru keluar dari kelas. Dua pioneer berseragam marun cukup menarik perhatian di tengah keramaian warna hitam.
"Venus? Dan ... Will?"
Dua daun pintu setinggi lima meter menghentikan langkah Venus dan William. Venus menerawang ke dalam ruangan sebelum menghembuskan napasnya berat.
"Jadi ... apa yang akan kita cari?" tanya William polos.
Benar. Selama ini Venus mencari segala informasi sendiri. Pangeran Ian yang mengetahui sedikit fakta alasan Venus masuk ke Guardian pun tidak dibiarkan tahu oleh gadis itu. Tapi sekarang, William telah mengetuk batas yang Venus buat. Dia baru sadar bahwa dia tidak bisa berjalan sendirian.
"Mm .... Sebenarnya aku memiliki alasan lain kenapa ingin pergi ke Guardian," tutur Venus ragu-ragu, namun lagi-lagi William menanggapi dengan raut wajah datar.
"Sebenarnya aku sudah memikirkannya sejak lama. Apakah kamu datang ke sini adalah karena ingin mengetahui sesuatu tentang ibumu? Atau kamu menginginkan sesuatu yang lebih besar? Dua pertanyaan itu sering terlintas di pikiranku. Jadi, apakah benar?"
Benar.
Venus menatap sekilas dua manik yang selalu membuat lelaki itu terlihat dingin. Mungkin karena dia adalah putra dari menteri pertahanan di Arlo, pemikirannya cukup kritis. Venus tidak perlu menjelaskan lagi.