Princess Venus: History of Lawrence

SAKHA ZENN
Chapter #15

Janji

Flashback - Bulan ketiga tahun 904.

Malam datang lebih hangat dari sebelumnya. Bulan ini telah memasuki pertengahan musim semi. Charles duduk di atap rumahnya demi mendapatkan pemandangan langit yang bertaburan bintang, juga bulan yang mendekati purnama. Setelah hampir empat bulan sejak kemenangannya terhadap tanah baru di sisi selatan Arlo, istana masih sibuk dengan persiapan pengangkatan Philip, sahabatnya menjadi Raja sekaligus Emperor Arlo yang kesepuluh. Raja Phill IX telah menderita sakit yang semakin parah sejak satu tahun ke belakang. Melihat putra tunggalnya yang sudah memasuki usia 26 tahun, akhirnya Raja Phill IX mengundurkan diri dan mempercayakan kepemimpinan padanya.

"Apa yang kamu pikirkan, Charles?"

Sebuah suara lembut membuyarkan lamunan Charles. Gadis itu datang dengan senyum yang tak henti dia kagumi. Sejak bertemunya mereka di danau, Pixie awalnya terpaksa ikut dengan Charles dan pasukan kembali ke Arlo. Namun kehidupan manusia yang begitu kompleks menjadi pandangan baru bagi Pixie untuk lebih memahami. Di dunianya, semua beranggapan bahwa manusia adalah makhluk fana yang tergambar begitu kejam dan naif. Namun di Arlo, Pixie melihat kenyataan yang begitu berbeda, hingga empat bulan lamanya dia masih berkeliaran di dunia manusia. Charles pun tidak keberatan harus berbagi rumah dengan gadis yang dia sukai itu. Meski dia belum berhasil mengetahui asal-usulnya, Charles sepenuhnya percaya pada apa yang dia rasakan. Dia bahkan diam-diam bertekad akan melindunginya.

"Aku sedang memikirkan sahabatku, Pangeran Phillip. Besok dia akan dilantik menjadi raja sekaligus Emperor Arlo. Sebuah tanggung jawab yang sangat besar. Aku yakin dia bisa. Kejadian seperti ini hanya perulangan bagi keturunan bangsawan seperti dirinya."

Charles dengan perlahan mengutarakan pikirannya, sedangkan Pixie duduk dengan tenang di samping lelaki itu. Sesekali dia tersenyum.

"Lalu apakah ada yang kamu khawatirkan, Charles?" Pixie meraih punggung tangan Charles yang hangat. "Bukankah itu adalah hal yang bagus? Kau pun sangat mempercayainya."

"Benar." Kemudian Charles membalikkan keadaan dengan mencium punggung tangan yang kurus itu. "Aku sangat bahagia atas pencapaiannya. Aku juga akan terus mengusahakan yang terbaik di jalanku. kamu ... mau menemaniku kan, Pixie? Aku mulai terbiasa dengan keberadaanmu," tuturnya mencuri perhatian Pixie. Bola mata keemasan yang pertama kali Charles temukan seumur hidupnya itu tidak akan dia biarkan beralih. Charles bertekad untuk memilikinya.

"Aku .... Charles, apakah kamu tidak merasa aneh atau curiga denganku? Kamu tidak pernah bertanya lagi sejak terakhir kali tentang keluarga dan kehidupanku sebelum kamu bertemu denganku."

Pixie hanya merasa kehidupannya sangat berubah 180 derajat. Namun di sisi lain hanya dirinya yang tahu bahwa tidak ada hubungan lebih antara manusia dan peri. Keduanya berbeda dan tidak ada kisah yang menyatukan dua makhluk itu di masa lalu.

"Jika itu penting, kamu pasti akan menceritakannya padaku tanpa aku minta. Aku hanya menginginkanmu saat ini ... dan seterusnya. Kuharap kamu pun sama, Pixie. Aku mencintaimu."

Pixie menangkap garis wajah Charles yang penuh dengan keyakinan. Dia tahu sifat Charles yang keras kepala, namun dia juga sosok yang akan melindungi apa yang berharga bagi dirinya. Waktu empat bulan cukup untuk Pixie memahami sifat manusia yang ada di dalam tubuh Charles. Sebelumnya sebuah pikiran acak hinggap di kepalanya, tentang kutukan gerhana bulan yang dia langgar secara tidak sengaja. Dia tengah bersama Charles waktu itu. Mereka bahkan bisa dibilang bersentuhan. Sesuatu yang terasa aneh dalam tubuh Pixie pun terjadi, hingga spekulasi bahwa kutukan itu membawa rasa ketertarikan yang lebih pada orang yang tengah bersamanya adalah alasan Pixie yang kini masih menahan diri di sisi Charles. Dia tidak sekalipun berpikir untuk pergi. Sebuah magnet tak kasat mata terus menarik dua kutub yang berbeda.

"Ayahku telah tiada. Ibu, aku akan mengunjunginya suatu saat. Aku memiliki banyak teman. Tapi untuk sekarang, aku ingin tinggal di sini lebih lama."

Beberapa kalimat yang Pixie tuturkan berhasil menghipnotis Charles, sehingga sesuatu mendorongnya untuk merengkuh gadis ramping itu.

"Apa pun untukmu, Pixie."

Keesokan paginya, istana Arlo dipenuhi seluruh warga untuk menyaksikan pengangkatan Pangeran Phillip menjadi raja sekaligus Emperor Arlo kesepuluh. Semua bersorak bahagia saat sebuah mahkota yang secara turun temurun diberikan pada pewaris kerajaan itu sampai di atas kepala Pangeran Phillip, menjadikannya secara sah sebagai Raja dan Emperor Phillip. Charles yang berdiri di satu sisi barisan depan prajurit istana tiba-tiba dipanggil setelah pengangkatan. Akhirnya dia pun melangkah tegap, menghadap Emperor Phill IX yang selama ini telah percaya padanya. Dan kali ini dia kembali mempercayakan sebuah tanggung jawab yang amat besar.

"Charles, kau adalah prajurit terbaik Arlo. Meski sangat disayangkan untuk mengeluarkanmu dari barisan prajurit istana, saya dan seluruh menteri telah sepakat untuk memberi tanggung jawab kepadamu, sebuah tanah luas yang telah kau menangkan beberapa bulan lalu untuk menjadi sebuah kerajaan baru di bawah Kekaisaran Arlo."

Mendengar Emperor Phill IX yang terus berucap dengan bangga dan tegas menyebut namanya, Charles tertegun. Dia tidak menyangka hal itu akan terjadi. Malam tadi dia hanya membayangkan betapa berat beban yang akan dipikul sahabatnya, Phillip, namun sekarang sebuah beban yang tak kalah berat jatuh padanya. Tanah yang dia menangkan akan menjadi wilayah terluas di Kekaisaran Arlo. Sebagai kerajaan baru, Charles sudah membayangkan betapa sulitnya memulai semua dari awal. Dia bahkan tidak pernah belajar hukum dan pemerintahan dalam level yang lebih tinggi.

"Tanah itu akan dinamai Lawrence. Itu adalah bentuk kepercayaan dan penghargaan terbaik yang bisa saya berikan untukmu, Charles. Jadilah raja yang hebat, berwibawa, dan penuh dengan kasih sayang. Mulailah berkeluarga, memiliki anak, dan seluruh rakyat yang akan menjadi kekuatan terbesarmu."

Charles masih diam, berdiri tegak di depan Emperor Phill IX. Selama dirinya menjadi prajurit kepercayaannya, Charles telah menerima banyak pelajaran dari pengalaman-pengalaman yang dia dapatkan. Charles memiliki kepribadian yang berkelas, membuat dirinya selalu disegani. Meski dalam hati dia telah bertekad untuk menjalankan kepercayaan itu dengan baik, namun ujian tidak mengenal waktu. Dia akan datang kapan saja.

"Saya akan mengirimkan beberapa orang kepercayaanku untuk memulai pemerintahan denganmu. Pengumuman tentang pembentukan kerajaan baru akan disebar di seluruh kekaisaran. Charles, kau mulailah mencari tahu dan pelajari potensi dari wilayah itu dan buat impian baru sebagai seorang raja."

Tanpa di sangka, hari itu adalah pengangkatan dua raja sekaligus. Setelah pembubaran, Charles secara sadar mulai bergabung dengan para menteri untuk membahas lebih lanjut. Dia tidak akan bisa bersantai setelah apa yang terjadi padanya. Menjadi seorang raja adalah tentang kekuasaan dan bagaimana mengelola kekuasaan itu. Hingga larut malam, langkah yang mulai goyah itu kembali memasuki sebuah bangunan yang Charles anggap rumah. Itu adalah bangunan sederhana yang dia rawat sepeninggal orang tuanya.

Lihat selengkapnya