Princess Venus: History of Lawrence

SAKHA ZENN
Chapter #25

Buah Keajaiban

"Gejala tidur bagaimana maksudmu, Arthur?"

Hanya dengan reaksi Venus, Arthur menyadari bahwa dia seharusnya tidak mengungkit hal ini. Tentang gejala tidur Pangeran Ian yang cukup aneh.

"Tidak, Venus. Bukan apa-apa. Sekedar informasi yang tidak penting, saat tahun pertama aku satu kamar dengan Ian. Jadi, kadang aku terbangun saat dia sepertinya tengah bermimpi buruk atau sejenisnya. Itu saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jelas Arthur hanya menyebut bagian paling umum dari rasa penasaran yang sudah dia pendam lama.

"Baiklah. Tapi katamu kalian satu kamar di tahun pertama? Bagaimana sekarang?" Tiba-tiba Venus tertarik dengan hal-hal semacam ini. Di Guardian, Pangeran Ian dan Arthur sangat terkenal dengan berbagai kelebihan masing-masing, juga bagaimana pandangan publik menganggap mereka rival. Venus ingin tahu, apakah sebenarnya Pangeran Ian cukup akrab dengan Arthur selama ini?.

"Kami berpisah di tahun kedua. Sepertinya sekarang dia satu kamar dengan William. Kenapa, Venus? Jika aku satu kamar dengan Ian, apa kamu ingin mengetahui hal-hal kecil yang Ian lakukan di kamar?"

Wajah Venus memerah. "Tidak! Apa yang kamu bicarakan, Arthur? Aku hanya penasaran, bagaimana pioneer kelas atas seperti kalian bisa satu kamar," belanya untuk diri sendiri. "Jadi, apa kalian cukup akrab?" susulnya bertanya.

Arthur terlihat berpikir tentang sesuatu yang entah perlu ditimbang-timbang atau tidak.

"Mungkin? Jujur saja, saat tahun pertama aku dan Ian banyak mendapat masalah. Entahlah, mungkin dia terbawa arusku yang terlalu bebas. Kami pernah mendapat hukuman dari Profesor Alaric, salah satunya adalah menyusun buku di perpustakaan sesuai abjad. Terdengar sangat tidak berguna, tapi saat itu kami benar-benar menyelesaikannya hingga larut malam sampai kami harus memanjat gerbang akademi karena sudah ditutup. Sangat konyol, bukan? Tapi lihat sekarang, Ian bersinar sendirian. Aku hanya berpikir dia mungkin akan menjadi penerus kekaisaran Arlo yang sangat baik. Dalam beberapa keadaan, terkadang aku tidak mengenalinya. Dia terlihat berbeda, meski dalam artian yang sangat bagus."

Venus mencermati setiap kata yang Arthur katakan untuk menggambarkan kisahnya bersama Pangeran Ian. Dan di sana, Venus menyadari sesuatu.

"Kenapa kamu memandangku seperti itu, Venus?"

Venus tersenyum tipis, lalu berkata, "Tidak. Aku mengerti. Tapi Arthur, sepertinya kamu perlu memahami dirimu sendiri. Kamu juga sama bersinarnya seperti Ian. Itu yang pioneer lain juga lihat dalam dirimu. Belajarlah untuk mengurangi sikap rendah hatimu itu."

Arthur tersenyum tipis. "Aku tidak heran, Venus. Seorang putri kerajaan memang sangat pandai mengatakan hal-hal indah dan tegas dalam satu kalimat seperti itu," puji Arthur mengakui wibawa yang masih tersembunyi dalam diri Venus.

"Sepertinya kamu sudah sering mendengarnya, Arthur? Hal-hal indah seperti apa saja yang sudah Isabell katakan padamu? Apa Isabell juga sering menyudutkanmu? Kupikir kamu terlalu baik untuk Isabell," goda Venus kemudian.

"Tidak. Tidak ada. Lagi pula siapa yang terlalu baik, Venus? Aku? Justru Isabell yang sering membantuku tanpa aku minta," sanggah Arthur sedikit panik.

"Ah, jadi Isabell sering mengganggumu, ya?"

Arthur membuang napasnya lebih berat, namun senyum tak luntur dari wajahnya. "Venus, sepertinya hubunganmu dengan Isabell sangat baik. Kalian benar-benar pandai dalam hal seperti ini," katanya. Namun pernyataan itu membuat Venus sejenak berpikir. Hubungannya dengan Isabell tidak begitu buruk, tapi tidak bisa dianggap dekat. Masih ada sesuatu yang menjadi penghalang Venus enggan terlalu dekat dengannya. Seperti Ratu Mariana. Kenyataan bahwa Raja Charles, ayahnya menikah lagi tak lama setelah hilangnya Ratu Rose, istri yang dia cintai, membuat Venus mempertanyakan hubungan seperti apa yang seharusnya dia bangun. Juga kenyataan bahwa usia Isabell lebih tua dari dirinya membuatnya berasumsi bahwa Raja Charles berhubungan di luar istana dengan wanita lain saat dia bersama Ratu Rose, ibunya.

•••

"Ah, aku tidak pernah bertanya pada orang-orang di istana bagaimana hubungan ayah dengan Ratu Mariana. Dan Isabell, bagaimana dia bisa lebih tua dariku? Apa ayah begitu lalai, membuat hubungan selain dengan ibu? Atau Isabell memang anak dari hubungan Ratu Mariana dengan pria lain sebelum masuk istana?"

Venus menjatuhkan dirinya dengan berjongkok di lantai, menutup wajah dengan kedua tangannya. Kedua kakinya terlalu lemas untuk menanggung semua bagian dunianya yang terlalu banyak dengan tanda tanya.

"Hh .... Kenapa pertanyaan ini baru muncul sekarang? Aku harus bertanya pada siapa? Lady Roo? Aku bahkan tidak tahu harus mempercayainya lagi atau tidak setelah mimpi itu. Hiks."

Pikiran Venus terlalu fokus pada isi otaknya yang berantakan sampai tidak menyadari langkah kaki yang mendekatinya. Pria itu sudah memperhatikan Venus sedari dia keluar kelas, menilai akan ada apa lagi yang terjadi pada gadis itu hari ini. Selalu ada rasa penasaran yang muncul setiap kali dia memikirkan Venus dan bertemu dengannya. Untuk saat ini mungkin Venus cukup terbuka, tapi dirinya tidak benar-benar yakin. Karena itu dia selalu tertarik, entah dengan memperhatikannya dari jauh atau menambah langkahnya untuk lebih dekat.

"Apa materi hari ini terlalu sulit, Venus? Kamu terlihat frustasi," komentarnya memanggil kembali kesadaran Venus.

"Ian?"

Mata Venus mengerjap beberapa kali menatap kehadiran Pangeran Ian yang seperti angin, benar-benar tidak terdengar, atau mungkin telinga Venus yang terlalu tuli.

"Bangunlah."

Lihat selengkapnya