Pikiranku kosong.
Aku tak bisa tidur, mataku terjaga semalaman. Aku hanya bisa menggiti kuku jariku. Jujur, aku sangat takut ada disini. Mengerikan, adalah satu kata yang tepat menggambarkannya.
Pagi ini katanya akan ada acara keagamaan, aku berniat untuk mengikutinya. Kenapa? entahlah aku tak punya alasan untuk itu.
Dari tadi aku mencoba membangunkan ines namun ia tak bergerak sedikit pun. Aku menghela napas sebal.
Pintu sel ku terbuka, seorang polisi cantik mempersilahkan para tahanan yang ingin mengikuti acara keagamaan. Seorang wanita paruhbaya keluar mendahuluiku, aku hanya mengikuti nya. Saat aku melewati polisi cantik itu, ia tersenyum padaku dan menatapku lekat. Aku membalas senyumannya dan berlalu menuju ruang keagamaan.
Acara keagamaan diadakan di ruangan kecil yang berisikan karpet hijau yang sudah usang, dan kursi.
aku duduk di kursi belakang, dan memejamkan mataku berusaha agar tak menagis lagi, aku tak sanggup menghadapi semua ini.
Aku baru menyadari bahwa ada seseorang yang duduk di sebelahku, aku menoleh kearah orang itu. Dia juga menatapku dengan tatapan aneh. Aku terpaku memandanginya, kutatap setiap inci wajahnya. Taklama Ia berdeham membuatku tersadar.
"oh eh hai, aku adel, kamu siapa?", ucapku. Mataku terbelalak, aku baru menyadari, bukankah adel nama panggilanku saat kecil? Kenapa aku harus memberitahukannya kepada seseorang lelaki yang ada disampingnya ini?
"hai, aku adit", jawabnya sambil tersenyum. Aku masih terus menatapnya. Aku ini kenapa?
Tak lama terdengar suara ketukan dari pintu, polisi cantik itu!, ia memanggil Adit. Katanya ada seseorang yang datang untuk menemuinya.
Aku menghela napas, menatap punggung adit yang semakin lama menghilang dari pandangan mataku.
"Adit, ya?", gumamku pelan. Aku tersenyum sambil mengingat wajahnya. "menarik",tambahku lagi.
Acara keagamaan berlangsung selama kurang lebih satu jam. Namun adit tak kunjung kembali, dimana dia? Aku menghela napasku dan bergegas menuju sel ku lagi.
***
"Dit, lo ikut keagamaan?",tanya iqbal sambil mengunyah kacang goreng.