Prolog Epilog

Devi Wulandari
Chapter #5

Hidup Tanpa Cinta Bagai Taman Tak Berbunga

Azura melambaikan tangan kepada Luna yang baru saja menaiki motor Galang yang merupakan pacarnya.

Pukul sembilan malam ia baru dijemput pacarnya, setelah menyelesaikan tugasnya.

Azura berjalan dengan malas menuju sofa rumahnya, di sana ada seluruh keluarganya.

Setelah menemukan tempat duduk, Azura langsung menghempaskan tubuhnya.

"Apa bener ya hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga?" tanya Azura dengan mata terpejam.

Pertanyaan Azura mengalihkan fokus mereka.

"Iya, kalau jauh dari cinta orang tua, saudara, apalagi Allah," jawab Salma.

Salma berjalan mendekati Azura, lalu duduk di sampingnya dan memegang dagunya.

"Kamu lagi bosan ya?" tanya Salma.

Azura mengangguk.

"Kan emang gitu dunia ini, tempatnya capek dan bosan. Tergantung kita mau ngisinya dengan kebaikan atau sesuatu yang buruk tapi membahagiakan," lanjut Firman.

"Dan aku ingat banget kalimat Ustadzah Halimah Alaydrus, dan itu jadi pegangan aku. Katanya, yang paling penting itu dapat cinta dari Allah, mau nggak dapat cinta dari manusia manapun dan siapapun yang paling penting cinta Allah dan rasul," sambung Alula.

"Papa tau kok cinta yang kamu maksud itu gimana, tapi jangan coba-coba ya Sayang, kamu harus jadi wanita yang terjaga biar dapat lelaki yang juga menjaga," kata Firman dengan lembut.

Azura diam lalu memeluk Salma.

Benar memang, hidup ini tempatnya bosan dan lelah, menurut aku juga hidup ini hanyalah menunggu kematian, dan segala apa yang dilakukan di dunia adalah pengisi kebosanan menunggu kematian. Tapi, semua bakal dibalas di akhirat, jadi berusaha berbuat baik untuk bekal akhirat, namun ada banyak yang terlena dan merasa akan hidup selamanya.

() () ()

Azura tersenyum tipis di depan cermin sambil memainkan HandPhone-nya.

Pesan lewat WA yang ia kirimkan tadi malam tepat pukul tujuh, baru dibalas Cakra saat ini.

Azura

Ini Zura, Kak. Jangan lupa sv yaaaaa

Kak Cakra

Iya.


Hanya satu kata iya saja mampu membuat senyum Azura tidak pudar.

"Kayaknya nggak usah dibalas lagi deh, karena keliatan banget pengen chat lebih panjang lagi, emmm .... Nggak usah deh, malu," Azura bermonolog.

Azura meletakkan HandPhone-nya di atas nakas lalu ia mengambil krim malam untuk dipakai sebelum tidur.

Tiba-tiba, ada notif di HandPhone-nya. Zura langsung melihatnya.

Matanya terbelalak kaget.

Kak Cakra

Maaf ya kemarin Kakak foto diem-diem.


Senyuman Azura semakin lebar dan degup jantungnya semakin keras.

Azura

Aaaa malu banget.

Kak Cakra

Kamu lucu.


"Aaa tolong aku mau pingsan aja," ucap Azura lebay dan berlagak seolah-olah lemas.

Cakra mengirimkan beberapa foto saat Azura bercermin di mobilnya waktu itu, Cakra memang sempat memfotokannya.

Azura

Maaf, aku mau jujur.

Kak Cakra

Apa?

Azura

Aku salting

Aaaaaaa....

Mau tidur

Bye.

Azura langsung mematikan HandPhone-nya lalu berlari menuju kasurnya kemudian menghempaskan diri tiba-tiba.

Ia yang tadinya ingin salting brutal malah gagal karena mendengar erangan Alula yang sudah ia timpa secara tiba-tiba.

"Zuraaa, nggak ingat ya ada Kakak."

Alula yang tadinya sudah tertidur jadi terbangun.

"Eh iya, maaf Kak. Hehehe .... "

Alula sebenarnya punya kamar sendiri, tapi kalau ia pulang ke rumah, biasanya Alula ingin tidur bersama Azura untuk satu malam.

() () ()

Cakra tersenyum melihat balasan chat Azura. Chat darinya terhenti hanya sampai situ, padahal Cakra ingin banyak bertanya.

Ia penasaran umur Azura berapa, ingin menebak tapi ia juga tidak tahu Azura kelas berapa bahkan ia juga tidak tahu Luna kelas berapa.

Ia juga sangat penasaran username IG Azura, ingin bertanya tapi malu. Ingin mencari tapi malas, akhirnya ia memilih menghabiskan satu gelas minumannya di depan bartender.

"Cakra .... "

Sapa seseorang sambil meraba bahunya.

"Hemm?"

Ia Liam.

"Lo nggak punya?" jeda sesaat.

Cakra paham lalu ia menggeleng.

Liam duduk di sampingnya.

"Beneran udah taubat?" tanya Liam.

Cakra mengangguk.

"Nanggung, ngapain masih kesini. Udah habis beberapa botol lagi," kata Liam.

"Pelan-pelan," ucap Cakra.

Liam terkekeh.

"Kurang jauh masih, cewek belum, banyak nih," bisik Liam.

Cakra tersenyum.

"Ada yang bilang, lo nggak akan ngerasain taubat yang sebenarnya taubat kalau belum ngelakuin maksiat yang sesungguhnya."

Tipuan setan.

() () ()

Azura sampai meloncat kegirangan saat menceritakan tentang Cakra pada Luna, padahal baru semalam ia saling berbalas pesan.

Namun, sejak malam itu hingga berlalu waktu, berganti jam, tanggal dan hari mereka masih tetap saling berbalas pesan satu sama lain. Hingga saling mengirimkan foto kegiatan masing-masing, walau tanpa tahu lebih dalam.

Hingga pada hari ini, hari di mana Azura duduk di depan bengkel Rendi, tepatnya di taman.

Lihat selengkapnya