Princess Venus: History of Lawrence

SAKHA ZENN
Chapter #17

Rose

Bulan kelima tahun 908.

Setelah memastikan pemerintahan berjalan lebih stabil, Charles berjalan tenang menuju ruangan yang akhir-akhir ini dia datangi. Kamar Pixie. Setelah menyelesaikan pekerjaannya yang melelahkan, Charles selalu datang untuk menghibur dirinya sendiri. Dan perempuan itu selalu menunggu dirinya tanpa diminta. Tidak berbeda dengan malam ini, Pixie berdiri di pinggiran balkon kamarnya, menyapa malam yang terasa semakin dingin. Hamparan titik lampu yang semakin ramai menarik perhatiannya. Dulu, cahaya hanya dia temukan dari kunang-kunang yang beterbangan, namun sebuah kerajaan telah dibangun. Banyak rakyat dari Arlo yang memilih untuk memulai kehidupan baru di Lawrence. Pixie menemukan ketenteraman di sana.

"Apa kamu sangat menyukai pemandangan malam hari, Pixie?"

Pertanyaan itu terdengar lebih menarik, membawa tubuh Pixie berbalik. Charles sudah berdiri dan tersenyum tenang. Meski wajah lelahnya tidak bisa ditutupi, perasaan rindu yang selalu mencuat di antara kesibukan terlihat begitu kentara.

"Kemarilah, Charles! Lihatlah! Kerajaanmu sangat indah."

Pixie menarik Charles untuk berdiri di sampingnya, menatap hamparan Lawrence yang sudah lama dia kagumi.

"Kerajaan kita." Charles menegaskan. "Mulai besok Lawrence juga akan menjadi milikmu, Pixie."

Pernikahan telah diputuskan. Besok, Charles dan Pixie akan menjadi pasangan sah sebagai raja dan ratu sekaligus suami istri. Perasaan yang tidak bisa diartikan hinggap di dalam diri Pixie. Sekali lagi, dirinya tidak menyangka akan sampai di titik ini.

"Kenapa kamu menangis, Pixie?" Charles menghapus air mata yang telah jatuh dan membasahi pipi perempuan itu.

"Aku sangat bahagia, Charles. Sungguh."

Prestasi demi prestasi telah Charles torehkan sebagai raja baru yang berhasil membangun kerajaannya dengan begitu megah dan produktif. Sebagai raja baru, dia telah mengukir hubungan yang baik dengan raja-raja di Kekaisaran Arlo sehingga namanya mulai tersebar di wilayah mereka. Namun kabar pernikahannya dengan Pixie tidak kalah menggemparkan. Bagi orang-orang yang sudah lama bekerja bersama Charles, mereka sedikitnya telah menerawang masa depan lebih dulu. Namun setelah kabar baik itu menyebar luas, bukan hanya Charles, Pixie juga memiliki banyak sorotan, terlebih karena parasnya yang sangat cantik dan anggun. Seorang jurnalis juga diam-diam mengabdikan diri untuknya dengan menulis berita-berita tentang Pixie. Bagaimana keandilannya dalam mendirikan Lawrence, dan hubungan yang harmonis dengan Charles. Semua hal itu mulai terkuak, kecuali latar belakangnya. Dari mana dia berasal, dan di mana dia tinggal sebelum bertemu dengan Charles.

Ruangan luas yang biasanya tenang berubah lebih gelap. Cahaya lampu diredupkan. Lilin-lilin menyala di sisi dinding dan meja. Pintu kaca menuju balkon terbuka, mempersilahkan aroma mawar merah yang memabukkan memenuhi seisi ruangan.

Pesta telah berakhir, dan malam yang sesungguhnya telah menyambut.

Surai Pixie mulai terurai oleh jemari Charles yang aktif mengabsen sisi demi sisi tubuh perempuan yang telah sah menjadi pasangan hidupnya itu. Seluruh rakyat telah menjadi saksi, begitu pula bulan purnama dan bintang-bintang yang bertaburan lebih rapat dari biasanya.

Kain sutera yang melapisi ranjang menyerap peluh yang terus keluar meski angin malam terus masuk dari luar.

"Charles, aku ingin mengubah namaku."

Di bawahnya, Pixie menatap Charles dengan air mata yang telah lolos.

"Rose. Kamu seharum aromanya, secantik rupanya, seberani warnanya. Bagaimana? Apa kamu menyukainya?"

Nama Rose langsung terlintas karena setiap berada di dekat Pixie, Charles selalu mencium aroma mawar dari tubuhnya.

Pixie pun tersenyum. Senyuman itu bagaikan hadiah besar yang Charles dapatkan.

"Aku menyukainya. Panggil aku Rose mulai sekarang. Mengerti?"

"Rose." Charles berbisik di telinga Pixie, memanggil nama itu untuk pertama kalinya.

•••

Bunga mawar di dalam vas telah layu. Secara bergantian mahkota-mahkota itu menemani Rose membaca buku yang ketebalannya hampir sepanjang jari telunjuknya. Dia butuh waktu lebih lama untuk membaca buku yang dia bawa dari dunia peri. "SPELLS". Buku tebal itu adalah salah satu koleksi buku di perpustakaan kerajaan. Dan entah bagaimana ibunya mendapatkan buku itu, Rose tidak berpikir terlalu jauh. Dia hanya tengah bimbang setelah menemukan satu bab berisi sepuluh lembar yang secara khusus menceritakan manusia. Satu hal yang berhasil mengganggu pikirannya adalah fakta yang dia temukan, dan hal itu selaras dengan peringatan yang diberikan ibunya dan Zoya.

"Peri yang memiliki keturunan dengan manusia akan menjalani 9-10 bulan masa kehamilan yang membuat kekuatan sang ibu secara perlahan melemah. Jika bayi itu berhasil lahir ke dunia, sang bayi akan mengambil sebagian besar kekuatan peri sang ibu."

Kalimat itu tertulis sebagai kutukan bagi peri dari golongan perempuan yang menjalani hubungan dengan manusia. Bohong jika Rose tidak takut. Bagaimanapun selama ini dia telah hidup dengan kekuatan yang dia miliki. Rose bahkan membayangkan bagaimana jika dirinya tidak mampu lagi untuk terbang.

Lihat selengkapnya